HARI PAHLAWAN 2020

Tiga Pahlawan Nasional dari Kepri, Sultan Mahmud Riayat Syah, Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji

Momen peringatan Hari Pahlawan, ada baiknya kita mengenal pahlawan nasional dari Kepulauan Riau ( Kepri),Sultan Mahmud Riayat Syah, Raja Haji Fisabil

ist
Makam Pahlawan Nasional Raja Haji Fisabilillah di Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau 

TRIBUNBATAM.id -Momen peringatan Hari Pahlawan, ada baiknya kita mengenal pahlawan nasional dari Kepulauan Riau ( Kepri)

Hari Pahlawan diperingati setiap 10 November untuk mengenang pertempuran di Surabaya.

Namun tidak ada salahnya untuk mengetahui pahlawan nasional dari Kepri.

Pemerintah Indonesia telah menganugerahkan pahlawan nasional kepada tokoh asal Kepri.

Ketiganya adalah Sultan Mahmud Riayat Syah, Raja Haji Fisabilillah, dan Raja Ali Haji.

Mereka berjasa bagi bangsa Indonesia melalui perjuangannya mengangkat senjata dan pena.

Berikut kisah tiga pahlawan nasional asal Kepulauan Riau.

Baca juga: Hari Pahlawan 2020, Gubernur Sumut Pertama dan Kapolri Pertama Jadi Pahlawan Nasional

1. Sultan Mahmud Riayat Syah

Sultan Mahmud Riayat Syah dianugerahi gelar pahlawan nasional 2017 di Istana Negara pada Kamis (9/11/2017).

Presiden Joko Widodo memberikan anugerah pahlawan nasional kepada Sultan Mahmud Riayat Syah bertepatan peringatan Hari Pahlawan tahun 2017.

Sultan Mahmud Riayat Syah atau Sultan Mahmud Syah III dilantik menjadi Sultan tahun 1761 M pada usia belia.

Sultan Mahmud Riayat Syah dilahirkan di Dalam Besar Kesultanan Riau Lingga pada tahun 1760.

Ia telah diangkat menjadi sultan menggantikan ayahnya sejak usia 2 tahun. Ayahnya wafat ketika ia masih kecil.

Sultan Mahmud Riayat Syah mendapat pendidikan di bawah bimbingan paman pamannya antara lain Daeng Kamboja dan Raja Haji.

Sejak muda Sultan Mahmud Riayat Syah sudah ikut berperang melawan Belanda yang ingin menanamkan pengaruhnya di Riau Lingga.

Perang Riau

Perlawanan melawan Belanda mencapai puncaknya pada tanggal  6 Januari 1784.

Sultan Mahmud Riayat Syah dan pasukannya berhasil mengalahkan Belanda. Perang ini dikenal juga dengan nama Perang Riau I.

Perang Riau II terjadi pada tahun 1787. Saat itu pasukan Sultan Mahmud Riayat Syah bergabung dengan pejuang dari daerah lain.

Sultan Mahmud Riayat Syah secara rahasia meminta bantuan kepada Raja Tempasuk di Kalimantan yang memiliki pasukan laut yang kuat. Bantuan itu terdiri dari 90 kapal perang dengan kekuatan 7000 prajurit. Pasukan yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Riayat Syah berhasil mengalahkan Belanda.

Diakui Oleh Bangsa Lain

Sultan Mahmud Riayat Syah sangat gigih berjuang melawan Belanda. Gubernur Jenderal VOC Belanda di Batavia terpaksa mengakui kedaulatan Kesultanan Riau Lingga Johor Pahang di bawah pimpinan Sultan Mahmud Riayat Syah.

Inggris yang menduduki Malaka pun mengakui hal yang sama. Pada tanggal 9 September 1795, pasukan Belanda ditarik dari Riau. Benteng Belanda yang ada di sana pun dibongkar.

Selain mempertahankan wilayah kesultanannya sendiri, Sultan Mahmud Riayat Syah juga membantu daerah lain untuk mengusir penjajah. Ia mengirimkan sebuah kapal perang lengkap dengan prajurit dan persenjataannya ke Sumatra Timur, Sumatra Selatan, dan Bangka Belitung.

Sultan Mahmud Riayat Syah wafat pada tanggal 12 Januari 1812. Makamnya berada di Daik Lingga di Riau.

Sultan Mahmud Riayat Syah mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 2017 bersama dengan 3 orang lainnya.

Kini, namanya resmi menjadi nama pahlawan nasional sehingga jasa-jasanya akan dikenang sepanjang zaman.

2. Raja Haji Fisabilillah

Raja Haji Fisabilillah ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 072/TK/1997 tanggal 11 Agustus 1997.

Seperti dikutip dari wikipedia.org, Raja Haji Fisabilillah lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, 1725.

Raja Haji Fisabililah merupakan adik dari Sultan Selangor pertama, Sultan Salehuddin dan paman sultan Selangor kedua, Sultan Ibrahim.

Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Tanjung Pinang, Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, salah satu masjid yang ada di Selangor, Malaysia, yaitu kota Cyberjaya dinamakan Masjid Raja Haji Fisabililah

Raja Haji Fisabililah adalah Raja Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV. Ia terkenal dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama.

Karena keberaniannya, Raja Haji Fisabililah juga dijuluki sebagai Pangeran Sutawijaya Panembahan Senopati di Jambi. Ia gugur pada saat melakukan penyerangan pangkalan maritim Belanda di Teluk Ketapang Melaka pada tahun 1784.

Jenazahnya dipindahkan dari makam di Melaka Malaysia ke Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau oleh Raja Ja'afar putra mahkotanya pada saat memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda.

3. Raja Ali Haji (RAH)

Raja Ali Haji (RAH) dijuluki sebagai Bapak Bahasa Indonesia. Ia terkenal lewat karya sastranya Gurindam Dua Belas.

Ia juga membuat sebuah pedoman yang menjadi standar bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia. Berkat jasanya, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional kepadanya pada 10 November 2004 melalui SK Presiden No.089/TK/Tahun 2004.

RAH lahir tahun 1808 di Selangor. Arya Ajisaka dalam bukunya Mengenal Pahlawan Indonesia mengatakan dia dilahirkan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.

RAH adalah putra dari Raja Ahmad dan cucu dari Raja Haji Fisabililah (saudara dari Raja Lumu, Sultan pertama dari Selangor).

Beliau merupakan keturunan dari prajurit Bugis yang datang di daerah Riau pada abad ke-16.

RAH mendapat ilmu bahasa pada tahun 1822 saat mengikuti ayahnya pergi ke Betawi.

Selain itu juga menimba ilmu bahasa arab dan ilmu agama di Mekkah sekaligus berhaji pada tahun 1828.

Pada tahun 1845, RAH menjadi penasehat agama di Kesultanan Riau-Lingga. Pada saat inilah RAH sangat produktif dalam menulis sastra, pendidikan dan kebudayaan.

Karya terkenalnya, Gurindam Dua Belas lahir pada tahun 1846. Karya ini dipublikasikan oleh E. Netscher pada tahun 1854.

Selain itu, Bustan al-Kathibin ditulis pada tahun 1857 di Betawi.

Karyanya yang menjadi acuan bahasa melayu adalah Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga.

Buku ini merupakan kamus satu bahasa pertama yang ada di Indonesia saat itu. Buku ini sendiri ditetapkan sebagai pedoman Bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928.

Tanggal meninggalnya RAH masih banyak diperdebatkan. Dilansir dari laman biografinya, ada sumber yang menyatakan RAH meninggal pada 1872.

Tapi ada juga yang menyatakan RAH meninggal di Pulau Penyengat pada 1873.

Pujangga ini dikebumikan di pemakaman Engku Putri Raja Hamidah.(*)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved