India Catat 92.071 Infeksi Harian Covid-19, Total Kasus Tembus Angka 4,85 Juta

India telah mencatat 92.071 kasus baru Covid-19, pada Senin (14/9/2020) kemarin. Sehingga total kasus Covid-19 di India menjadi 4,85 juta.

(STR/EPA-EFE)
Pekerja migran memadati terminal bus di perbatasan Uttar Pradesh dekat New Delhi, India, pada 28 Maret 2020. Kasus virus Corona India melonjak menjadi 4,85 juta. 

Editor: Putri Larasati Anggiawan

TRIBUNBATAM.id, MUMBAIIndia telah mencatat 92.071 kasus baru virus Corona atau Covid-19, pada Senin (14/9/2020) kemarin.

Sehingga total kasus Covid-19 di India menjadi 4,85 juta, kata kementerian kesehatan federal.

Negara terpadat kedua di dunia ini hanya tertinggal dari Amerika Serikat secara global dalam jumlah keseluruhan infeksi.

Tetapi telah melaporkan lebih banyak kasus harian daripada Amerika Serikat sejak pertengahan Agustus.

Kematian relatif rendah sejauh ini dibandingkan dengan jumlah infeksi, tetapi mengalami peningkatan.

Lebih dari 1.100 orang meninggal karena Covid-19 dalam 24 jam terakhir, kata kementerian itu.

Update Corona Dunia: Total 28,9 Juta Terpapar Covid-19, India & Prancis Catat Rekor Baru

Menjadikan jumlah total kematian akibat penyakit tersebut menjadi 79.722 kasus.

Parlemen India bertemu untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada hari Senin ketika para anggotanya, seperti Perdana Menteri Narendra Modi, mengenakan masker dan duduk di kursi yang tertutup partisi kaca, dirancang untuk mencegah penyebaran virus.

Jam kerja majelis telah dipotong, majelis rendah akan duduk di pagi hari dan majelis tinggi di sore hari.

"Tidak ada kelonggaran jika tidak ada obat. Kami berharap vaksin segera tersedia, dari belahan dunia mana pun asalnya," kata Modi dalam sambutannya kepada media sebelum sesi dimulai.

Pada hari Minggu, India mengatakan sedang mempertimbangkan untuk memberikan otorisasi darurat untuk vaksin Covid-19, terutama untuk orang tua dan orang-orang di tempat kerja yang berisiko tinggi.

"India sedang mempertimbangkan otorisasi darurat untuk vaksinasi Covid-19," kata Menteri Kesehatan Harsh Vardhan.

"Jika ada konsensus, kami dapat melanjutkannya, terutama dalam kasus warga senior dan orang yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi." tambahnya

Vardhan mengatakan garis waktu pada uji coba Tahap III dapat dipersingkat dengan memberikan otorisasi darurat, tetapi menekankan tidak ada jalan pintas dalam uji klinis dan bahwa vaksin hanya akan tersedia jika pemerintah dapat memastikan keamanan dan kemanjurannya.

Dia mengatakan belum ada tanggal yang ditetapkan untuk peluncuran vaksin, tetapi hasil uji coba tambahan harus jelas pada kuartal pertama 2021.

India Mencatat Tiap 3 Menit, 2 Orang Meninggal Akibat Covid-19: 941 Tewas Dalam 24 Jam

Kementerian Kesehatan India umumkan data mengejutkan terkait virus Corona atau Covid-19 di negaranya.

Dilaporkan Covid-19 telah merenggut nyawa dua orang tiap tiga menit selama 24 jam terakhir.

Semua perhitungan ini didasarkan atas analisis dari data Kementerian Kesehatan India.

Sebagaimana diwartakan oleh Hindustan Times, Senin (17/8/2020).

Merujuk data Kementerian Kesehatan India, sebanyak 941 orang tewas karena virus Corona selama 24 jam terakhir (Minggu-Senin).

Sementara itu, total kasus virus Corona terkonfirmasi di India melampaui 2,6 juta kasus pada Senin.

Total jumlah kematian akibat Covid-19 di negara tersebut tercatat lebih dari 50.000 kematian.

Dengan jumlah kasus tersebut, India menempati posisi ketiga sebagai negara yang terjangkit virus Corona terbanyak setelah Amerika Serikat ( AS) dan Brasil.

Sementara itu, persentase pemulihan Covid-19 di India menjadi 72,51 persen berdasarkan pembaruan pada Senin Pagi.

Sedangkan persentasi kematian akibat virus Corona telah menurun menjadi 1,92 persen.

Menurut Dewan Riset Medis India ( ICMR), total sampel yang telah dites di India telah melampaui 30 juta spesimen hingga Minggu (16/8/2020).

Awalnya, India hanya memiliki satu laboratorium untuk mengetes Covid-19 di National Institute of Virology (NIV) di Pune.

Jumlah laboratorium di India kemudian berkembang menjadi 100 laboratorium pada awal-awal penerapan karantina.

Pada 23 Juni jumlah laboratorium pengujian Covid-19 di India langsung melonjak menjadi 1.000 laboratorium

Hingga saat ini, total laboratorium di India untuk menguji Covid-19 telah mencapai 1.470 laboratorium.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 969 dimiliki oleh pemerintah sedangkan 501 laboratorium dimiliki oleh swasta.

Jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia juga meningkat. Korea Selatan melaporkan 197 kasus virus Corona terkonfirmasi pada Senin.

Negara Bagian Victoria, Australia melaporkan kematian akibat Covid-19 pada Senin saja mencapai 25 orang.

Di Selandia Baru, Perdana Menteri Jacinda Ardern mengumumkan penundaan pemilihan umum karena jumlah kasus virus Corona yang melonjak.

Ikuti Jejak India dan Amerika Serikat, Jepang Akan Melarang TikTok, China Beri Peringatan

TikTok menjadi perbincangan hangat di media sosial akhir-akhir ini.

Pasalnya, India dan Amerika Serikat mengumumkan larangan penggunaan aplikasi TikTok di negaranya.

Kini, Jepang dikabarkan akan mengikuti jejak kedua negara itu.

Namun China bereaksi keras atas rencana Jepang itu.

China bahkan telah memperingatkan Jepang bahwa larangan pada aplikasi video pendek TikTok yang berbasis di Beijing akan memiliki "dampak besar" pada hubungan bilateral.

Hal tersebut dikatakan penyiar TBS yang dikutip Reuters pada hari Jumat (7/8/2020), dari sumber pemerintah Jepang yang tidak disebutkan namanya.

Sekelompok anggota parlemen di Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang telah memutuskan untuk mendorong langkah-langkah untuk membatasi aplikasi karena kekhawatiran data dapat berakhir di tangan pemerintah China.

Kementerian luar negeri Jepang belum bersedia berkomentar.

Pemerintah belum mengatakan sedang mempertimbangkan untuk melarang aplikasi tersebut.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada hari Kamis larangan penggunaan aplikasi TikTok.

Bahkan ketika ByteDance sedang menegosiasikan dengan Microsoft Corp kemungkinan akuisisi untuk aplikasi berbagi video tersebut.

Sebelumnya, para pejabat keamanan AS telah mengungkapkan kekhawatiran kalau aplikasi milik perusahaan China ByteDance tersebut bisa digunakan untuk mengumpulkan data pribadi warga Amerika.

Aplikasi populer itu memiliki hingga 80 juta pengguna aktif dalam sebulan di Amerika, dan larangan ini bisa menjadi pukulan telak bagi ByteDance.

"Sejauh menyangkut TikTok, kami akan melarang mereka dari Amerika Serikat," kata Trump kepada wartawan di Air Force One.

Tidak jelas apakah Trump memiliki kekuasaan untuk melarang TikTok, bagaimana larangan itu akan ditegakkan, dan tantangan hukum apa yang akan dihadapi.

Microsoft berkali-kali dilaporkan bernegosiasi untuk membeli aplikasi tersebut dari ByteDance, tapi Trump tampak menimbulkan keraguan kalau kesepakatan seperti itu akan diizinkan untuk tercapai.

Jika memang digolkan, berbagai laporan mengatakan kesepakatan itu akan meliputi ByteDance menggugurkan operasi TikTok di AS.

Juru bicara TikTok menolak untuk berkomentar tentang langkah tersebut namun mengatakan perusahaan "yakin dengan kesuksesan jangka panjang TikTok" di AS.

Pelarangan TikTok ini muncul pada saat meningkatnya ketegangan antara pemerintahan Trump dan pemerintah China atas sejumlah masalah, termasuk sengketa dagang dan cara Beiing menangani wabah virus Corona.

Mengapa AS khawatir dengan TikTok?

Para pejabat dan politikus di AS khawatir data yang dikumpulkan oleh ByteDance lewat TikTok berakhir di tangan pemerintah China.

TikTok mengoperasikan versi serupa tapi terpisah dari aplikasi itu di China, yang bernama Douyin.

Mereka mengatakan semua data pengguna AS disimpan di AS, dengan cadangan di Singapura.

Pekan ini, TikTok berkata kepada para pengguna dan regulator bahwa mereka akan memberlakukan transparansi tingkat tinggi, termasuk mengizinkan pemeriksaan algoritmenya.

"Kami tidak politis, kami tidak menerima iklan politik dan tidak punya agenda — satu-satunya tujuan kami ialah terus menjadi platform yang hidup dan dinamis, untuk dinikmati semua orang," kata CEO TikTok, Kevin Mayer, dalam sebuah kiriman pekan ini.

"TikTok telah menjadi target terbaru, tapi kami bukan musuh."

Bagaimana dengan Indonesia?

Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI), Grata Endah Werdaningtyas mengatakan pemerintah Indonesia tentu juga mengikuti secara seksama berbagai kebijakan sejumlah negara, terkait penutupan aplikasi tik tok dengan alasan keamanan.

Namun, Grata mengatakan Indonesia tidak akan serta merta melakukan tindakan serupa seperti negara lain.

“Sebagai pemerintah kami akan terus mendorong agar penyelenggara sistem elektronik dan aplikasi sosial media yang beroperasi di Indonesia terus menaati dan mengikuti peraturan perundang-undangan di tanah air,” kata Grata dalam konferensi pers daring dengan media, Jumat (7/8/2020).

Pejabat Kemlu itu menyatakan bahwa pemerintah Indonesia akan terus melakukan pengawasan dan meminta komitmen penyelenggaraan aplikasi sosial media.

Terutama dalam hal keamanan konten dan penggunaan data di Indonesia.

Aplikasi Tiktok masih diperbolehkan di Indonesia selama tidak ada pelanggaran hukum dan pelanggaran undang-undang informasi teknologi.

“Selama tidak terbukti adanya pelanggaran hukum dan undang-undang di Indonesia, aplikasi sosial media tiktok akan tetap beroperasi di Indonesia,” katanya.

Sumber: Channel News Asia.

RM BTS Ulang Tahun ke-26, ARMY Galang Dana Untuk Anak Sekolah Kurang Mampu di India

India Terus Mencatat Kenaikan Kasus Harian Covid-19, Tingkat Kematian Tetap Rendah

Artis Ternama India Ungkap Pengalamannya usai Minum Kencing Sapi Untuk Tangkal Covid-19

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved