NEW NORMAL
Seperti HIV, Corona Tak Akan Hilang, Siapkan Hidup New Normal Baik Budaya Maupun Ekonomi
Seperti HIV, virus corona diperkirakan tidak akan hilang. Masyarakat perlu bersiap menghadapi gaya new normal, salah satunya hidup tanpa salaman.
Transmisi atau penularan penyakit secara bertahap baru bisa berkurang seiring berjalannya waktu.
Selain itu, keberadaan vaksin anti-Covid-19 yang kini tengah diupayakan ahli di segala penjuru dunia juga dianggap tidak bisa melindungi orang selamanya.
Begitu vaksin pencegahan virus corona sudah tersedia, orang bisa jadi membutuhkan vaksinasi berulang untuk melindungi diri dari Covid-19 karena virus juga bermutasi.
Untuk itu, setiap orang diminta bersiap dengan kondisi virus corona tidak akan pernah hilang.
Beberapa upayanya dengan sebisa mungkin beraktivitas di rumah.
Apabila terpaksa keluar rumah, setiap orang wajib menjaga jarak dengan sekitar minimal dua meter, wajib pakai masker, dan senantiasa menjaga kebersihan tangan.
Dunia tanpa salaman

Pemerhati Covid-19 yang juga Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease AS, Dr. Anthony Fauci, menyebut virus corona menjadi akhir dari tradisi salaman.
Menurut Fauci, ketika suatu daerah mulai melonggarkan pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus corona, beberapa perilaku wajib ikut berubah.
"Saya rasa kita tidak seharusnya salaman lagi. Tak hanya untuk virus corona, tapi juga mencegah penularan penyakit lain," kata dia, seperti dilansir Time (9/4/2020).
Fauci berpendapat, masyarakat perlu bersiap menghadapi gaya new normal, salah satunya hidup tanpa salaman.
"Gaya normal yang baru adalah rajin cuci tangan dan tidak menjabat tangan siapapun," ujar dia.
Kendati ada imbauan untuk meniadakan salaman untuk mencegah penularan virus corona, praktiknya dunia tanpa jabat tangan bukanlah perkara mudah.
Pasalnya, salaman atau jabat tangan sudah menjadi kebiasaan yang berlangsung cukup lama.
"Kebiasaan salaman ini sulit dihindari," kata Elke Weber, profesor psikologi dari Princeton University AS, seperti dilansir BBC (6/5/2020).
Kendati sulit, menurut Prof Weber, usaha setiap orang untuk menghentikan tradisi salaman demi mencegah penularan virus corona tidak berlebihan.