Militer China Dulu Tak Ada Apa-apanya, Ternyata Perang Teluk Mengubah Mereka Jadi Lebih Hebat

Militer China yang mereka sebut sebagai Tentara Pembebasan Rakyat China ( People's Liberation Army ) kini tampil lebih modern

Editor: Mairi Nandarson
alwaght.com
Parade kekuatan militer China. 

Hal ini begitu mengejutkan sampai sekarang hal ini dinilai sebagai "ancaman strategis".

Petir Gurun, yang berlangsung selama 6 bulan, menandai dimulainya revolusi medan perang, dan tunjukkan kekurangan PLA saat itu sampai-sampai keamanan nasional negara mulai terancam. 

"Hal itu tunjukkan kepada China bagaimana perang seharusnya dilakukan dan memaksa militer China melewati tahapan mekanisme dan langsung lompat ke pengembangan teknologi informasi, ujar Ni Lexiong, ahli militer di Shanghai.

.

Baca juga: Kisah Kecamuk Perang Jawa: Suratan Tragis Sang Pangeran

"Dari teori militer sampai membangun pasukan, senjata dan peralatan sampai teknologi yang relevan, kami sadar kami sangat jauh tertinggal berjarak puluhan tahun dengan AS."

Antony Wong Tong, analis militer di Makau, mengatakan doktrin lama PLA seperti "perang rakyat" terbukti ketinggalan zaman setelah melihat Perang Teluk.

Ditunjukkan juga setelah 4 Juni 1989, hari pembantaian mengerikan di Tiananmen Square, China telah menjadi musuh imajiner AS, sebuah penambah masalah bagi Beijing.

"Sejak tahun 1990-an PLA telah berubah menuju jalan profesionalisme dan modernisasi," ujarnya.

Tahun 1991 dunia juga ditunjukkan oleh hancurnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin, dan tekanan militer dan politik China secara dramatis meningkat.

Sadar dengan kerentanan dan kelemahan mereka, China mengadopsi pendekatan "menjaga citra sosok sederhana dan menunggu waktu yang tepat" untuk diploamasi mereka sembari fokus pada pengembangan militer.

Baca juga: Kisah Orang China-Indonesia yang Hidup di Belanda, Soal Bahasa Mandarin dan Bertemu Orang Indonesia

Setelah Perang Teluk berakhir, mantan pemimpin China Jiang Zemin mulai mempromosikan ide jika PLA seharusnya fokus dalam membangun "kemampuan perang regional modern di bawah kondisi teknologi canggih".

"Melengkapi dualisme tugas bersejarah dan mekanisasi serta kemajuan informasi" dan "mencapai modernisasi militer dengan loncatan ke depan".

Hal itu disampaikan oleh Tang Zhichao, yang ahli dalam studi Timur Tengah di Chinese Academy of Social Sciences.

Kemudian menurut komentator militer di Hong Kong Song Zhongping, China menggunakan senjata canggih AS yang mereka lihat di perang, seperti rudal preissi, rudal pertahanan dan jet tempur siluman.

Senjata-senjata itu mereka gunakan sebagai acuan pengembangannya.

Taktik seperti operasi gabungan antara pasukan yang berbeda dan organisasi serta teknologi yang diperlukan untuk menyadarkan mereka juga diberikan porsi perhatian yang besar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved