100 TAHUN PK OJONG
Generasi Sekarang Layak Meniru Ojong, Jangan Cuma Tik-tok-an
Pria kelahiran Bukittingi, Sumatera Barat, 25 Juli 1920 ini adalah pendiri Kompas Gramedia, bersama sahabatnya, Jakob Oetama.
PK Ojong sosok multidimensi. Selain sebagai jurnalis, ia juga seorang cendikiawan dan usahawan.
Sebelum terjun ke dunia jurnalistik dan bisnis, Ojong karirnya diawali sebagai guru.
Bahkan ia juga satu di antara pendiri Universitas Tarumanegara. Tak heran di lingkungan KG Ojong sebagai sosok pendidik.
Sepak terjang PK Ojong bisa dibaca dalam buku tentang sosok PK Ojong, “Hidup Sederhana Berpikir Mulia”.
Lalu seperti apa sosok PK Ojong di mata orang lain?
Satu di antara pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jusuf Wanandi mengisahkan kepada Tribun Network.
Jusuf Wanandi mengenal sosok PK Ojong sejak lama, dan ia mengaku hidupnya terpengaruh, terutama dalam mencintai seni dan budaya.
Hal itu I terlihat di kantor Jusuf, CSIS, di wilayah Jakarta Pusat. Bertebaran lukisan-lukisan karya seniman Indonesia, menempel di dinding, satu di antaranya milik I Nyoman Tjokot.
Berikut petikan wawancaranya dengan Tribun Network pada Rabu, 22 Juli 2020:
PK Ojong di mata Anda?
PK Ojong telah menciptakan sesuatu dunia baru dalam media masa di Indonesia.
Karena sebelumnya kita tidak mengenal surat kabar independen yang bisa berkembang sebegitu rupa.
Beliau memiliki banyak ide, meskipun orangnya sangat ramah dan memiliki berbagai macam joke. Kalau orang tidak kenal dia, kelihatannya pendiam.
Orangnya memiliki kehangatan meski terlihat agak pendiam. Dan kita waktu menjadi mahasiswa, Beliau mendukung dari belakang. Teruskan kita punya perjuangan.
Kompas menjadi sesuatu yang hebat, kita sangat menghargai waktu itu. Beliau mendukung CSIS sejak awal.