HARI GURU NASIONAL
Hari Guru Nasional, Yanto Kenang Perjuangan Hingga Jadi Guru SMK Swasta Vidya Sasana Karimun
Guru SMK swasta Vidya Sasana Karimun, Yanto SS tidak pernah bercita-cita menjadi seorang pendidik. Ia begitu memaknai hari guru nasional hari ini.
Tapi jika seorang guru yang benar-benar keterpanggilan jiwa, finansial nomor dua. Dan pengabdian adalah nomor satu. Dan itu lah yang saya jalani selama ini," ungkap ayah dari dua orang anak ini.
Yanto genap 16 tahun lalu telah menjadi seorang pendidik. Menjadi tenaga honorer.
Guru honorer identik dengan pendapatan pas-pasan. Namun, baginya bukanlah menjadi penghalang.
"Terus semangat. Karena pengabdian adalah nomor satu," ujarnya.
Yanto mengatakan, beberapa tahun sebelumnya insentif guru honorer dari pemerintah kabupaten masih ada.
Namun sejalan dengan perubahan kebijakan sejak Januari 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, urusan pemerintahan yang berkenaan dengan SMA/sederajat akan dialihkan ke provinsi.
"Untuk saat ini dari provinsi katanya belum ada. Karena alasan provinsi belum ada payung hukum yang mengatur pemberian insentif bagi guru honorer swasta dari provinsi," imbuh Yanto.
Baca juga: Kumpulan Puisi dan Pantun untuk Guru sebagai Ucapan Selamat Hari Guru Nasional 2020
Baca juga: Dua Siswi SMPN 5 Bintan Sampaikan Terima Kasih di Hari Guru Nasional, Terima Kasih Guruku Sayang
Meski begitu, tak menyurutkan semangatnya untuk mengabdi. Bahkan, kendala finansial kata dia, justru relatif.
Yang hambatan dihadapi guru saat ini adalah, saat pendemi Covid-19 yang melanda secara global.
Hambatan bukan soal uang. Namun, soal sistem belajar. Dahulu, sebelum pandemi belajar tatap muka di jelas.
"Namun saat ini, sudah sistem daring atau online. Tentu, satu kerinduan kami pendidik ingin memberikan pelajaran kepada anak tatap muka seperti sebelum pandemi Covid-19.
Saya rasa, ini adalah hambatan yang kami alami selama ini. Dan mungkin juga, perhatian pemerintah provinsi ke kami, untuk diperhatikan," pesan Yanto.
Meski begitu, Yanto juga tak menyurutkan niat untuk memberikan pelajaran Bahasa Inggris yang ditempuhnya.
Bahkan, justru ini baginya adalah tantangan. Sebab, dengan pola belajar daring ini, ia semakin mengerti betapa penting yang namanya teknologi.
"Mungkin sebagian guru dan termasuk saya gaptek dengan teknologi. Tapi, tuntutan pandemi ini adalah keharusan.
Dan kita terima dengan semangat. Dan tanpa mengesampingkan juga, rasa rindu bersama siswa dengan pola belajar secara tatap muka," katanya.