BATAM TERKINI
ABK Kapal Lu Huang Yuan Yu Curhat, Kerja Pagi sampai Malam Diberikan Makan Makanan Kedaluwarsa
Usai dibawa ke Batam para ABK kapal Lu Huang Yuan Yu 117 curhat kepada awak media. Mereka menyebut selama berada di dalam kapal.
Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Sihat Manalu
"Kalau bisa melawan, sudah kulawan. Kalau bisa minta pulang, satu bulan pertama kerja saya pengen langsung pulang, hanya saja kapal yang kami tumpangi ini terus berlayar," kata Didi.
Apakah itu perbudakan atau tidak, menurut Didi mereka dipaksa kerja dan tidak manusiawi.
Tidak sesuai dengan kontrak awal bekerja. “Saya bekerja dipaksa, sudah seharusnya waktu istirahat namun dipaksa terus menjaring. Makanan pun diberikan yang sudah kedaluwarsa.
Kadang subuh sampai tengah malam, istirahat sebentar lalu kerja lagi. Intinya selama ikan masih banyak ditemukan akan terus melempar jaring. Hingga terlihat tak berdaya lagi, baru diberi waktu istirahat. Tapi selama terlihat masih kuat akan dipaksa terus menjaring, mengumpulkan ikan cumi lalu mengeringkannya.
Jadi pekerjaan itu tergantung kondisi daerah tangkapan ikan, selama ikan masih banyak akan dipaksa terus bekerja dan istirahat saat kondisi cuaca badai datang.
Niat hati pernah berupaya ingin melawan. Namun kendali kapal sepenuhnya dimereka, kami melawan justru mendapat resiko kekerasan. Seperti teman kami Hasan.
“Saya tidak tau betul bagaimana ia meninggal. Namun waktu itu ia dipaksa bekerja menarik jaring tengah malam. Ya intinya tidak ada kemanusiaan di dalam kapal itu dibuat oleh perusahaan yang mempekerjakan kami,” katanya.
Mencari ikan dijalur perairan internasional, berlayar berpindah pindah. “Seingat saya rute awal dari Jangkaran di Singapura berlayar ke Argentina, beberapa minggu disana menurunkan jaring lalu kembali ke Singapura mengisi minyak kapal.
Setelah itu lanjut lagi operasi ke perairan internasional Korea hingga kembali ke China. Kapal sifatnya mencari ikan keliling perairan yang banyak ikannya.
Bahkan Didi mengaku di dalam kapal itu, tidak ada interaksi lantaran beda bahasa, Didi tidak mengerti bahasa mereka dan sebaliknya mereka pun tidak tau. “Jadi kami banyak diam-diam saja,” kata Didi.
Didi mengungkapkan gaji yang mereka peroleh bervariasi tergantung agency perusahaan yang memasukan ABK bekerja. "Kalau saya terima 350 dollar Singapura perbulan," ujarnya.
Untuk sistem pengupahan lanjut dia langsung di transfer ke rekening keluarga ataupun orang tua.
"Tiga bulan pertama saya ditunjukkin bukti transfer ke keluargaku. Namun 3 bulan terakhir ini saya belum tau, soalnya belum diberitahu," katanya.
Setelah bekerja, tidak ada cerita nikmat. “Semua buruk, saya tidak mau lagi. Cukuplah ini pengalaman terakhir, saya masih muda, masih panjang jalan hidup saya,” tutup Didi mengakhiri perbincangan sore itu. (blt)