Kisah PSK Online di Semarang: Mengaku Dari Ayam Kampus, Diajak Nikah Siri, Sekarang Jualan Baju
Selama pandemi covid-19, banyak dijumpai sejumlah perempuan menawarkan diri melalui media sosial termasuk Facebook.
Media yang dia gunakan untuk mejual diri yakni melalui aplikasi MiChat maupun Twitter.
"Saya masih tidak berani long time. Hanya sort time saja. Itupun eksekusinya di hotel tertentu, karena saya juga ingin jaga keamanan diri. Sekali ST (short time) saya tarif Rp 700 ribu maksimal durasi 1 jam."
"Pembayaran juga saya lakukan saat ketemu atau COD, biar pelanggan tidak menganggap saya penipu," ujar wanita yang kini berusia 26 tahun ini.
Berjalannya waktu, akhirnya Bunga mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan di sebuah perusahaan swasta di Kota Semarang.
Jika dilihat dari penampilan, bunga sehari-hari tetap menggunakan pakaian sopan, tidak seronok.
"Jujur tidak ada yang tahu saya seperti ini. Termasuk orangtua saya juga."
"Tapi sejak saya sudah kerja, agak mengurangi menjual diri di medsos. Itupun kalau saya lagi butuh uang tambahan atau enggak capek, baru mau booking out (BO). Apalagi saat ada corona, agak hati-hati," imbuh Bunga.
Bunga secara terus terang pernah ditawari oleh seorang pengusaha asal Semarang, untuk menjadi istri siri.
Namun ia tolak, karena Bunga berprinsip tidak ingin menghancurkan keluarga orang lain.
"Saya hidup enggak mau menyakiti orang lain. Tentu kalau tawaran itu saya terima, istri sahnya akan tersakiti. Memang sih saya akan dapat banyak materi dari dia. Tapi hati jadi enggak tenang," tegasnya.
Dirinya mengaku saat ini sudah jarang membuka layanan BO di medsos.
Alasannya sederhana, karena dia kini sudah mendapatkan pekerjaan dan takut corona.
Sehingga ia lebih memilih menghindarinya.
"Masih takut kalau harus open BO lagi. Sekarang saya justru sedang fokus jualan baju di medsos."
"Biar punya kesibukan lain dan terlepas dari jerat prostitusi. Saya hanya ingin hidup normal, menikah, dan membesarkan anak-anak dengan baik," pungkasnya.