Kerap Dikritik Mahathir Mohamad, Najib Razak Ungkap Ingin Bersihkan Namanya Dahulu
Najib Razak mengungkapkan keinginannya untuk membersihkan nama dari skandal korupsi yang tengah menimpa. Sementara itu dapatkan kritik dari Mahathir.
Raja Malaysia, Sultan Abdullah dari Pahang, kemudian mengakhiri krisis tersebut dengan menunjuk Muhyiddin Yassin dan aliansi Perikatan Nasional.
Najib menjelaskan, dia sama sekali tidak terkait dengan manuver yang dilakukan Muhyiddin, seperti yang dituduhkan oleh Dr M, sebutan Mahathir.
"Mungkin ada yang mengatakan bahwa itu adalah pemerintahan jalur belakang.
Tetapi menurut saya sudah dilakukan sesuai konstitusi," paparnya.
PM keenam Malaysia itu menuturkan, dia merasa menjadi kandidat terkuat dalam pemilihan umum yang digelar pada 2023 mendatang.
Meski begitu, dia menerangkan bahwa rakyat-lah yang akan memutuskan apakah dia berhak kembali bertarung di politik atau tidak.
Simpan 1.864 Ton EAFD, Malaysia Laporkan Penemuan 110 Kontainer Limbah Beracun di Johor
Malaysia melaporkan telah temukan 110 kontainer limbah beracun yang dibuang secara ilegal.
Kontainer limbah beracun tersebut dibuang di Pelabuhan Tanjung Pelepas, Johor sejak bulan lalu.
Berisi 1.864 ton debu tanur busur listrik (EAFD).
Bernama melaporkan sebagaimana yang dilansir dari CNN pada Senin (20/7/2020), EAFD merupakan produk sampingan berbahaya dari produksi baja dan mengandung unsur-unsur beracun, seperti timah dan kromium.
Para pejabat berwenang mengatakan ratusan kontainer itu datang dari Rumania dan didaftarkan sebagai seng pekat dalam formulir deklarasi.
"Temuan EAFD, saat transit di Malaysia dan menuju Indonesia ini adalah temuan terbesar dari jenisnya ( pembuangan limbah beracun) dalam sejarah Malaysia," kata Menteri Lingkungan dan Air, Ibrahim Tuan Man dalam laporan Bernama.
Atas temuan pembuangan limbah beracun secara ilegal dari Rumania tersebut, Malaysia mengirim limbah kembali ke Rumania dan meminta Interpol untuk menyelidiki.
Sejak China melarang impor limbah plastik pada 2018 dalam upaya untuk membersihkan lingkungannya, banyak negara telah mencari tempat pembuangan alternatif untuk sampah mereka, dan menciptakan masalah bagi negara-negara lain, seperti Kamboja, Malaysia, dan Filipina.
