Predator Anak Beraksi di Batam, Psikolog: Proses Sembuhnya Tidak Mudah
Daftar Predator anak beraksi di Batam bertambah panjang. Bagaimana tanggapan psikolog melihat fenomena ini?
TB: Korban-korban seperti apa nih yang menjadi incaran para pelaku, apakah mengincar semua anak atau anak dengan kriteria tertentu?
DL: Dia enggak menyincar semua anak, dia mengincar anak tertentu, anak tertentu yang punya karakteristik tertentu, misalnya si pelaku ini suka anak yang ceria dari pada anak yang pendiam, kenapa dia suka anak yang ceria, hanya pelaku yang tau jawabannya.
Bisa jadi karena dia pingin jadi seperti itu waktu kecil, tapi enggak mampu, jadi ada keinginan untuk tanda kutip melakukan pengrusakan ya, ini sisi jahatnya.
Itu dia ingin melakukan pengrusakan terhadap anak-anak yang seperti itu misalnya, atau misalnya dia suka anak yang rambutnya panjang, atau dia suka anak yang rambutnya keriting, atau dia suka usia-usia tertentu jadi enggak semua usia yang dia sasar untuk menjadi korbannya.
Contoh misalnya dia hanya menyukai anak usia 6 tahun tapi dia enggak suka sama anak yang usianya di atas 10 tahun, kira-kira 5 atau 6 tahunlah yang dia suka usia-usia TK jadi sasaran.
Alasannya kenapa, itu kebanyakan hanya si pelaku yang tau, jadi kita galinya dari pelaku dia yang lebih mengetahui motivnya kenapa memilih sasaran khusus spesifik semacam itu.
TB: Bagaimana modus-modus untuk mendekati anak-anak atau korban dalam melancarkan aksinya?
DL: Nah, ini tergantung kondisi dan situasi lingkungan, ada dulu kasus saya pernah dapat itu, dia malah menyasar anak-anak yang ikut TPA, tempat anak pengajian atau ngaji-ngaji sore. Nah biasanya ada anak yang sore-sore itu ngaji jam 4 habis ashar untuk menjelang magrib, nah dia menyasar anak-anak itu, jadi anak-anak yang pulang pengajian atau yang pergi pengajian itulah yang menjadi sasarannya dia.
Atau ada lagi saya pernah dapat kasus yang suka main bola, cara mendekatinya gimana, dia pikir karena anak-anak ini main bola, biasanya itukan enerjik kemudian ceria, pokoknya kita senanglah melihatnya tu penuh semangat, nah dia menyasar yang seperti itu, nah cara modusnya seperti apa.
Menonton bola misalnya ikut jadi penonton, memberikan semangat, memberikan dorongan kepada anak-anak, memuji jadi dia menonton itu sambil dia mengamati siapa korbannya.
Jadi sebetulnya menonton bola itu untuk mengamati calon korbannya, siapa kira-kira yang akan menjadi korban target selanjutnya, nah dia gayanya bagus banget gitukan kesannya seakan memberikan suport, kemudian dia memberikan iming-iming, siapa yang berhasil ngegoal nanti dapat permen atau uang atau dapat mainan, nah kira-kira modusnya seperti itu.
Kalau yang ngaji itu tanda kutip diculik ya, diculiknya itu bukan dengan penuh kekerasan, tapi dengan penuh kelembutan, bagaimana cara menculiknya, misalnya: dek-dek sini ke tempat om dulu yuk nah gitu, terus diajak ngobrol, dek mau kemana, mau ngaji, aduh dipuji-puji, anak kecilkan polos aja ya, namanya anak-anak senang aja gitu dapat pujian, nih dek dapat permen, jadi dia modus utamanya adalah Building Trust.
Pertama kali adalah Building Trust terhadap calon korban, setelah trust itu terbentuk, maka otomatis anakkan jadi longgar untuk kewaspadaannya, dan pada saat longgar itulah dia mulai masuk melancarkan aksinya akhirnya terjadilah peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut. Jadi begitu kurang kebihnya
Kalau pengalaman dapat kasus yang jadi korban sodomi itu anak usia 7 tahun. Itu dia pergi ngaji dan kebetulan anak itu ganteng sekali.
TB: Bagaimana kemudian antisipasinya, agar tidak terjadi hal seperti itu?
