Predator Anak Beraksi di Batam, Psikolog: Proses Sembuhnya Tidak Mudah
Daftar Predator anak beraksi di Batam bertambah panjang. Bagaimana tanggapan psikolog melihat fenomena ini?
DL: Saran saya pada anak-anak yang usia yang masih kecil, kita mungkin tidak bisa berbicara secara to the poin tentang bahayanya kejahatan ini, tetapi yang kita ingatkan adalah setiap dia mau pergi ke manapun dia harus Berdo'a itu satu, dia berdoa mohon keselamatan, jadi dia selalu terbiasa untuk mewaspadai dan mengingat bahwa ada perlindungan terhadap dirinya.
Yang kedua adalah pastikan bahwa dia tidak mudah menerima iming-iming dari orang lain, misalnya iming-iming dipanggil dek-dek ke sini dek, mau permen ga dek, itu lebih baik tidak diterima.
Jadi, pernah saya menyarankan adalah sebisa mungkin anak kalau ada orang yang menawarkan iming-iming entah itu, mainan, makanan, dan sebagainya, terimalah pada saat ada orang tua, jadi ada orang tua di samping anak, kalau tidak ada orang tua jangan diterima, nah itu salah satu yang pernah saya sampaikan, jadi, kalau orang tuanya ada kan jadi tau bahwa om ini atau tante ini memang rekan atau temannya orang tua, jadi aman kurang lebih begitu.
Kemudian juga pastikan bahwa, pada saat anak bermain, dia sesuai dengan izinnya kepada orang tua, jadi misalnya gini, dia izin main bola nah itu nanti jangan melenceng, main bola tapi taunya main ke tempat lain yang diluar main bola tersebut, atau izinnya mau pergi ngaji, tau-taunya habis dari ngaji pergi ke mana-mana, nah itu jangan!
Jadi, harus diajarkan disiplin semacam itu untuk memohon izin kepada orang tua sebelum bepergian ke mana-mana, agar apa?
Nah orang tua harus menyampaikan tujuannya, agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan pada si anak, nanti orang tua jadi bingung, orang tua jadi sedih, nah gitu, apakah si anak mau lihat orang tuanya sedih, tentu enggak dan si anak pasti akan sedih kalau misalnya nanti terjadi sesuatu sama dia, dia akan sulit ketemu sama orang tuanya, jadi bisa disampaikan seperti itu.
Anak-anak umur TK gitu ya, biasanya sedeng-sedengnya main di luar sama teman-temannya, makanya setiap anak mau pergi, pastikan orang tua harus tau anak ini pergi pakai baju apa, dengan apa, apakah dengan sepeda, jalan kaki dan sebagainya, terus dia mau ngapain.
Misalnya lagi, dia mau main ke blok sebelah kalau tinggalnya di perumahan, saya mau main ke blok sebelah, blok mana, disekitar blok A,B,C,D misalnya gitu, yaudah di situ aja jangan nanti melenceng ke blok F, G, H, I, J, K misalnya gitu, jadi cukup sesuai dengan izinnya si anak, jadi kurang lebih seperti itu cara antisipasinya.
sisanya adalah kita serahkan gitu dan dia harus dibiasakan dari kecil untuk berdoa kepada yang di Atas kepada Allah, kepada Tuhan bahwa segala sesuatu itu harus pertolongannya Tuhan, intinya begitu.
TB: Apakah orang yang punya kelainan ini bisa disembuhkan?
DL: Nah ini agak panjang untuk prosesnya, jadi tidak mudah memang untuk menyembuhkan orang-orang seperti ini.
Makanya yang terbaru itu dari keputusan pemerintah bahwa hukuman kepada predator anak adalah dikebiri ya kalau saya tidak salah, itu saya sangat setuju
Menurut saya ini tidak bisa dikatakan sebuah, kok kejam banget ya sampai seperti itu hukumannya, menurut saya itu pantas, cukup pantas melihat kekejaman juga yang dia lakukan terhadap para korbannya, jadi ini bicara tentang keadilan,
makanya menurut saya apabila kita katakan bisa enggak kelainan ini disembuhkan, ini tergantung si pelaku, yang sudah-sudah banyak juga manipulasi, manipulasi dalam hal apa? karena dia takut dihukum, takut dipenjara dan sebagainya.
Jadi dia mencoba untuk menunjukkan sisi humanisnya, sisi baiknya, tapi kemudian sebetulnya tidak.
Paling yang bisa kita lakukan adalah pendekatan -pendekatan untuk melakukan pencerahan dan kesadaran secara penuh, dan saya setuju dengan hukuman bahwa untuk menghilangkan kelainan itu adalah dengan cara dikebiri, pokoknya hukuman terbaru kemarin itu dari pemerintah, saya setuju itu.
Menurut saya itu salah satu cara untuk meredam gejolak, hasrat, hawa nafsu, yang dimiliki predator anak saat nanti misalnya dia mendapat hukuman ni tarolah 5 tahun, kemudian dapat masa keringanan jadi 4 tahun atau 3 tahun, gampang banget pendek banget gitu rasanya, akhirnya setelah 3 tahun 4 tahun keluar.
Apakah ada jaminan dia kemudian tidak melakukan hal itu lagi? tidak ada yang bisa menjamin siapapun, nah jadi Bagaimana? tergantung proses selama dipenjara, selama proses dia mengalami kondisi penjara itu.
Yang sudah-sudah ni saya dengar juga, kalau penjara itu kondisinya kurang bagus, yang udah-udah malah macam-macam tambahannya, LGBT, malah sodomi sesamalah, jadi mengerikan juga gitu mendengar nya
Intinya adalah kita bisa mencoba dan mengusahakan, tapi tidak bisa memberikan jaminan ini akan berubah.
Walaupun saya yakin, saya selalu kembali pada pendekatan agama, menurut saya pendekatan agama itu is the best, dibandingkan pendekatan apapun, karena kita akan kembalinya ke poin situ.
Ketika seseorang menyadari bahwa apa yang dia lakukan itu sangat keji, sangatlah berdosa besar, maka itu akan menjadi perenungan buat kehidupannya dia.
Apakah kemudian dia akan mengulanginya lagi, wallahu a'lam, hidayahnya Tuhan, ridonya Allah.
Tapi yang pasti adalah pada saat dia melakukan perenungan kita akan memasukkan doktrin-doktrin baru untuk merubah paradigma berfikir dia yang punya kelainan itu, tetapi memang prosesnya tidak sebentar ini butuh proses yang cukup panjang,
Kalau kita bicara kasus-kasus sikologi, kasus yang berkaitan dengan hal-hal semacam ini tidak bisa dilakukan penyembuhan secara instan,
Nah jadi kurang lebihnya adalah pada saat dia diberikan atau sudah memulai memiliki perenungan terhadap kejahatan yang dia lakukan.
Jadi masuknya ke pendekatan agama itu, maka doktrin untuk mengubah cara berpikirnya dia akan lebih mudah untuk diterapkan walaupun butuh proses dan butuh waktu.
Tapi setidak-tidaknya ada doktrin tertentu yang masuk membuat dia memiliki benteng baru, bahwa apa yang dilakukan benar-benar berdosa, dan sangat keji.
Kondisi ini bisa sampai ke anak cucu saya bermasalah. Kurang lebih begitu. (Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
