Gus Miftah Melihat Pemerintah Gamang, Harusnya Waspada Bukan Berdamai dengan Corona
Di Mata Najwa, Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Gus Miftah tidak sependapat ungkapan berdamai dengan Corona yang disampaikan Presiden Jokowi
Lantas, Gus Miftah justru menilai ajakan berdamai dengan Virus Corona menjadi wujud kegamangan pemerintah.
Ia pun menyinggung soal keterbatasan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) hingga memaksa pemerintah mengizinkan warga mulai bekerja.
"Ketika pemerintah mengeluarkan kalimat berdamai dengan Corona, maka saya lihat seperi kekhawatiran atau kegamangan pemerintah," tutur Gus Miftah.
"Sehingga kemudian apakah berlatarbelakang ABPN tidak cukup, rakyat harus segera bekerja, lalu ada istilah damai dengan Corona."
Lebih lanjut, Gus Miftah menyebut pemerintah selayaknya meminta warga untuk lebih waspada ketimbang berdamai dengan Virus Corona.
Misalnya, dengan menjaga kebersihan dan menaati semua imbauan soal penanganan Virus Corona.
"Mungkin akan lebih tepat jika kita menggunakan harus lebih waspada," kata dia.
"Jadi kalau hidup bersih, sesuai tuntunan agama sebagai style, pahami, sosialisasikan arti protokoler kesehatan, memeprketat pelaksanaan."
"Saya pikir itu lebih bisa diterima oleh akal daripada bahasa berdamai dengan Corona," tukasnya.
Simak video berikut ini menit ke-3.45:
Alasan Jokowi Minta Damai dengan Corona
Di sisi lain, sebelumnya dokter sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudhi turut meluruskan apa yang diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal 'Berdamai dengan Corona'.
Hal itu diungkapkan dokter Tirta bersama dengan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 melalui channel YouTube BNPB Indonesia pada Rabu (27/5/2020).
Dokter Tirta menjelaskan bahwa 'Berdamai dengan Virus Corona' bukan berarti bisa melakukan hal seenaknya.
Menurutnya, 'Berdamai dengan Virus Corona' bukan berarti harus pasrah dengan keadaan.
"Ini yang perlu kita revisi, banyak media yang nanti akan bisa mempelesetkan ataupun menggiring, yang paling penting adalah maksudnya menerima kita ini bukan salaman ama Covid bukan, tapi adalah."
