HUMAN INTEREST
Jadi Tulang Punggung Keluarga, Kini Acok Terbaring Lemah di Kasur Karena Komplikasi
Safina berharap agar Pemerintah dapat membantu Acok untuk bisa kembali pulih seperti sedia kala.
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Tak selamanya kekurangan menjadi penghambat seseorang untuk mencapai tujuannya. Mungkin pesan tersebut sangat relevan dengan semangat Jumaidi atau yang akrab dipanggil Acok.
Ia merupakan seorang penjual koran di Batam.
Pria berdarah Bugis yang lahir 38 tahun silam ini memiliki keterbatasan dalam berbicara (tuna wicara). Meskipun begitu, keterbatasan tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk hidup dan beraktivitas layaknya orang biasa.
Tak ingin pasrah dan berdiam diri, setiap harinya Acok berjualan koran di sekitar Pasar Sungai Jodoh, tepatnya di Tos 3000, Ramayana dan sekitarnya.
Dalam sehari, Acok bisa menjual hingga 200 eksemplar koran tanpa sisa.
• Menolak Dikarantina, Ini Sanksi Bagi Warga yang Terinfeksi Covid-19, Kasus di Batam Jadi Sorotan
• Pembukaan Bioskop CGV di Batam Tunggu Arahan Pemko, Ini Protokol Kesehatan yang Akan Diterapkan
Panasnya matahari serta dinginnya air hujan yang turun tidak menggoyahkan semangat Acok untuk mencari uang. Terlebih, Acok satu-satunya harapan ibunya, sejak sang ayah meninggal dunia.
Acok tinggal bersama ibunya di gang sempit di area Kampung Tua Tanjunguma, Kecamatan Lubuk Baja, Batam.
Setiap pagi, Acok berangkat dari rumahnya menuju Pasar Sungai Jodoh dengan berjalan kaki tanpa kendaraan menelusuri ruas jalan. Ia biasa menjual koran yang ia terima dari agen sebesar Rp 2.000, kemudian ia jual dengan berkeliling di sekitar area tersebut.
Menurut ibunya Safina, dalam sehari acok bisa mendapatkan puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu. Uang tersebut biasa Acok berikan kepada ibunya untuk keperluan hidup sehari-hari.
Menjadi seorang penjual koran dengan keterbatasan yang ia miliki, tentunya bukan hal yang mudah. Beberapa kali Acok harus mengalami insiden yang mengancam keselamatan dirinya.
"Beberapa kali ia sempat diganggu atau dipalakin sama preman setempat. Beberapa tahun lalu, ia pernah babak belur dipalakin preman dan harus kehilangan uang senilai Rp 700 ribu.
Bibirnya berdarah hingga mukanya memar-memar," ujar Safina.
Namun, dalam 3 bulan terakhir Acok terpaksa terbaring lemah, pucat dan tak berdaya di atas tempat tidurnya karena sakit yang dideritanya dan mengalami penurunan berat badan yang drastis.
"Acok mengalami komplikasi. Dokter bilang ada jamur pada tenggorokannya. Selain itu lambung, jantung, dan ginjalnya juga mengalami masalah. Beliau juga punya ambeien," ujar kakak kandung Acok, Ondeng.
Beberapa waktu lalu, Acok sempat dibawa ke Puskesmas terdekat setelah mengalami gangguan pencernaan dengan digendong oleh warga sekitar. Namun sesampainya di sana, Acok disarankan untuk dirawat di rumah sakit.
