HUMAN INTEREST
Kisah dr Muhammad Askar, Pernah Bercita-cita Jadi Insinyur, Kini Petinggi di RSBP Batam
Perjungan dr Muhammad Askar untuk menjadi dokter termasuk di RSBP Batam tidaklah mudah. Kerasnya hidup, sudah ia alami sedari kecil.
Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Septyan Mulia Rohman
Waktu terus berjalan obrolan saya bersama dokter Askar sudah hampir satu jam, namun cerita perjalanan hidup Askar cukup menarik.
Ia pun terus berkisah, menceritakan pengalamannya selama kuliah.
Cerita dibalik kisah antara harapan dan kenyataan membuat Askar sempat bingung untuk menempuh perkuliahan.
Karena menuruti keinginan orang tuanya, Askar muda pun mendaftar ke fakultas kedokteran di Universitas Negeri Andalas.
Ia juga mendaftar ke fakultas tehnik di ITB. Askar mampu menempuh ujian masuk di dua fakultas di universitas negeri itu dengan nilai yang baik.
Ia diterima. Tapi, di ITB ia lulus dengan status cadangan, karena ia menjadikan ITB sebagai pilihan kedua.
Pilihan pertamanya adalah di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Ia pun mulai menempuh pendidikan di fakultas kedokteran.
“Walaupun saya sudah jadi mahasiswa kedokteran, tahun berikutnya saya coba lagi daftar ke ITB.
Saya tetap mau jadi insinyur. Namun, ternyata saya ditakdirkan untuk menjadi seorang dokter,” kata sambil menyeruput kopinya.
dr. Askar menyelesaikan kuliah kedokterannya cukup lama, 11 tahun. Banyak faktor yang membuat kuliahnya terlambat rampung.
Dari faktor ekonomi hingga kecintaannya pada dunia seni teater, bermusik, dan berorganisasi serta bergaul.
Jalan Askar untuk menyelesaikan studi ternyata tidaklah mudah, ia pun harus mampuh membiayai kuliahnya sendiri, harus bekerja.
Di samping itu Askar bekerja mencari ikan, kepiting, untuk dijual ke pasar hingga menjadi kuli bangunan dan mengajar mengaji pernah ia lakoni.
Selama kuliah, ia juga kerap berpindah indekos karena sering diusir karena tak sanggup membayar.