KISAH INSPIRATIF
Dari Jualan Lakse, Yati Bisa Kuliahkan Anak dan Biayai S2 Suami hingga Beli Kebun
Dari hasil berjualan lakse, Yati bisa membiayai uang masuk kuliah sang suami, Suharizal yang kini berprofesi sebagai Guru dan membiayai kuliah anaknya
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
Pada waktu itu dia juga membuka usaha menjual nasi dagang atau nasi lemak.
Yati mengantarkannya ke warung-warung dan pasar di Desa Penuba.
Wanita berumur 41 tahun ini mengakui, peluang usahanya lebih besar ketika dia pindah dan menjual lakse.
"Karena di sini penjual nasi dagang sudah banyak. Jadi saya ragu untuk membuka usaha itu lagi di sini," terang Yati saat berada di rumahnya kepada TribunBatam.id, Jumat (18/12/2020).
Ia memutuskan untuk berjualan lakse, tak disangka usahanya itu bisa dibilang sukses.
Dari hasil berjualan lakse, Yati bisa membiayai uang masuk kuliah sang suami, Suharizal yang kini berprofesi sebagai Guru PNS di SMPN 1 Selayar sejak 2008.
Saat itu suaminya ingin lanjut kuliah S2 di Universitas Islam Negeri (UIN), Pekanbaru. Hal itu dibenarkan suaminya.
"Ya benar, kemarin pakai uang dia untuk masuk di UIN. Sampai selesai kuliah kira-kira uangnya sudah terpakai Rp 50 juta dari hasil jualan lakse dan ditambah uang saya juga selebihnya," kata Suharizal.
Setamat Suharizal, kini anak mereka juga kuliah S1 di Pekanbaru.
Uang kuliahnya dari hasil berjualan lakse Yati ditambah penghasilan Suharizal sebagai guru.
Tak hanya membiayai kuliah suami dan anaknya, dari hasil berjualan lakse, Yati juga membeli kebun yang terletak di hutan air panas, Dabo, Kecamatan Singkep.
"Agak jauh masuk hutan lokasi kebunnya dari rumah kami," kata Yati sambil tersenyum ramah.
Yati memulai usaha lakse pertama kali pada 2015 lalu. Awalnya dia mengantar lakse ke warung-warung sekitar, lima puluh sampai seratus keping.
Saat itu penghasilannya sekira Rp 100 ribuan dalam sehari. Seiring waktu, lakse buatannya banyak diminati orang, bahkan sampai ke luar daerah.
"Pernah ada orang dari Singapura pesan 50 keping," ungkap Yati.