Muslim dan China Jadi Target Rasisme Media, Fokus Digambarkan sebagai Teroris atau Orang Jahat
Muslim, China dan Aborigin adalah kelompok minoritas yang jadi target rasisme di Australia
Rona Glynn-McDonald, seorang perempuan dari suku Kaytetye dari Alice Springs dan pendiri organisasi "Common Ground", mengatakan ada, "beberapa rasisme terselubung dan tidak dapat dipahami kecuali jika kita orang Aborigin atau bukan orang kulit putih."
"Mikroagresi rasial dan nada halus rasis yang ada di banyak laporan berita dan wawancara atau cara orang-orang menggambarkannya menunjukkan hal itu," ujar Rona.
Baca juga: Protes Anti Rasisme Juga Terjadi di Inggris, PM Boris Johnson Peringatkan Soal Ekstremis
"Warga Australia Non-Pribumi sangat tidak paham dengan kehidupan, sejarah dan budaya kami, dan saya pikir itu tercermin dalam cara pelaporan media dan ini menjadi cerminan masih adanya perpecahan di Australia," lanjutnya.
Rona juga mengatakan warga Aborigin sebagai korban "merusak" persepsi masyarakat umum dan "berbahaya" bagi kaum muda dalam aspirasi mereka untuk masa depan.

Kurangnya keberagaman media Australia
Jennifer juga mengatakan media Australia terus "didominasi oleh orang kulit putih" dan gagal mencerminkan keragaman budaya dan bahasa di Australia.
Ada 89 persen dari artikel bernada rasis ditulis oleh orang-orang dari latar belakang Anglo-Celtic atau Eropa, menurut laporan "All Together Now".
Baca juga: Mengenal Sosok Ilhan Omar, Imigran Muslim yang Jadi Anggota DPR AS, Bagaimana Kiprahnya?
"Mulai dari jurnalis, presenter, produser hingga eksekutif di media, dan yang mengambil keputusan mungkin tidak menyadari jika mereka buta akan budaya," ujarnya.
"Beberapa rasisme mungkin berlanjut, meski mereka tidak berniat melakukannya."
Studi terbaru dari Media Diversity Australia juga menemukan presenter, komentator, dan reporter di televisi Australia kebanyakan berkulit putih.
Awal tahun ini, Media Entertainment and Arts Alliance (MEAA) mengeluarkan pedoman baru untuk melaporkan soal ras dan ujaran kebencian.
"Jelas ada hubungan antara kurangnya keberagaman dalam jurnalisme Australia dan bagaimana isu ras, agama dan budaya diliput di negara ini," kata juru bicara MEAA, Adam Portelli kepada ABC.
Baca juga: Pemilu Amerika, Janji Joe Biden Menang di 100 Hari Pertama, Bahas Muslim Masuk Negeri Paman Sam
"Kami percaya ruang redaksi harus berubah untuk lebih mencerminkan keberagaman audiens yang mereka layani."
"Upaya untuk meningkatkan keberagaman di media tidak boleh bersifat tokenistis dan hanya akan benar-benar efektif jika mereka yang berada dalam posisi pengambilan keputusan editorial juga mencerminkan kondisi warga yang beragam."
Terlepas dari gambaran negatif tentang perempuan Muslim dan diskusi apakah penggunaan cadar wajib atau tidak di kalangan umat Muslim sendiri, Nayma memilih untuk tetap memakainya.
