BATAM TERKINI

Nenek Diana Hidup Sebatang Kara di Batam, Ingin Pulang tak Punya Biaya, Jualan Bunga Sering Tak Laku

Sebagai penjual bunga terkadang sedih karena satu hari hanya dapat Rp 30 ribu. Untuk balik modalpun belum bisa, karena semua bunga yang dijual dipesan

Editor: Sihat Manalu
TribunBatam.id/Ian Pertanian
Penjual bunga di TPU Sei Temiang, Kota Batam, Provinsi Kepri, Nenek Diana, Selasa (28/4/2020). Pandemi Covid-19 benar-benar dirasakan oleh nenek yang tinggal seorang diri di Batam ini. 

TRIBUNBATAM,id, BATAM - Sebagai penjual bunga terkadang sedih karena satu hari hanya dapat Rp 30 ribu. Untuk balik modalpun belum bisa, karena semua bunga yang dijual dipesan.

“Saya sudah tidak sanggup lagi untuk mengambil sendiri,” kata Diana nenek penjual bunga di pekuburan Sei Temiang, Selasa (28/4/2020).

Diana menceritakan dirinya sudah berjualan di Sei Temiang selama 18 tahun."Sudah 18 tahun saya jualan bunga di sini,"kata Diana.

Selama jualan di pemakaman Sei Temiang, penghasilannya cukup lumayan, bisa memenuhi kebutuhannya. Namun beberapa bulan terakhir semenjak Pandemi Virus Corona ini, Diana mengaku sangat sulit mendapat penghasilan. Bahkan untuk balik modal pun sangat sulit.

"Bunga jualan saya kadang lebih banyak terbuang karena layu dan busuk dibanding terjual,"kata Diana.

Dia mengatakan sebelum adanya Corona, untuk mencari uang Rp 100 ribu cukup mudah.

CERITA Nenek Diana, Penjual Bunga di TPU Sei Temiang saat Corona, Bunga Terpaksa Dibuang, Tak Laku

Rahma : Ini Momen Penghormatan Terahkir Sosok Guru yang Arif dan Bijaksana

Kota Wonsan di Korea Utara Dikabarkan Jadi Tempat Kim Jong Un Beristirahat, Lihat Keindahannya

"Ya biasanya setiap hari bunga jualan saya selalu habis, bahkan kadang kurang,"kata Diana.

Dia mengatakan jumlah orang yang meninggal yang diantar ke Sei Temiang khususnya pemakaman muslim setiap hari jumlahnya sama saja.

"Setiap hari biasanya selalu ada. Jaranglah satu hari kosong. Kadang bisa sampai dua orang satu hari,"kata Diana.

Sebelum musim Corona kalau ada yang meninggal biasanya pelayat atau orang yang mengantar selalu ramai. Hal itu menjadi keuntungan tersendiri baginya. Tetapi semenjak adanya corona ini, pelayat dan pengantar mayatpun jarang.

"Kalau ada yang meninggal paling yang ikut ke pemakaman hanya keluarganya,"kata Diana.

Bahkan sedihnya kata Diana, semenjak ada Corona ini peziarahpun sangat jarang."Ini biasanya sebelum puasa kuburan pasti ramai, banyak peziarah tapi tahun ini, jumlahnya sedikit jauh dari tahun-tahun tersebulumnya,"kata Diana.

Dia mengatakan semenjak puasa peziarah semakin sepi. kadang satu hari tidak ada peziarah, makanya bunganya tidak laku lebih banyak terbuang karena busuk.

Diana menceritakan di tengah Corona ini, kondisi ekonominya sangat sulit."Ya gimanalah saya hanya seorang diri, suami tidak ada anak juga tidak ada,"kata nenek yang tinggal di Tiban Housing tersebut.

Dia menceritakan dirinya sudah lama berpisah, awalnya dirinya memiliki tiga orang anak, dua anaknya meninggal karena kecelakaan sementara satu lagi meninggal karena terjatuh.
"Ya gak bisa terpikirkan lagi, sudah lama,"kata Diana.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved