Kerusuhan Pecah di Kota New York Usai Penghitungan Suara, 10 Orang Ditangkap Polisi

Polisi di kota Portland melakukan penangkapan dan menyita sejumlah kembang api, palu, dan senapan setelah kerusuhan terjadi pada tengah malam, setelah

Editor: Eko Setiawan
net/google
Ilustrasi/ Ilustrasi kerusuahan di Amerika 

TRIBUNBATAM.id |AMERIKA - Polisi Amerika menangkap 10 orang tersangka dalam kasus kerusuhan setelah pemilihan suara dalam Pilpres Amerika.

Dalam kesempatan tersebut, polisi juga mengamankan sejumlah senjata seperti kembang api, dan palu.

Polisi di kota Portland melakukan penangkapan dan menyita sejumlah kembang api, palu, dan senapan setelah kerusuhan terjadi pada tengah malam, setelah pemungutan suara pilpres Amerika Serikat.

Penangkapan dilakukan ketika Gubernur Oregon, Kate Brown menerjunkan Pengawal Nasional di sana untuk merespons "kekerasan yang meluas".

Baca juga: Kasus Perdana, Seorang PNS di Anambas Terpapar Corona Setelah Pulang dari Natuna

Baca juga: Kepala KSOP Batam Sanggam Marihot Simamora Meninggal Dunia Karena Covid-19, Ini Kata Kadinkes

Melansir Reuters pada Kamis (5/11/2020), polisi Portland mengatakan bahwa ada 10 orang yang ditangkap dalam demonstrasi setelah orasi berlangsung rusuh di daerah pusat kota pasca-pemungutan suara pilpres.

Laporan itu muncul ketika Departemen Kepolisian New York (NYPD) mengumumkan bahwa terdapat 50 orang yang ditangkap dari aksi demonstrasi di kota New York, pada Rabu malam (4/11/2020).

“Semua pertemuan yang dinyatakan kerusuhan terjadi di pusat kota. Kami telah melakukan 10 penangkapan," kata juru bicara Kepolisian Portland kepada Reuters dalam pernyataan yang dikirim melalui email.

Demonstrasi juga terlihat di beberapa kota di AS lainnya pada Rabu malam, ketika para aktivis menuntut agar penghitungan suara dilanjutkan tanpa hambatan di beberapa kota, termasuk Atlanta, Detroit, New York, dan Oakland.

Sebelumnya pada Rabu, sekitar 100 orang berkumpul untuk acara antaragama sebelum pawai unjuk rasa yang direncanakan berlangsung di pusat kota Detroit, di negara bagian Michigan, untuk menuntut penghitungan suara penuh dan apa yang mereka sebut transisi kekuasaan secara damai.

Mitra lokal dari Protect the Results,sebuah koalisi yang terdiri lebih dari 165 organisasi akar rumput, kelompok advokasi dan serikat pekerja, telah menyelenggarakan lebih dari 100 acara yang direncanakan di seluruh negeri antara Rabu dan Sabtu.

Menjelang pemilihan 3 November, Amerika Serikat telah menyaksikan protes berbulan-bulan setelah kematian George Floyd pada Mei, seorang Afrika-Amerika yang meninggal setelah seorang petugas polisi Minneapolis menindih lehernya dengan lutut selama hampir 9 menit.

Baca juga: Lukita Dinarsyah Tuwo vs Rudi, Bawaslu Batam Siap Amankan Debat Paslon Pilkada Batam

Baca juga: Polsek Bintan Timur Bekuk Residivis Pembobol Rumah, Beraksi saat Penghuni Rumah Tidur

Aksi protes sekali lagi terjadi setelah adanya penembakan seorang Afrika-Amerika bernama Jacob Blake oleh polisi di Kenosha, Wisconsin.

Tidak lama setelahnya, terjadi penembakan Walter Wallace Jr yang berusia 27 tahun yang ditembak mati oleh dua petugas polisi di Philadelphia.

Portland telah menyaksikan beberapa demonstrasi sejak kematian Floyd, terutama di daerah pusat kota, dengan protes yang terkadang berubah menjadi bentrokan antara demonstran dan polisi, serta antara kelompok sayap kanan dan kiri.

Protes anti-rasisme menuntut diakhirinya kebrutalan polisi dan ketidaksetaraan rasial.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved