BATAM TERKINI
FAKTA Hubungan Terlarang Remaja di Batam dengan Janda, Sempat Ngobrol 2 Jam Satu Kamar
Hubungan terlarang remaja di Batam dengan janda 36 tahun viral di media sosial. Remaja itu sudah dibekuk Polsek Sagulung. Bagaimana kronologinya?
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Aksi Remaja di Batam ini bukan untuk ditiru.
Seorang Remaja di Batam berinisial RC yang masih berumur 17 tahun nekat berbuat hubungan terlarang dengan seorang janda asal Lampung berinsial RS berumur 36 tahun.
Kejadian itu terjadi di sebuah indekos di Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepri, Minggu (31/1).
Remaja di Batam itu, kini telah dibekuk anggota Polsek Sagulung.
Itu setelah RS membuat laporan ke polisi atas apa yang ia terima itu.
Kasus ini sempat menjadi viral di media sosial (medsos), khususnya di Kota Batam, Provinsi Kepri.

Berikut deretan fakta hubungan terlarang itu:
Baru 3 hari di Batam
Seorang janda asal Lampung berinisial RS mengaku mendapat perlakuan tak senonoh dari seorang Remaja di Batam berinisial RC.
Wanita 36 tahun itu mengaku dinodai ketika RC hendak bertemu rekannya berinisial H di indekosnya.
Peristiwa itu terjadi di kamar indekosnya di Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Ia baru 3 hari di Batam serta tinggal di indekos kawasan Sagulung.
Kisah ini bermula saat pelaku datang ke kos korban hendak menagih utang kepada teman korban.
Sesampainya di sana pelaku tak melihat orang yang dituju.
Ia hanya mlihat korban yang sedang berbaring di dalam kamar kos.
Menurut keterangan polisi, sebelum melakukan rudapaksa pelaku dan korban sempat bercerita panjang lebar.
• Hubungan Terlarang Ayah dan Anak Tiri di Batam Terungkap, Kini Korban Hamil 2 Bulan
• Hubungan Terlarang di Batam, Kelana Tak Tahan Lihat Tubuh Anak Tiri dan Temannya, Kini Korban Hamil

Namun saat bercerita itu tiba-tiba pelaku mendekap dan mencekik korban agar tidak berteriak.
"Namun pengakuan korban dan pelaku masih kita dalami, yang jelas pelaku sudah kita amankan," ujar Kapolsek Sagulung AKP Yusriadi Yusuf kepada TribunBatam.id.
Setelah membuat laporan polisi, keesokan harinya korban kembali ke kampung halamannya di Lampung.
Hal ini membuat polisi sedikit kesulitan untuk meminta keterangan korban karena tak berada di Batam.
Terjadi Ketika Hendak Pulang Kampung
Aksi hubungan terlarang Remaja di Batam dengan janda berinisial RS terjadi ketika ia berencana untuk pulang ke kampung halamannya.
Wanita 36 tahun itu baru 3 hari berada di Batam dan tiggal di sebuah indekos di Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepri.
RS tak pernah menyangka mengalami kejadian mengerikan.
Padahal ia baru 3 hari di Batam dan tak akan pernah melupakan peristiwa memilukan tersebut.
"Saya dicekik, tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya bisa menangis," kata RS.
Ia mengaku baru 3 hari di Batam dan H adalah temannya yang kenal dengan pelaku.

"Saya sebenarnya pas hari kejadiaan Minggu (31/1/2021) itu, hendak pulang ke Lampung.
Sore itu mau pulang, memang menunggu H untuk mengantar saya ke Bandara," kata RS.
Namun H sedang pergi untuk mengambil uang.
Saat itu RC datang ke kamar kos. Dia mau cari H (kawan saya itu).
RC lantas menunggu H di kamar indekos itu. Selama dua jam mereka menunggu di kamar indekos itu.
RS dan RC awalnya masih bercerita panjang lebar dan sempat bercanda.
"Kebetulan H juga lama pulang. Saya tidak tahulah entah setan apa yang merasukinya.
Dia langsung mendekap dan mencekik saya," kata RS.
Dengan suara lirih RS mengatakan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa saat RC mendekap dan mencekiknya.
"Saya hanya bisa menangis dan pasrah," katanya dengan suara lirih.
RS mengatakan, RC melancarkan aksinya seperti kerasukan.

"Saya hanya bisa menangis," katanya.
Yang mirisnya, setelah RC selesai merudapaksanya, dengan santai berkemas dan keluar dari kamar kos.
"Dia pergi begitu saja seperti tidak punya salah dan dosa. Saya hanya bisa menangis," katanya lagi.
RS mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya juga baru 3 hari di Batam dan rencana akan pulang ke kampung halamannya.
Dia berharap pelaku dihukum seberat-beratnya.
"Kejadian ini akan menjadi luka bagi saya, dan menjadi musibah yang tidak bisa saya lupakan," kata RS.
Tagih Sisa Uang Ponsel
Kasus hubungan terlarang antara Remaja di Batam dengan janda berinisial RS berawal dari niat ingin menagih utang dari nasabahnya.
Fakta itu terungkap dari hasil pengembangan polisi saat pemeriksaan Remaja di Batam berinisial RC.
Remaja berumur 17 tahun memperkosa wanita berusia 36 tahun.

Berdasarkan pengakuan pelaku, awalnya tersangka datang ke kamar kos RS (36) atas arahan H.
"Sebelumnya RC menjual handphone ke H seharga Rp 450 ribu.
Namun H baru membayar Rp 200 ribu.
Jadi RC menghubungi H, dan H mengatakan agar menunggunya di kamar kos teman dekatnya di sebuah perumahan di Sagulung," kata Kapolsek Sagulung AKP Yusriadi Yusuf, Rabu (3/2/2021).
Dia mengatakan, RC pun mengikuti arahan H untuk menunggu di kamar kos teman dekatnya selama kurang lebih dua jam.
"Saat RC menunggu H, RS tidur-tiduran di dalam kamar kos," kata Yusuf.
RC yang melihat RS tidur-tiduran sambil mengenakan seksi.
Tidak kuasa menahan nafsunya dan langsung mencekik RS serta memaksa membuka pakaian korban.
"RC memaksa melakukan hubungan layaknya suami istri," kata Yusuf.

Setelah selesai memperkosa RC meninggalkan korban.
Tidak terima dengan perlakuan tersebut, RS membuat laporan polisi.
Dibekuk 3 Jam Setelah Korban Buat Laporan
Unit Reskrim Polsek Sagulung, Batam baru saja meringkus remaja nekat 17 tahun.
RC ditangkap selang beberapa jam usai korban yang merupakan pendatang di Batam membuat laporan.
Adapun korbannya berinisial RS adalah janda asal Lampung berusia 36 tahun.
Seorang Remaja di Batam berinisial RC yang masih berumur 17 tahun nekat berbuat hubungan terlarang dengan seorang janda asal Lampung berinsial RS berumur 36 tahun.
Kejadian itu terjadi di sebuah indekos di Kecamatan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepri, Minggu (31/1).

Remaja di Batam itu, kini telah dibekuk anggota Polsek Sagulung.
Itu setelah RS membuat laporan ke polisi atas apa yang ia terima itu.
Kasus ini sempat menjadi viral di media sosial, khususnya di Kota Batam, Provinsi Kepri.
"Jadi tiga jam setelah korban membuat laporan pelaku langsung kita amankan," kata Kapolsek Sagulung AKP Yusriadi Yusuf.
Tanggapan Psikolog
Belum selesai kasus pornografi yang dilakukan remaja Batam, kini muncul lagi kasus baru yakni seorang remaja merudapaksa seorang wanita yang sudah berstatus janda.
Diketahui pelaku berinisial RC adalah seorang remaja berusia 17 tahun dan korban berinisial RS 36 tahun, RS merupakan seorang janda yang baru saja tiba di Batam untuk merantau.
Sungguh malang nasib seorang janda itu, selang 3 hari di Batam ia malah mendapat cobaan sebuah pemerkosaan terhadap dirinya di tanah rantau.
Yang membuat miris adalah pelakunya merupakan seorang remaja berusia 17 tahun.
Terkait kasus itu, berikut pemaparan Dinuriza Lauzi, M. Psi seorang Psikolog Praktisi dan juga aktif di Mitra Kerja Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) untuk wilayah Jawa Timur, yang diwawancarai TRIBUNBATAM.id melalui telepon selular sekira pukul 20.16 WIB, Rabu (3/2/2021)

Keterangan, TB = Tribunbatam.id dan DL = Dinuriza Lauzi.
TB: Bagaimana pandangan ibu terhadap kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang remaja yang masih di bawah umur kepada seorang janda di Batam?
DL: Ini berkaitan dengan masalah syahwat, jadi memang sebetulnya ini adalah masalah kontrol diri, bagaimana seseorang itu memiliki kontrol terhadap lingkungan di sekitarnya.
Kita tidak bisa serta-merta mengatakan bahwa siapapun menggunakan pakaian seksi, atau siapapun kita temui di kolam renang misalnya, karena terpicu nafsu kita melihat baju renang kemudian kita perkosa satu persatu atau kita mainkan saja, kan tidak begitu.
Jadi ini memang, jika dilihat dari dinamika kepribadiannya adalah, masalah yang berkaitan dengan kontrol diri, untuk kemudian menahan sesuatu yang sifatnya merugikan orang lain, nah ini masih termasuk sesuatu yang kaitannya dengan nilai norma-norma yang pernah diajarkan terdahulu pada masa kecilnya
Apalagi melihat usia pelaku kan masih 17 tahun, 17 tahun itukan masih memang secara sisi emosionalnya keinginan untuk menunjukkan ego bahwa saya punya power itukan masih tinggi juga, intinya memang ada faktor yang saling berkaitan antara usia tahap perkembangan, kemudian juga nilai-nilai dasar moral yang mungkin selama ini dilihat mungkin masih kurang diajarkan baik dari lingkungan atau dari pola asuh keluarga, nah itu yang patut kita dalami lagi lebih lanjut.
Saya melihat si pelaku ini inklusif orangnya, memiliki kecenderungan inklusif ya spontan dan tidak memikirkan efek jangka panjang, nah itu yang menjadi catatan utamanya, dia tidak memikirkan efek jangka panjang nya apakah ini nanti akan merugikan entah itu diri dia sendiri entah itu orang lain, dia enggak mikir itu, maunya dia, mau gua gua harus dapetin, egonya sangat tinggi sekali, masih maunya sendiri intinya seperti itu.

Dia tidak peduli, ini siapa ini bagaimana, dia tidak peduli dan memang inklusif.
Terkait dengan si korban, sedikit banyak kita harus mau mengakui, ini adalah efek dari mengenakan pakaian yang minim. Makanya kenapa penggunaan pakaian-pakaian yang minim itu sebisa mungkin di hadapan orang lain yang tidak kita kenal itu diminimalisir, agar tidak terjadi hal-hal semacam ini.
Sebaiknya ketika kita menerima tamu ke dalam rumah, sebaiknya kita mengenakan pakaian yang sopan dan tidak mengundang sesuatu hal macam-macam, nah itu lebih baik dan lebih positif, misalnya kita baru bangun tidur masih pakai pakaian piyama, datang tamu yaudah ganti dulu, ini lebih kepada sopan santun dalam menerima tamu dengan mengenakan pakaian yang lebih layak guna menghindari hal semacam itu.
Kalau kita bicara terkait dengan nafsu birahi, keinginan untuk melakukan sesuatu yang sifatnya hubungan seksual lawan jenis, itu pada saat akhil balig mimpi basah itu sudah ada, dan jika mimpi basah itu di umur 13 tahun, jadi di umur 13 tahun itu sudah ada nafsu itu.
Jadi itu memang hal yang lumrah banget sesuatu yang sebetulnya di satu sisi menunjukkan normalitasnya seseorang laki-laki terhadap lawan jenisnya.
Sebenarnya secara biologis itu normal, seperti nafsu birahi yang dimiliki pelaku secara biologis itu normal,
Tetapi yang menjadi tidak normal adalah bagaimana dia tidak memikirkan efeknya dan juga dia juga tidak memikirkan kondisi di sekitarnya, dan dia tidak berpikir panjang dengan segala perbuatannya, nah itu yang kemudian menjadi tidak normal.

Tidak normal dalam hal apa?. Jadi lebih kepada kontrol diri yang dia tidak punya.
Jika dia punya keinginan maka dia harus dapatkan, dia enggak peduli bagaimanapun cara dan ceritanya.
Nah inikan berkaitan erat sekali dengan bagaimana pola asuh terdahulu juga dan bagaimana penanaman nilai-nilai waktu dia sekolah, saya yakin waktu dia sekolah itu ditanamkan nilai-nilai itu, tapi sangat disayangkan tidak masuk di kepalanya. Dan ini yang perlu kita dalami lebih lanjut.
Misalnya dia agamanya apa? Misalnya Islam atau Kristen, nah ga mungkin kan dia tidak pernah ke Gereja atau ke Masjid, tidak mungkin dia tidak pernah ditanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, cinta kasih, sopan santun dan juga etika, itukan pasti ada.
Nah itu yang menjadi pertanyaan kita semua.
TB: Apakah pelaku itu memiliki pengalaman traumatik, sehingga dia melakukan hal tersebut, atau apasih yang menjadi faktor si pelaku melakukan aksinya?
DL: Kalau pengalaman traumatik untuk kasus ini saya pikir, kemungkinan tidak terlalu besar pengaruhnya, tetapi lebih kepada faktor lingkungan.
Jadi faktor lingkungan ini yang mengajarkan ke dia bagaimana hingga dia tidak memiliki istilahnya kontrol diri terhadap kondisi di sekitarnya.
Contohnya begini, misalnya waktu SMP dia terbiasa dilepas oleh orang tuanya, jadi dia mau nongkrong di warung kopi, orang tuanya tidak pernah cari, tidak pernah nanyain juga.
Nah kitakan tidak tau di warung kopi ngapain aja, misalnya nonton film dewasa.
Begitu juga bagaimana komunikasi dia dengan keluarga dan teman-temannya, apa pengaruh teman-temannya bagaimana? apakah di depan orang tua dia menunjukkan sebagai pribadi yang baik, sopan, patuh dan alim, tapi di belakang ketika sama teman-temannya misalnya diajarkan nonton film blue, kemudian diajarkan berbohong, minum-minum kitakan tidak tahu.
Ini yang patut digali adalah bagaimana sih hubungan dia secara pertemanan dengan lingkungan sekitarnya, jadi hubungan sosialnya dia yang patut digali lebih lanjut, kalau memang nanti kita ingin tau motif-motif nya dia, kenapa?
Yang sudah-sudah ada yang terpicu atau terangsang karena nonton film, karena dia pernah nonton di TV adegan-adegan tertentu kemudian dia pengen nyobain, kebetulan adalah orang yang akhirnya jadi korban, dia coba terbukti tidak sih seperti di video yang dia tonton. Nah itu faktor lingkungan.
Jika sudah seperti itu siapa yang kita salahin, apakah orang tua, medianya atau siapa kan bingung.
Kemudian ada juga kasus yang misalnya, dia ditantang sama temannya, berani gak nidurin cewek? Akhirnya dia penasaran, kemudian dia ingin coba.
Memang di usia yang seperti itu, memang usia-usia yang pengen coba-coba.
• Hubungan Terlarang Ayah dan Anak Tiri di Batam Terungkap, Kini Korban Hamil 2 Bulan
• Hubungan Terlarang Pak Kades Dengan Istri Orang Buat Warga Geram Hingga Berbuntut Pengrusakan Mobil
Motivasi dalam pelaku untuk melakukan aksinya itu memang sangat luas sekali.
TB: bagaimana sih cara untuk menangani agar hal serupa tidak terjadi lagi kepada remaja?
DL: kalau bicara bagaimana penanganan sih sebetulnya ini bicara makro dan mikro, tidak bisa kita bicara secara spesifik pada personal, karena efeknya pada generasi, memang bicaranya panjang ini.
Jika boleh saya persingkat, intinya adalah kalau dari sisi mikro, saya ingin menekankan bahwa faktor keluarga atau komunikasi dalam keluarga itu penting sekali. Sehingga terjalin komunikasi yang saling terbuka jadi jujur, walaupun mungkin kejujurannya itu pahit, misalnya si anak mengakui bahwa dia sedang ingin melakukan atau mencoba sesuatu, dia bertanya ke orang tuanya, atau kakak-kakak nya, atau saudara yang lain.
Saya dengar teman saya ngomong begini itu gimana ya? Nah ini pentingnya komunikasi dalam keluarga, karena komunikasi dalam keluarga bisa menjadi benteng awal untuk menahan gejolak yang sedang menggebu-gebu itu,
Kalau dari keluarganya sendiri tidak ada benteng akan sulit. benteng juga bermacam-macam, bisa benteng keluarga, bisa benteng agama, dan bisa benteng dari pihak sekolah,
Nah di usia remaja ini berbeda dengan usia anak-anak, jika di usia anak-anak dia lebih percaya sama omongan orang tua dari pada temannya, berbeda dengan usia remaja, dia lebih percaya omongan temannya daripada omongan orang tuanya,.
Di usia remaja, dia butuh pengakuan butuh diterima sama teman-teman sekitarnya, di sini otomatis apa yang disampaikan oleh teman itu jauh lebih penting buat dia lebih prioritas dibandingin kata orang tuanya, walaupun kita teriak-teriak surga di bawah telapak kaki ibu jangan durhaka sama orang tua, itu tidak akan berpengaruh.
• Hubungan Terlarang Ibu dengan Anak Kandung Berumur 2 Tahun, Aksi Cabul Direkam dan Dikirim ke Suami
• Mahasiswi Bunuh Bayi Hasil Hubungan Terlarang di Toilet, Sentak Tali Pusat Hingga Anak Tewas
Memang masanya begitu, jadi mesti pintar-pintar orangtuanya untuk memberikan pemahaman dan pengajaran serta mendidik anak nya itu harus pintar-pintar pada usia remaja ini.
Kalau kita bicara makro menyangkut dengan sistem yang lebih besar, yaitu pemerintah, masyarakat, media, itu memiliki pengaruh yang sangat besar juga.
Misalnya bagaimana media memberikan tayangan yang mendidik, jangan memberikan tayangan yang receh-receh, kemudian malah merusak pemahaman dan pemikiran generasi muda, bukan malah memberikan pembelajaran, hanya mengejar rating dan iklan, itu pengaruh juga dari media.
Kemudian pemerintah, bagaimana kebijakan pemerintah terkait dengan internet, misalnya bisa memblokir situs-situs yang tidak bagus, misalnya porno. Nah nanti jangan tiba-tiba ada pejabat publik yang mengatakan nonton video porno bagus kok, nah kan pusing tidak konsisten.
Hal-hal yang demikian itu menjadi proses pembelajaran, kalau misalnya kita teriak-teriak di sini, hati-hati sama video porno, karena itu bisa memberikan pengaruh yang tidak bagus buat anak, kemudian di sisi lain ada pejabat pemerintah yang kemudian mengatakan, udah nonton saja video porno, itu tidak apa-apa, itu sah-sah saja. Kan itu tidak konsisten, nah pada ketidak konsisten itu terjadi, maka siap-siaplah generasi muda seperti anak pelaku ini itu menjadi rusak, ya itu kesalahan kita semua jadinya.
Jadi selain dari kontrol dirinya yang belum mampu melihat bagaimana kedepannya terkait baik dan buruknya itu, jadi itu harus lebih digali lebih lanjut untuk mengetahui apa motif pelaku melakukan aksinya.
Jadi untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya kejadian serupa, dari segi mikro itu lebih kepada meningkatkan komunikasi yang baik dalam keluarga agar bisa menjadi benteng awal, dan dari segi makro, agar pemerintah untuk lebih konsisten dalam membuat kebijakan, jangan sampai ada pejabat publik yang bikin blunder, jadi harus lebih konsisten
Anak-anak usia remaja meskipun secara pemikiran dia belum matang, dia bisa melihat ketidak konsistenan itu
Oleh sebab itu semuanya harus ada sinergi, baik dari orang tua, tenaga pendidik, lingkungan, masyarakat, dan juga pemerintah, agar lebih mampu untuk konsisten dalam menangani hal-hal itu. (TribunBatam.id/Ian Sitanggang/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google