TRIBUN WIKI
Menyebar ke Banyak Negara Termasuk Eropa, Simak Asal Mula Aksi Berlutut Hormati George Floyd
Sebagai penghormatan kematian George Floyd, para simpatisan berlutut seperti yang dilakukan polisi menghentikan pernapasan George Floyd.
TRIBUNBATAM.id - Kematian pria berkulit hitam, George Floyd, mengundang simpati dan amarah banyak orang, termasuk kalangan atlet.
George Floyd meninggal setelah kehabisan napas akibat lehernya ditindih dengan lutut seorang polisi di Mineapolis, Amerika Serikat.
Kematian pria 46 tahun itu memicu protes keras dari berbagai pelosok negara bagian Amerika Serikat bahkan melebar ke dunia.
Sebagai penghormatan kematian George Floyd, para simpatisan berlutut seperti yang dilakukan polisi menghentikan pernapasan George Floyd.
Pose berlutut itu menyebar ke negara-negara di dunia termasuk Eropa.
Seperti halnya Liverpool, Newcastle United, hingga klub-klub Liga Inggris lainnya yang mengunggah foto berlutut.
Atau seperti selebrasi pemain Borussia Moenchengladbach, Marcus Thuram, yang berlutut usai mencetak gol.
Namun demikian, makna terdalam dari gerakan berlutut tersebut bukan mengikuti gerakan polisi bernama Derek Chauvin yang menghilangkan nyawa George Floyd.
Melainkan ada pesan persatuan yang ingin digaungkan.
Seperti yang diunggah oleh bintang NBA, LeBron James, gerakan berlutut itu berawal dari pemain NFL, Colin Kaepernick.
LeBron James juga mengunggah cuplikan layar video tersebut bersandingan dengan Colin Kaepernick ketika masih berseragam San Francisco 49ers.
Kaepernick pernah mengajukan protes serupa dengan berlutut saat lagu kebangsaan Amerika Serikat dimainkan jelang pertandingan pada Agustus 2016.
Dia menolak berdiri saat The Star-Spangled Banner, lagu kebangsaan AS, berkumandang.
Protes dengan berlutut ketika lagu kebangsaan Amerika Serikat itu disenandungkan mengundang amarah Presiden AS, Donald Trump.
Akan tetapi, amarah itu seakan tidak didengar dan merembet kepada para atlet pada pertandingan NFL lain.
Aksi berlutut saat lagu The Star-Spangled Banner berkumandang merupakan bentuk protes setelah terjadinya beberapa kekerasan yang dilakukan polisi terhadap warga kulit hitam AS.
"Pecinta olahraga seharusnya tidak pernah memaafkan pemain yang tidak bangga dengan lagu kebangsaan mereka atau negara mereka. NFL harus mengubah kebijakan!" tulis Trump di Twitter pada tahun 2017.
Namun, Trump seakan tutup telinga dan mata soal protes tersebut sehingga aksi itu terus bermunculan pada tahun-tahun berikutnya.
"Cari cara lain jika anda ingin protes. Berdiri dengan bangga untuk lagu kebangsaan anda, atau anda tidak akan digaji," kicau Trump pada tahun 2018.
Usai aksi berlutut Colin Kaepernick yang menginspirasi atlet lainnya membuat karier sang quarterback meredup.
Dia tidak lagi memiliki klub hingga sekarang.
Meski tak berkarier di NFL, dia menjadi wajah dari iklan brand alat olahraga, Nike.
Kaepernick juga mendapat penghargaan Amnesty International karena aksinya.
Melansir BBC, Kaepernick punya alasan tersendiri dengan aksi berlutut tersebut.
"Saya tidak akan berdiri untuk menunjukkan kebanggaan terhadap sebuah bendera negara yang menekan warga kulit hitam dan kulit berwarna," kata Kaepernick dikutip BBC. (*)
*Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Asal-usul Aksi Berlutut Hormati Kematian George Floyd, Berawal dari Atlet NFL",