TRIBUN WIKI
Dramatis, Begini Peran Kho Tjioe Liang, Dokter TNI yang Evakuasi Jenazah 7 Jenderal di Lubang Buaya
Saat periode pasca-Gerakan 30 September 1966,Kho Tjioe Liang bertugas mengevakuasi jenazah tujuh Pahlawan Revolusi yang berada di sumur Lubang Buaya.
Pada 4 Oktober 1966, sekitar pukul 02.30 WIB, Pangkostrad Mayjen Soeharto memerintahkan Kapten (Czi) Sukendar untuk meminta bantuan kepada Korps Marinir.
Semula, Sukendar menuju Markas Kipam di Ancol, tetapi rupanya keberadaan mereka telah dipindah ke Markas Besar Korps Marinir.
Sekitar pukul 03.00 WIB, Sukendar menemui perwira jaga Mabes Korps Marinir yang kemudian menghubungi Letnan (Mar) Mispan Sutarto.
Ketika itu, Komandan Taifib Kapten (Mar) Winanto sedang berada di mes di Jalan HOS Cokroaminato 103 Menteng, Jakarta Pusat.
Letnan Mispan, Sersan Saparimin, dan Sukendar kemudian menuju Markas Besar AL di Dermaga II Tanjung Priok untuk mengambil peralatan tambahan dari KRI Multatuli sekitar pukul 03.30 WIB.
Rupanya, tabung oksigen yang dibawa dalam keadaan kosong sehingga mereka harus menuju pabrik pengisian oksigen di Manggarai.
Setelah melapor ke Kostrad sekitar pukul 08.00 WIB, tim tersebut langsung berangkat ke Lubang Buaya dengan menggunakan truk.
Akan tetapi, Sukendar tak mengetahui secara pasti di mana lokasi sumur tua tersebut.
Hingga akhirnya, setelah sempat bertanya kepada sejumlah orang yang berada di sekitar lokasi, tim tersebut tiba sekitar pukul 09.30 WIB di Pondok Gede.
Mereka bertemu Resimen Parako yang tengah berjaga, dan Tim Kipam yang turut berangkat diperiksa.
Kronologi pengangkatan jenazah
Hampir dua jam pemeriksaan berlangsung, sebelum akhirnya mereka diizinkan menuju lokasi sumur.
Sekitar pukul 11.45 WIB, tim siap dengan peralatan lengkap berupa masker, aqualung, dan ICAM 48.
Proses pengangkatan pun cukup dramatis.
Sebab, sebelumnya banyak prajurit yang pingsan karena menghirup gas beracun yang berasal dari dalam sumur.
Sehingga, dilakukan proses orientasi untuk mengetahui metode yang paling tepat guna mengangkat seluruh jenazah.