Buku How Democracies Die Dibaca Anies Viral, Ramai Dukungan dan Hujatan: Sesuai Kondisi Sekarang !
Foto Anies mengenakan kemeja putih dan sarung duduk dan membaca buku berjudul How Democracies Die viral di media sosial
"Pakgub lagi belajar cara membuat demokrasi mati?
Mending urusin pengerukan sungai pak, mulai hujan mulu...," cuit @yunartowijaya, Minggu (22/11/2020) pukul 13.22 WIB.
Sampai artikel ini dibuat, TribunPalu.com ( TRIBUNBATAM.id Grup) telah melakukan konfirmasi kepada Yunarto Wijaya, tetapi belum mendapatkan respons.
Diwartakan sebelumnya, Yunarto Wijaya memang tampak menyudutkan setiap kebijakan yang diambil oleh Anies Baswedan dengan ranah pendapat pribadi.
Sehingga muncul asumsi publik bahwa pria lulusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Bandung itu memiliki keberpihakan sebagai pengamat politik.
Yunarto Wijaya bahkan mengakui jika sikapnya yang berat sebelah itu adalah tindakan bodoh yang dilakukan seorang konsultan politik.
Hal tersebut ia ungkapkan dalam diskusinya bersama Helmy Yahya di kanal YouTube 'Helmy Yahya Bicara' yang diunggah pada Selasa (1/9/2020) sore.
Mulanya, Helmy Yahya mengaku kenal betul dengan sosok yang karib disapa Totok itu, setelah beberapa kali mengikuti kontestasi politik.
Ia mengaku penasaran mengapa Totok kerap 'menyerang' Anies Baswedan dengan kritikan baik kebijakan penting hingga kebijakan tata kota di DKI Jakarta.
Baca juga: Anies Baswedan Bertemu Habib Rizieq Shihab Ternyata Jadi Materi Pertanyaan Penyidik Polda Metro Jaya
"Tok, kok saya perhatiin gitu ya, ada orang yang mengatakan 'Totok itu kalau Anies Baswedan itu banyak banget dikritisi'.
Terakhir ganjil genap untuk motor pun Totok komentar. Kenapa sih sebenernya?" tanya Helmy Yahya disambut tawa.
Yunarto Wijaya mengaku jika sikap yang ia lakukan merupakan tindakan bodoh dari seorang konsultan politik.
"Pertama kalau dalam porsi gue sebagai konsultan politik, gue harus mengatakan kalau gue mengambil posisi dominan sebagai konsultan politik, apa yang gue lakukan bodoh," terang Yunarto Wijaya.
"Dengan dalam beberapa momen kelihatan berpihak, i have to admit that. Pilkada 2017, Pilpres dua kali, 2014 dan 2019," lanjutnya.
"Dan terlihat keberpihakan seorang Totok," sahut Helmy Yahya.
