HUMAN INTEREST

HIDUP di Sampan sebagai Suku Laut, Junia: Saya Kecil Hati, Diejek Orang 'Mantang' atau 'Orang Barok'

Hal inilah yang membuat anak-anak Suku Laut sering diejek sebagai orang “mantang” (berkulit hitam kumal) dan orang “barok” (kulit seperti monyet)

Penulis: Febriyuanda | Editor: Thom Limahekin
TRIBUNBATAM.id/Febriyuanda
SUKU LAUT - Suku Laut di Kampung Baru, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. 

Mereka juga sudah mau berinterksi dengan masyarakat lainnya.

" Alhamdulillah sekarang sudah beda.

Rasa terasing itu mulai kurang.

Karena orang-orang kami sudah mulai berbaur dengan masyarakat kampung lain.

Ada yang sudah kerja di kantor desa dan lain-lain.

Walaupun sedikit ada rasa dibedakan, tapi lebih baik daripada dulu," terang Julia.

Kardi menambahkan orang-orang Suku Laut di Kampung Baru merasa Kepala Desa Sungai Buluh, Agus Setiawan sudah paling bagus di antara kades-kades sebelumnya.

Sebab, aspirasi mereka didengar oleh kepada desa yang satu itu. Mereka berharap agar kepala-kepala desa ke depan bisa bersikap seperti Agus.

"Karena dia kampung kami mulai berkembang.

Alhamdulillah, 2 bulan ini kami terima bantuan kaisar yang telah kami ajukan untuk mengantar anak-anak sekolah.

Dengan ini, anak-anak tidak pernah bolos lagi, biasanya jalan kaki," terang Kardi.

Kardi juga berharap agar pemerintah desa atau kecamatan mengalokasikan anggaran untuk biaya antar jemput anak sekolah.

Baca juga: Sejarah Suku Laut di Kepri dan Cara Mereka Bertahan Hidup di Laut Sepanjang Hidupnya

"Karena memang ini tidak dibayar.

Setiap hari saya antar jemput anak sekolah Kampung Baru.

Saya utang ongkos bensin dulu.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved