BATAM TERKINI

Kapolda Kepri Instruksikan Personelnya Bergerak, Bantu Fadjiri Warga Kaveling Sambau yang Lumpuh

Kapolsek Nongsa itu siap menanggung biaya perobatan warga Kaveling Sambau, Nongsa, Fadjiri yang mengalami lumpuh.

TribunBatam.id/Leo Halawa
Beri Bantuan - Kapolsek Nongsa AKP R Moch Dwi Ramadhanto bersama jajaran, menyembangi rumah warga yang lumpuh di Nongsa, Selasa (28/4/2020). TRIBUN BATAM/ LEO HALAWA 

TRIBUNBATAM.ID, BATAM - Kapolda Kepri Irjen Andap Budhi Revianto dan Kapolresta Barelang AKBP Purwadi Wahyu Anggoro, langsung memerintahkan jajarannya untuk membantu warga Kaveling Sambau, Nongsa, Batam yang kurang mampu, Fadjiri.

Warga RT 002 RW 001, Kaveling Sambau, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Batam, Kepri ini mengalami lumpuh serta belum mendapat bantuan, termasuk dari Pemerintah Kota Batam.

"Terima kasih infonya. Kami teruskan untuk segera membantu," ujar Kapolda Kepri.

Senada dengan Kapolda Kepri, Kapolresta Barelang menyebut, anggotanya sedang bergerak menuju lokasi untuk memberi bantuan.

"Anggota Polsek sedang menuju lokasi," timpal AKBP Purwadi.

Kapolsek Nongsa AKP R Moch Dwi Ramadhanto bersama jajaran menuju lokasi. Saat ke lokasi, AKP R Moch Dwi Ramadhanto melihat langsung kondisi Fadjiri.

Lumpuh bagian badan sebelah kanan, dan hanya numpang di rumah-rumah warga sekitar.

"Saya sangat prihatin atas keadaan ini sehingga kami dari Polsek Nongsa inisiatif memberikan bantuan. Semoga dapat bermanfaat buat Bapak Fadjiri," ujar AKP R Moch saat ke lokasi memberikan bantuan sembako dan tali asih.

Tak hanya itu, atas kondisi Fadjiri Kapolsek muda itu siap menanggung biaya perobatan Fadjiri yang sedang mengalami lumpuh. "Saya minta agar Bhabinkamtibmas menghubungi pihak puskesmas Sambau untuk mengecek kesehatanBapak Fadjiri," tambahnya.

Sementara itu, Daking yang merawat Fadjiri selama ini mengucapkan terima kasih atas respon polisi. Ia mengatakan, Fadjiri ini terlantar sejak 30 tahun lalu. Ia tidak tahu lagi Keluarganya yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat umur masih 9 tahun, Fadjiri sudah berada di Batam tanpa keluarga.

"Makanya dia ada di sini. Meski kami orang Bugis yang tak ada hubungan darah dengan Fadjiri, tapi kami bantu kasih makan. Terlantar dia ini. Terima kasih atas kunjungan bapak Kapolsek yang datang ke rumah kami," ujar dia.

Fadjiri terlibat senang mendapat bantuan. Bahkan, tak biasa berucap banyak saat Kapolsek membrikan dia masker. Maklum, akibat kelumpuhan tutur kata pria yang masih melajang itu tidak begitu jelas didengar.

Sebelumnya, Warga Batam bernama Fadjiri (39), tinggal sebatang kara tanpa keluarga. Kondisinya yang lumpuh setengah badan, hanya mampu bertahan hidup berpindah-pindah tempat. Untuk mencari makan dari dermawan yang menolongnya. Maklum, tangan kanannya tidak bisa bergerak lagi untuk menafkahi dirinya.

Fadjiri yang tinggal warga RT 002 RW 001, Kaveling Sambau, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Batam, Kepri mengatakan dia sudah sembilan tahun mengalami sakit. "Saya hanya berharap cepat sembuh dari sakit ini," ujarnya kepada wartawan Senin (27/4) sore.

Trump Mengaku Tahu Kondisi Kim Jong Un, Kabar Terbaru Pemimpin Korut Itu Segera Terkuak

Soerya Respationo Berduka Kehilangan Sosok Sahabat, Kenang Bersama Syahrul Sering Berdiskusi Agama

Fadjiri mengaku, kehidupannya semakin sulit pasca wabah virus Corona atau COVID-19. Sebab, orang-orang yang biasa membantu dia selama ini juga merasakan kesulitan. Sehingga, ia mencari sekali makan pun susah.

Ia mengaku, di tempat ia tinggal tidak mendapatkan bantuan sama sekali. Padahal katanya, sudah pernah mendaftarkan dirinya namun apa daya tak mendapatkan.

"Iya saya berharap bisa lah saya dibantu siapa saja. Saya tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Orang-orang yang biasa bantu saya juga kesusahan atas kondisi sekarang ini," ujar Fadjiri.

Merantau Sejak Umur 9 Tahun

Nasib manusia siapa yang tahu. Bagi sebagian orang, meninggal kampung halaman untuk tujuan merubah nasib.

Namun, ada nasib baik dan mungkin sebaliknya. Hal ini yang dialami oleh Fadjiri. Pria kelahiran Sumbawa 31 Desember 1981 ini, meninggalkan kampung halamannya di Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak umur 9 tahun.

Fadjiri yang masih lajang ini, awalnya berniat pergi merantau untuk mengubah hidup.

Maklum, di kampung halamannya, kondisi ekonomi orang tuanya terbilang orang tidak mampu.

"Saya lalu ke Batam untuk ingin mengubah nasib," katanya saat dijumpai di RT 002 RW 001, Kaveling Sambau, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Batam, Kepri, Selasa (20/4/2020).

Sesampainya di Batam ia tinggal bersama orang satu kampungnya. Ia masih bermain seperti anak-anak sebayanya kala itu.

Saat menginjak remaja, ia mulai diajak oleh temannya bekerja di Negeri Jiran, Malaysia. Kerja di kebun hingga bangunan ia lakoni untuk bisa bertahan hidup.

"Serabutan lah bang. Yang penting punya uang," ujarnya. Selang beberapa lama banting tulang di negeri orang, nasib mujur belum juga berpihak kepada Fadjiri.

Ia mengakui, setelah puluhan tahun di perantauan, ia belum pernah kembali pulang ke kampung halamannya di NTB.

Bahkan kata dia, sampai saat ini ia sudah tidak mengenal lagi saudaranya. "Orang tua saya juga lama tidak kontak. Ya begitu lah keadaannya. Tak dapat dapat rejeki banyak," ucapnya.

Sejak tahun 1900-an hingga 2004 Fadjiri masih bolak balik Malaysia. Ia terkadang merasakan kemalangan di sana.

Ia pernah ditipu orang, dan tak mendapatkan kesenangan seperti yang ia cita-citakan sewaktu beranjak dari Sumbawa.

Hingga pada akhir 2005 lalu, Fadjri yang sudah bukan lagi tergolong remaja mengalami sakit hebat. Ia mengalami lumpuh sebelah kanan. Ia hampir saja meninggal atas penyakit yang ia derita itu.

"Saya sempat terlantar di Nongsa ini. Karena siapa yang nerima. Tak ada Keluarga sama sekali di Batam. Untung ada yang masih menampung kala itu. Bertahun-tahun saya tak bisa gerak," aku Fadjiri.

Setelah mengalami kelumpuhan, Fadjiri door to door meminta bantuan derwawan sekitar Nongsa. Termasuk kepada Pak Daking yang membantunya.

Dengan kondisi itu, Fadjiri enggan menikah hingga lajang tua. "Belum menikah bang, tak ada yang mau," ujar pria 39 tahun ini.

Sejak 2010 ia ditampung oleh Pak Daking di rumahnya. Ia makan tidur di lantai dua rumah itu. Cara bicara Fadjiri juga sudah gak beraturan.

Maklum, bibirnya ikut melemah lantaran dampak kelumpuhan yang dialami. "Sampai saat ini ya begini adanya," ujarnya.

Tak Mendapat Bantuan

Fadjiri kini sudah menjadi warga di komplek Kaveling tersebut. Itu ditandai dengan memiliki KTP elektronik dan Kartu Keluarga meski hanya sebatang kara.

Ia mengaku sejak waah virus Corona, ia ikut mengalami kesulitan. Sebab, orang yang ia tumpangi Pak Daking sakit-sakitan.

Pak Daking yang sudah berumur lanjut, cukup kesulitan menafkahi dirinya dan keluarga. Kondisi itu pun begitu dipahami olehnya.

Belum lama ini, sewaktu pendataan bantuan meminta bantuan warga setempat untuk mendaftar dirinya di RT dan Lurah. Agar mendapat bantuan.

"Tapi bantuan tidak dikasih. Ya mau bilang apa. Baru tadi datang bapak Kapolsek Nongsa kasih bantuan sembako. Syukur Alhamdulillah pak," katanya dengan nada sedih.(TribunBatam.id/Leo Halawa)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved