Dampak Virus Corona
Pakar: Mereka yang Kehilangan Pekerjaan Punya Pilihan! Tetap Menganggur atau ke Informal
“Transformasi ini untuk menata kehidupan dan perilaku baru ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai ditemukannya vaksin."
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Di saat belum ada kepastian vaksin Covid-19 kapan ditemukan, negara-negara di dunia terus berjuang menghentikan penyebaran corona.
Tak terkecuali Indonesia, yang terus berperang melawan musuh tak nampak.
Namun, langkah menghentikan penyebaran pandemi oleh Gugus Tugas Nasional bukanlah perkara gampang.
Langkah ini memiliki tantangan besar, karena masyarakat dituntut bersikap disiplin tinggi ketika beraktivitas atau bekerja di luar rumah.
Seperti diketahui, di masa pandemi masyarakat diharapkan mampu bertahan hidup dan menyesuaikan diri dalam pola hidup yang baru.
• New Normal! Fase Baru Hidup di Masa Pandemi
Disiplin kolektif dan perilaku yang dipedomani protokol kesehatan dibutuhkan pada saat beraktivitas, khususnya di ruang publik.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional, Wiku Adisasmito berpesan agar masyarakat tetap disiplin dan waspada terhadap penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
“Prinsip yang utama adalah harus bisa menyesuaikan pola hidup,” ujar Wiku melalui keterangan tertulis, Selasa (12/05/2020).
Wiku menyampaikan secara sosial, masyarakat mengalami bentuk new normal karena harus beradaptasi ketika beraktivitas dan bekerja.
Selain itu, masyarakat juga dituntut untuk menghindari kontak fisik dengan orang lain maupun menghindari kerumunan saat bekerja, serta mematuhi protokol yang ada.
“Transformasi ini untuk menata kehidupan dan perilaku baru ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai ditemukannya vaksin Covid-19 ini,” katanya.
• Pemerintah Perpanjang Masa Kerja ASN di Rumah hingga 29 Mei 2020, Ini Dasarnya
Sementara itu, anggota Tim Pakar Ekonomi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Beta Yulianta Gitaharie menyampaikan pandemi ini sangat berpengaruh pada sendi kehidupan ekonomi dan masyarakat.
Beta mengatakan bahwa situasi saat ini kurang menguntungkan untuk mereka yang bekerja di berbagai sektor.
“Mereka yang kehilangan pekerjaan mempunyai pilihan, mereka akan tetap menganggur atau bergeser ke sektor informal.
Tapi apa pun pilihannya mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya,” ujar Beta yang juga pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Di sisi lain, ia mengakui bahwa ada sektor usaha yang memiliki karyawan yang bekerja dari rumah dan tetap membayar gaji.
Mereka yang bekerja pada tipe perusahaan yang tetap memberikan gaji tidak terlalu cemas lantaran memiliki income security.
• 5 Klaster Baru Kasus Covid-19 Kembali Terdeteksi di Kota Wuhan, Pejabat Setempat Dinilai Tak Becus
“Namun tidak semua orang mempunyai keberuntungan yang sama.
Ada perusahana yang merumahkan karyawannya bahkan mem-PHK.
Ada juga perusahaan yang terpaksa menutup usahanya,” tambah Beta.
Menurutnya, data BPS per 20 April 2020, sekitar dua juta pekerja terkena PHK.
Persentase dari jumlah tersebut, 62 persen di antaranya ada di sektor formal dan 26 persen ada di sektor informal dan UMKM.
Namun, angka tersebut meningkat hingga enam juta pekerja terkena PHK.
Kondisi sekarang ini, menurut dia jadi tantangan yang sangat besar bagi setiap individu.(*)