Tuding PM Malaysia Muhyiddin Yassin Pengkhianat, Mahathir Mohamad Ungkap Tak Ingin Kerjasama
Mahathir Mohamad kembali angkat bicara terkait penerusnya, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin. Menyebut PM Malaysia itu sebagai penkhianat.
TRIBUNBATAM.id, KUALA LUMPUR - Mahathir Mohamad kembali angkat bicara terkait penerusnya, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin.
Bahkan Mahathir Mohamad menyebut Muhyiddin Yassin sebagai pengkhianat.
Ia juga enggan jika diajak bekerja sama dengan Muhyiddin Yassin.
Dalam tulisan di blognya, Mahathir mengungkapkan dia membentuk Partai Bersatu bersama Muhyiddin dan masuk koalisi Pakatan Harapan untuk mengalakhkan Najib Razak.
Tapi, dia kecewa setelah Muhyiddin Yassin, yang menjadi PM Malaysia pada 1 Maret, memilih untuk bekerja sama dengan pihak yang mereka kalahkan.
Dalam aliansi Perikatan Nasional, terdapat Organisasi Nasional Malay Bersatu (UMNO), partai pimpinan Najib yang dikalahkan di pemilu 2018.
• DAFTAR 20 Negara Kasus Covid-19 Tertinggi, Amerika Serikat Nomor Satu, India Melampaui Spanyol
Mahathir dilansir Malay Mail Kamis (25/6/2020) mengatakan, melihat Muhyiddin bekerja dengan UMNO membuatnya tidak bisa menerima.
"Bagi saya, ini adalah pengkhianatan terhadap rakyat, pengkhianatan juga bagi mitra di Pakatan yang bekerja untuk mencapai tujuan kami," jelasnya.
Mahathir Mohamad menuturkan tanpa Pakatan, Muhyiddin tidak akan bisa membentuk "pemerintahan pintu belakang" dan jadi PM Negeri "Jiran".
Politisi berjuluk Dr M tersebut mengaku harus menyuarakannya setelah muncul seruan agar dia bereuni saja dengan Muhyiddin.
Mahathir berujar, dia mendapat nasihat agar mengesampingkan perselisihannya dengan Muhyiddin dan memberikan dukungan kepadanya.
Dia menyatakan, sejarah akan mengingat Muhyiddin sebagai pengkhianat yang sempat mendukung Pakatan harus di pemilu 2018.
Mantan PM berusia 94 tahun itu kemudian memprediksi dalam pemilu selanjutnya, Bersatu yang dia dirikan akan kalah oleh UMNO.
Dia mengatakan, Bersatu akan berjibaku tanpa sokongan Pakatan, dengan Muhyiddin dan seluruh kader dari partainya bakal menelan kekalahan.
Dr M menyindir Muhyiddin yang begitu ingin mencegah Najib, namun pada akhirnya berusaha membebaskan anggota parlemen dari Pekan tersebut.
Dia berseloroh sang PM kini bekerja tak kenal lelah untuk memastikan Najib Razak bebas dari tuduhan skandal korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Jika bebas, Najib bisa mempersiapkan diri menghadapi pemilu selanjutnya. Pada saat itulah, jasa Muhyiddin tidak akan lagi dipakai.
Abaikan Nasehatnya, Mahathir Mohamad Ungkap Alasan Jadi PM Malaysia Untuk Ketiga Kali
Sempat menerima penolakan dari berbagai pihak, Mahathir Mohamad akhirnya angkat bicara terkait alasan mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri Malaysia kembali.
Mantan PM Malaysia itu memang diketahui akan mencalonkan diri untuk ketiga kalinya manjadi PM.
Ia juga turut menyinggung terkait para penerus yang menggantikannya.
Diwawancarai harian berbahasa China, Sin Chew Daily, Mahathir menuturkan dia ingin kembali menjabat karena para penerusnya mengabaikan nasihatnya dalam memerintah negara.
"Pengalaman saya, ketika saya mencoba menasihat PM, mereka tidak akan mengacuhkan bahkan tidak peduli dengan ucapan saya," jelasnya.
Dia menuturkan pengalaman itu dia dapatkan bersama mantan PM Abdullah Badawi, dan Najib Razak yang dia kalahkan dalam pemilu 2018.
Mahathir Mohamad memang kembali menjadi PM Malaysia pada 2018.
Namun, dia secara mengejutkan mengundurkan diri pada Februari lalu.
Posisinya kemudian digantikan mantan sekutunya di Partai Bersatu, Muhyiddin Yassin, di mana kini sang veteran hendak mengambil lagi posisinya.
Dikutip Malay Mail Selasa (23/6/2020), Mahathir berujar dia ingin jadi PM Malaysia untuk ketiga kalinya demi "memperbaiki" dugaan korupsi dari pemerintahan Muhyiddin dan Najib.
Politisi berjuluk Dr M tersebut menyatakan, dia tidak akan mengambil jabatan "Menteri Senior" jika Anwar Ibrahim menjabat.
Mantan PM yang periode pertamanya berkuasa pada 1981 sampai 2003 itu mengklaim, setiap PM ingin membentuk warisannya sendiri daripada mendengarkan dia.
Dia menjelaskan, setiap PM ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengontrol Negeri "Jiran", di mana segala ide datang dari dia.
"Dia tidak mungkin mengatakan 'Ok, warisan politik saya berasal dari Mahathir'," ujar politisi yang pernah bergabung dengan koalisi Barisan Nasional itu.
Malaysia tidak pernah mempunyai jabatan menteri mentor. Posisi itu pertama kali digagas oleh negara tetangga Singapura.
Jabatan tersebut muncul setelah putra mendiang Lee Kuan Yew, Lee Hsien Loong, naik sebagai orang nomor satu Singapura pada 2011.
Posisi itu menyeruak ketika Channel News Asia mewawancarai Anwar Ibrahim, di mana dia mengungkapkan terbuka untuk mendiskusikannya.
Dr M menuturkan, dia menawarkan diri menjadi PM selama satu tahun.
Tapi karena tak disetujui Anwar, dia kemudian menguranginya menjadi enam bulan.
"Setelah enam bulan, saya akan mundur. Saya tak akan lagi menjadi PM.
Anda tahu, saya sudah terlalu tua. Sangat, sangat tua," ujar dia.
Pendukung Anwar Ibrahim Tak Ingin Mahathir Mohamad Jadi PM Malaysia: 'Karakternya Menjengkelkan'
Di tengah politik Malaysia yang kian memanas, kelompok pendukung Anwar Ibrahim menyerukan penolakan terhadap Mahathir Mohamad.
Mereka menyatakan tidak ingin jika Mahathir Mohamad nantinya dicalonkan sebagai Perdana Menteri Malaysia selanjutnya.
Kelompok tersebut adalah Otai Reformis, grup yang berafiliasi dengan Parti Keadilan Rakyat (PKR).
Menolak secara tegas jika Mahathir diajukan lagi untuk kembali ke Putrajaya.
Juru bicara Otai Reformis, Abdul Razak Ismail, justru menginginkan agar Anwar Ibrahim yang bisa dicalonkan sebagai PM Malaysia.
"Karakter Mahathir Mohamad itu menjengkelkan. Pemimpin Pakatan Harapan yang menginginkan jabatan menteri, tanpa pikir panjang, mencalonkannya lagi," ujar Abdul.
Dilansir Free Malaysia Today Senin (15/6/2020), dia menjawab spekulasi Pakatan berencana untuk menaikkan lagi nama Dr M, julukan Mahathir.
Spekulasi muncul karena Pakatan berencana untuk mendapatkan suara mayoritas dari anggota Dewan Rakyat (Parlemen Malaysia) demi kembali berkuasa.
Abdul Razak menegaskan, sudah saatnya bagi mantan PM berusia 94 tahun tersebut untuk memenuhi janji politiknya dengan menyerahkan jabatan ke Anwar.
"Daripada dia harus mengemis simpati dari para petinggi Pakatan supaya bisa kembali menjabat untuk enam bulan mendatang," jelasnya.
Aliansi itu dilaporkan bertemu lagi dengan Dr M, di tengah upaya mereka mendongkel Perikatan Nasional yang dipimpin PM Muhyiddin Yassin.
Muhyiddin berkuasa pada 1 Maret setelah beberapa hari sebelumnya, Mahathir Mohamad secara mengejutkan mengumumkan untuk mundur.
Sejak drama politik yang mengejutkan Negeri "Jiran" di Februari, Dr M menekankan komitmennya bahwa dia masih bersama Pakatan Harapan.
Abdul Razak menjelaskan, para pemimpin oposisi seharusnya sadar, bahwa Mahathir bukanlah sosok yang bisa dipercaya begitu saja.
Itu terbuktui dari selama 22 tahun pemerintahannya, dia berulang kali menolak untuk memberikan jabatan kepada Anwar, yang notabene pernah jadi seterunya.
Padahal ketika mengalahkan Barisan Nasional dan Najib Razak di Pemilu 2018, Mahathir sudah berjanji akan mundur setelah dua tahun menjabat.
"Bagaimana kami bisa menjamin jika Mahathir Mohamad akan mundur, malah bisa saja dia mendepak menteri Pakatan dari pemerintahannya?" tanya Abdul Razak.
(*)
• RUPIAH HARI INI - Ditutup Menguat 0,23%, Rupiah di Level Rp 14.130 per Dolar Amerika Serikat
• Angka Kemiskinan di Amerika Serikat Diklaim Turun Saat Wabah Covid-19, Apa Penyebabnya?
• Intelijen Amerika Sebut China Sudah Lama Rencanakan Penyerangan ke India
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diminta Reuni dengan PM Malaysia, Mahathir Ogah Bekerja dengan Pengkhianat".