HARI BURUH 2020

HARI BURUH 2020 - Sejarah dan Jalan Panjang Hari Buruh se-Dunia dan di Indonesia

Pandemi virus corona saat ini juga masa kelam bagi buruh di tanah air dan sejumlah negara di dunia, karena terjadi banyak pemberhentian atau PHK

Editor: Mairi Nandarson
TRIBUNBATAM.ID/DIPA NUSANTARA
Para buruh dari sejumlah aliansi mengikuti peringatan hari buruh internasional atau May Day di depan Graha Kepri Batam, Rabu (1/5/2019) 

Dampak dari aksi mogok kerja yang berlangsung secara masif ini melumpuhkan sektor industri di Chicago. Bahkan, membuat panik kalangan borjuis.

Pada 1 Mei 1886, sekitar 350.000 buruh yang diorganisir oleh Federasi Buruh Amerika melakukan demonstrasi dan aksi mogok kerja di berbagai negara bagian AS.

Dua hari kemudian, pemerintah setempat kian khawatir karena aksi mogok terus berlanjut dan semakin membesar akhirnya mengutus sejumlah aparat polisi untuk meredam aksi demonstrasi yang berlangsung di pabrik McCormick.

Buruh dari sejumlah perusahaan di Batam menggelar aksi demonstrasi menolak  revisi UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Buruh dari sejumlah perusahaan di Batam menggelar aksi demonstrasi menolak revisi UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. (TRIBUNBATAM.ID/ALAMUDDIN HAMAPU)

Polisi yang diutus pemerintah saat itu menembaki demonstran secara membabi-buta. Para buruh pun berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Dalam kejadian ini empat orang dinyatakan tewas sementara yang mengalami luka-luka tak terhitung jumlahnya.

Kejadian itu menimbulkan amarah di kalangan buruh. Sebagian dari mereka menganjurkan aksi balas dendam menggunakan senjata.

Di antaranya yang sepakat dengan aksi itu yakni kaum anarkis yang dipimpin Albert Parsons dan August Spies. Keduanya merupakan anggota aktif organisasi Knights of Labour.

Sudah 4 Kali Test Covid-19, Paulo Dybala Masih Positif Corona, Tak Bisa Ikut Latihan Perdana Juve?

690 Kasus Baru Ditemukan di Asrama Pekerja, Data Covid-19 di Singapura Kini Lebih dari 15.000

Mereka menyerukan kepada para buruh agar mempersenjatai diri dalam demonstrasi yang dilakukan pada hari berikutnya.

Pada 4 Mei 1886, para buruh kembali menggelar aksi di bundaran lapangan Haymarket. Kali ini skalanya sangat besar.

Demonstrasi yang berlangsung saat itu tidak hanya menuntut soal pemberlakuan delapan jam kerja tapi juga sebagai bentuk protes tindakan represif polisi terhadap buruh.

Demonstrasi berjalan damai pada awalnya. Bahkan beberapa waktu berselang, sebagian demonstran memilih membubarkan diri karena cuaca buruk.

Kaum buruh yang tersisa dalam aksi itu hanya sekitar ratusan orang. Tapi pada saat itu malah datang sekitar 180 polisi yang meminta demonstrasi segera dibubarkan.

Ketika orator terakhir hendak turun dari mimbar, tiba-tiba terjadi satu ledakan bom dari barisan polisi.

Satu orang tewas pada kejadian itu, sementara 70 orang lainnya mengalami luka serius.

Pihak polisi merespons ledakan tersebut dengan menembaki kerumunan buruh yang masih berkumpul. Akibatnya, delapan buruh tewas dan 200 orang buruh mengalami luka-luka.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved