Presiden Erdogan Ubah Status Hagia Sophia Jadi Masjid, Rusia Beranggapan Turki Ada Masalah Internal

Bagi pemerintah Rusia, keputusan Erdogan menjadikan Hagia Sophia menjadi masjid karena ada masalah internal yang terjadi di Turki.

tribunnews
Hagia Sophia yang kini telah berubah status menjadi masjid. 

TRIBUNBATAM.ID, MOSKWA - Presiden Erdogan membuat keputusan Hagia Sophia menjadi masjid.

Diketahui sebelum disahkan menjadi masjid, Haghia Sophia adalah sebuah museum.

Diubahnya Hagia Sophia jadi masjid, Pemerintah Rusia beranggap jika ada masalah internal yang terjadi di Turki.

Betrand Peto Mengamuk Hingga Dorong Karyawan, Ruben Onsu Beri Peringatan: Onyo Harus Biasakan Diri!

Komunitas internasional memberikan sorotan tajam setelah Jumat (10/7/2020), pengadilan setempat memutuskan mencabut status museum Hagia Sophia.

 

Gereja Ortodox Rusia sudah menyatakan keberatannya atas manuver yang dilakukan oleh Ankara, seperti diberitakan AFP Senin (13/7/2020).

Dalam komentarnya, juru bicara kementerian luar negeri Maria Zakharova menuturkan Moskwa "memahami dengan kekecewaan" keputusan Ankara.

Awalnya merupakan katedral era Kekaisaran Bizantium, bangunan yang masuk situs warisan dunia UNESCO itu menjaid masjid ketika dikuasai Turki Ottoman.

Pada Jumat, juru bicara gereja Ortodox, Vladimir Legoida, menyatakan "kekhawatiran jutaan orang Kristen" tidak didengar oleh Ankara.

Sementara komentar Zakharova muncul setelah Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei Vershinin, memandang masalah itu adalah urusan internal Turki.

Ilustrasi Turki - Bangunan Hagia Sophia.
Ilustrasi Turki - Bangunan Hagia Sophia. (Shutterstock via Kompas.com)

Negara lain, beber Vershinin, tidak punya hak untuk melakukan intervensi manuver yang dilaksanakan pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Zakharova menerangkan, museum tersebut merupakan "simbol dari perdamaian dan toleransi antar-agama" selain tempat suci bagi umat Kristen.

Sang juru bicara melanjutkan, pemerintah Rusia berharap manajemen Hagia Sophia bisa mematuhi segala aturan yang ditetapkan Hagia Sophia.

"Kami berharap keputusan atas bangunan unik ini juga dilakukan secara unik menyangkut signifikansi terhadap para pemeluk agama di seluruh dunia," jelasnya.

Warga Kecamatan Gunung Kijang Mengeluh, 3 Tahun Urus Lewat Prona, Sertifikat Tanah Belum Diterima

Pernyataan Erdogan

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menegaskan bahwa perubahan status Hagia Sophia merupakan urusan internal negara mereka.

Pernyataan itu dia sampaikan setelah pengadilan setempat mencabut status museum bangunan yang masuk ke dalam warisan dunia UNESCO itu.

Pencabutan Hagia Sophia dari museum memberikan jalan bagi pemerintah Turki untuk mengembalikan bangunan itu menjadi masjid.

"Pengambilan keputusan Hagia Sophia adalah hak negara Turki, bukan yang lain. Ini adalah urusan internal kami," tegas Erdogan kepada Kriter.

Dikutip Anadolu Minggu (12/7/2020), dia menekankan setiap negara harusnya menghormati negaranya, dan menjelaskan mengapa dia mengambil langkah yang menjadi sorotan itu.

Dalam pandangan mantan Wali Kota Istanbul tersebut, perubahan dari masjid menjadi museum pada 1934 merupakan "keputusan menyakitkan buat mereka".

Makan Sate Bisa Picu Kanker Bukan Mitos Belaka, Pahami Cara Sehat Konsumsinya

Dia mengabaikan kritik baik dari dalam negeri maupun luar, dengan menyatakan argumentasi yang mereka sampaikan "tak ada artinya".

Pada Jumat (10/7/2020), pengadilan tertinggi Turki, Dewan Negara, membatalkan dekrit kabinet yang sudah diterapkan selama 85 tahun terakhir.

Dalam putusan, disebutkan bangunan itu merupakan milik yayasan yang didirikan oleh Sultan Mehmet II, penakluk Istanbul, yang dipersembahkan sebagai masjid.

Bangunan itu awalnya merupakan katedral di bawah kekuasaan Kekaisaran Bizantium selama berabad-abad, dan kemudian jadi masjid pada 1435.

Pakar menyatakan, keputusan tersebut memberi keleluasaan bagi Erdogan untuk menguatkan pendukungnya sekaligus memecah oposisi.

Jean Marcou, peneliti French Institute for Anatolian Studies mengatakan, bagi pendukung sang presiden, status museum Hagia Sophia merupakan perampasan.

"Niat Erdogan adalah menegaskan kekuasaan Turki dan Muslim lewat pendekatannya di nasional seperti halnya agama," beber Marcou.

Jadi Atensi Danrem, Personel dan PNS Korem 033/WP Jalani Tes Urine, Kerja Sama dengan BNNP Kepri

Ozgur Unluhisarcikli, Direktur German Marshall Fund di Ankara menjelaskan, manuver itu jelas akan merebut hati mayoritas rakyat.

"Ini adalah debat di mana Erdogan tak bisa kalah dan oposisi tak bisa menang. Faktanya, keputusan ini berpotensi memecah penentang," paparnya dilansir AFP.

Meski begitu, pakar menyebut pengembalian status Hagia Sophia menjadi masjid bisa memanaskan relasi Erdogan dengan negara Barat.

Apalagi, saat ini pemerintahannya tengah berjibaku dengan krisis ekonomi dan konflik yang mereka dukung di sejumlah kawasan Timur Tengah.

Yunani Ancam Jadikan Rumah Mustafa Kemal Ataturk  Museum Genosida
Yunani melalui Menteri Pembangunan Pedesaan, Makis Voridis, melontarkan ancaman setelah Turki hendak mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.

Voridis mengancam bakal menjadikan rumah Mustafa Kemal Ataturk, bapak Turki modern sekaligus presiden pertama, sebagai museum genosida.

Dalam wawancaranya dengan MEGA, Voridis mengatakan bahwa keputusan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia jadi masjid "menjijikkan".

Dia menekankan Ankara sama sekali tidak mempunyai ketertarikan untuk menjalin relasi positif dengan negara Barat maupun komunitas internasional.

CATAT! Kemenkes Ubah Istilah Penyebutan dalam Covid-19, Tak Ada Lagi OTG dan PDP

"Kemarahan, kebencian, kesedihan, dan rasa penghinaan yang dalam terutama terjadi di Yunani," kata Voridis dikutip Greek City Times Minggu (12/7/2020).

Dia mengatakan, Hagia Sophia tidak sekadar bangunan kebudayaan, sekaligus simbol bagi Kekristenan dan Ortodox.

Voridis kemudian ditanya jawaban seperti apa yang bakal diberikan oleh Athena, setelah pengadilan Turki mencabut status museum pada Jumat (10/7/2020).

Dia menjawab yang paling cepat dan jelas adalah "simbol paling ekstrem" adalah mengubah rumah kelahiran Mustafa Kemal Ataturk di Thessaloniki sebagai museum genosida.

Dia kemudian menyatakan bahwa dunia seharusnya menyadari Turki menjadi ancaman stabilitas dunia, dengan Barat harus memberi pesan tegas.

"Kita harus menegaskan bahwa Erdogan benar-benar tak terkendali dan negara Barat akan segera menghadapinya," jelas Voridis.

Selain Voridis, koleganya, Menteri Luar Negeri Nikos Dendias juga meminta agar Komisi Eropa menyiapkan langkah tegas bagi Ankara.

Jadi Atensi Danrem, Personel dan PNS Korem 033/WP Jalani Tes Urine, Kerja Sama dengan BNNP Kepri

Dia menuturkan, dia akan berusaha membawa permasalahan tersebut dalam pertemuan para menteri luar negeri Komisi Eropa Senin (13/7/2020).

Menurutnya, mencabut status Hagia Sophia dan mengubahnya menjadi masjid seharusnya mendapat perhatian Uni Eropa hingga PBB.

"Kami punya kewajiban konstitusional untuk melindungi hak kami. Yunani jelas akan melindungi kepentingannya, dan Uni Eropa harus mengakuinya," jelas Dendias.

Hagia Sophia dulunya merupakan katedral terbesar dunia yang dibangun pada masa Kaisar Bizantium, Justinian, sekitar 537 Massehi.

Sejak Konstantinopel jatuh ke tangan Sultan Mehmet II dari Turki Ottoman pada 1435, bangunan itu kemudian berubah menjadi masjid.

Mustafa Kemal Ataturk yang merupakan "Bapak Turki Modern" kemudian menjadikan Hagia Sophia sebagai museum pada 1935, sebelum dicabut oleh pengadilan Turki 2020 ini.

Hagia Sophia di Istanbul Turki jadi Masjid, Yunani Kok Tak Terima dan Mengancam?

Respons Patriark Theodore II

Patriark Theodore II dari Alexandria, Mesir dalam sebuah pernyataannya pada Sabtu siang (11/7/2020) waktu setempat, mengatakan bahwa Turki telah menaruh duri besar dalam kehidupan bersama dan perdamaian antar-agama.

Patriark Theodore II Alexandria dan Seluruh Afrika itu mengungkapkan kesedihan mendalamnya soal perubahan status Hagia Sophia.

Paus sekaligus Patriark Alexandria dan Seluruh Afrika, Theodore II (kanan).
Paus sekaligus Patriark Alexandria dan Seluruh Afrika, Theodore II (kanan). (AFP/ALBERTO PIZZOLI)

Hagia Sophia, merupakan monumen Kristen bersejarah di Timur yang kini diubah statusnya oleh Pengadilan Turki kembali menjadi masjid seperti era Kekhalifahan Usmani.

"Turki telah menambah duri besar lain dalam hidup damai berdampingan antar-masyarakat dan antar-agama," ungkap Paus sekaligus Patriark Gereja Ortodoks Timur dan Seluruh Afrika itu.

Berikut ini pernyataan yang diungkap Patriark Theodore II atas perubahan status Hagia Sophia kembali menjadi masjid.

"Dengan sangat sedih dan prihatin, saya diinformasikan tentang perubahan monumen Kristen paling bersejarah di Timur, Hagia Sophia menjadi masjid.

Tantangan ini mengguncang segalanya dan memperkeruh keadaan yang sudah bermasalah dengan adanya wabah virus corona.

Sementara selama periode ini, kita semua harus berjuang bersama secara harmonis, melawan musuh pandemi yang tak terlihat, Turki malah menambah duri besar lain dalam hidup damai antara manusia dan agama.

Sementara itu, kita di Mesir menikmati kebebasan beragama dan hidup berdampingan dalam damai.

Presiden Mesir, Abdel Fattah El Sisi memberikan kita sertifikat untuk gereja-gereja Kristen, otoritas politik dan negara di negara kita secara bebas mengizinkan kita mengoperasikan gereja-gereja kita, memelihara mereka, merenovasi dan memperbagus mereka...

Di Turki, kita lihat hak-hak beragama dan budaya digunakan untuk tujuan lain, dan di atas segala-galanya, kita lihat sejarah telah diubah dan divisi baru telah dibuat untuk kepentingan pribadi. Dari kursi Santo Mark, kami berdoa supaya logika akan tetap menang dan kedamaian Allah akan menguasai seluruh dunia!"

Sementara itu, melansir Kantor Berita Athena (ANA), dari Yunani, Uskup Agung Leronymos menyatakan bahwa keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid adalah suatu bentuk penghinaan.

"Instrumentisasi agama demi kepentingan partai politik, geopolitik dan geostrategis menunjukkan 'siapa' orang yang melakukannya.

Ini adalah penghinaan yang tidak hanya ditujukan kepada Ortodoksi dan Kekristenan, tapi juga secara umum, dan kepada seluruh umat manusia yang beradab, pada setiap orang yang berpikir tanpa memandang agama.

Tapi, percuma saja melawan atau protes pada sesuatu yang tak bisa dilawan karena itu hanya akan melukai diri kita sendiri," tandas Uskup Agung itu seraya mengutip salah satu ayat Acts 9:5 dari Alkitab.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rusia Sebut Perubahan Hagia Sophia Jadi Masjid Masalah Internal Turki, tapi..."

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Rusia Tegaskan Hagia Sophia Jadi Masjid Lagi Merupakan Masalah Internal Turki

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved