Gara-gara Aksi Demo, Korea Selatan Kembali Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19
Korea Selatan kembali menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Hal itu terjadi saat demonstrasi politik memicu gelombang kedua.
Pembatasan jarak sosial itu termasuk larangan makan malam di tempat di Seoul yang lebih besar.
"Ini akan menjadi hak untuk mencabut pembatasan, mengingat pengorbanan yang dilakukan orang-orang, tetapi kami sangat khawatir jika pelonggaran yang tergesa-gesa akan menyebabkan penyebaran kembali virus dan menyebabkan rasa sakit yang lebih besar bagi publik," ungkap Chung.
Otoritas kesehatan memperingatkan orang-orang yang melakukan pertemuan besar.
Terlebih, beberapa kelompok yang mengerahkan massa dalam demonstrasi politik bulan lalu berencana menggelar demonstrasi lain bulan depan.
Tercatat lebih dari 1.700 kasus telah dikaitkan dengan sebuah gereja dan unjuk rasa.
Itu menjadi klaster terbesar di negara itu sejak epidemi pertama kali muncul pada Januari.
"Jika kelompok-kelompok tersebut terus melanjutkan protes, pemerintah akan mengambil langkah cepat untuk membubarkan mereka dan secara tegas menanggapi setiap kegiatan ilegal berdasarkan prinsip penangkapan di tempat," kata Direktur Umum untuk kebijakan kesehatan masyarakat di Kementerian Kesehatan Korsel, Yoon Tae-ho.
Kasus Covid-19 di Korea Selatan Makin Parah, Pejabat Diminta Untuk Karantina Mandiri
Kasus virus Corona atau Covid-19 di Korea Selatan dikabarkan terus bertambah parah.
Terbaru, Parlemen Korea Selatan ditutup pada Kamis (27/8/2020).
Para anggota parlemen juga diminta karantina mandiri, menyusul makin melonjaknya kasus Covid-19.
Terbaru, Korsel mencatatkan lebih dari 400 kasus baru Covid-19.
"Negeri Ginseng" sempat menjadi negara dengan dampak terburuk kedua di dunia akibat virus Corona pada awal wabah, dan berhasil mengendalikannya dengan pelacakan serta pengujian ekstensif.
Namun kini, Korsel kembali dihantam lonjakan kasus Covid-19 dengan keras, yang sebagian besar terkait dengan klaster gereja-gereja Protestan.
AFP mewartakan, total 441 kasus baru hari ini sebagian besar tercatat di Seoul, setelah sempat hanya mencatat 30-40 kasus per minggu.