Kisah Orang China-Indonesia yang Hidup di Belanda, Soal Bahasa Mandarin dan Bertemu Orang Indonesia
“Ketika saya bersama dengan orang Tionghoa dari Indonesia, saya langsung merasa seperti di rumah sendiri,” katanya
Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
GRONINGEN, TRIBUNBATAM.id - Pengusaha Huihan Lie (42), dibesarkan di provinsi Belanda di Gelderland dan Groningen.
Huihan Lie merasa "aneh" saat menyadari bahwa ia adalah satu-satunya siswa keturunan Tionghoa di kelasnya yang fasih berbahasa Belanda dan memiliki latar belakang Indonesia.
Sementara beberapa siswa lain di sekolahnya atau di desanya adalah keturunan China yang bermigrasi dari daratan Tiongkok,
Dikutip dari laporan South China Morning Post, mereka memiliki orang tua yang berbicara bahasa Mandarin atau bahasa Mandarin di rumah bersama mereka.
Baca juga: Jadwal Liga Italia Hari Ini Live RCTI 24.00 WIB Benevento vs AC Milan, 02.45 WIB Juventus vs Udinese
Baca juga: Mauricio Pochettino Resmi Jadi Pelatih PSG; Bisa Jadi Bagian PSG Adalah Hal Fantastis

Warga Belanda keturunan Indonesia-China, Huihan Lie bersama istri dan dua orang anaknya di Belanda (Handout via scmp.com)
Ayah Huihan Lie lahir di Surabaya dan ibunya lahir di Jakarta pernah merantau ke Belanda saat masih kecil bersama keluarganya pada tahun 1949.
Kakek dari ayahnya, yang menjual tembakau ke pabrik cerutu Eropa, percaya ada masa depan yang lebih cerah di Belanda.
Karena ia dan keluarganya fasih berbahasa Belanda, dibesarkan di Indonesia di bawah pemerintahan kolonial Belanda, yang berlangsung selama beberapa ratus tahun sebelumnya.
Jepang kemudian menduduki Indonesia saat Perang Dunia II.
Baca juga: 20 Tahun Tak Terungkap, Eks Penyidik Kasus Pembunuhan 1 Keluarga; DNA Pelaku Asia Timur-Eropa
Baca juga: 7 Laga AC Milan di Bulan Januari 2021, Ada Juventus dan Atalanta, Stefano Pioli: Kami Percaya Diri
Indonesia kemudian merdeka tahun 1945.
Ayah dan ibu Lie tidak saling mengenal sampai mereka bertemu di Belanda sekitar tahun 1950-an.
Ayahnya saat ini tinggal di Singapura dan ibunya tetap di Belanda setelah bercerai.
Mereka tidak bisa berbahasa Hokkien atau Mandarin, dan tumbuh dewasa pasangan tersebut mengekspos kebohongan soal makanan Tionghoa-Indonesia yang dimiliki di Indonesia.
Huihan Lie, di depan sepeda mainan merah, dalam foto sekolah dengan teman-teman sekelasnya di Belanda ketika dia masih kecil. Foto: Selebaran
"Sedikit sekali kebiasaan Tionghoa dalam diri saya, selain nama Tionghoa, ya makan mi panjang umur pada hari ulang tahun saya," katanya, mengacu pada kebiasaan Tionghoa Han yang masih dipraktikkan banyak orang hingga saat ini.
Tetapi Lie, yang pindah ke Beijing pada tahun 2004 untuk belajar bahasa Mandarin dan bekerja untuk lembaga pemerintah dan swasta selama beberapa tahun sebelum mendirikan My China Roots pada tahun 2012.
Baca juga: Cara Thailand Atasi Masalah Tuna Wisma Diajak Jadi Petugas Kebersihan Mereka Senang: Tak Ngemis Lagi
Baca juga: Foto-foto Banjir Johor Malaysia Awal Tahun 2021, Rumah Terendam Air Ribuan Orang Mengungsi
My China Roots adalah sebuah perusahaan penelitian leluhur yang berfokus pada warisan Tiongkok, mengatakan ia masih memiliki kedekatan dengan Indonesia, meskipun keterpaparannya ke negara itu sangat sedikit.