ANAMBAS TERKINI
Belajar Tatap Muka di Anambas, SDN 003 Tarempa Kembali Beraktivitas, 1 Kelas 17 Murid
Sekolah di Kecamatan Siantan Anambas kembali memulai aktivitas belajar tatap muka, Jumat (5/2). Seperti di SDN 003 Tarempa. Satu kelas diisi 17 siswa
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Sejumlah sekolah di Kecamatan Siantan Anambas sudah kembali memulai aktivitas belajar tatap muka, pada Jumat (5/2/2021).
Sebelumnya sekolah di Siantan ditutup sementara. Itu pascameningkatnya kasus pasien positif Covid-19 di wilayah tersebut.
Kemudian proses belajar mengajar dialihkan secara daring atau online.
Diketahui, sejak Januari kemarin sudah 8 kecamatan yang membuka proses belajar tatap muka di Anambas. Yaitu Kecamatan Jemaja Timur, Jemaja Barat, Palmatak, Siantan Selatan, Siantan Tengah, Siantan Timur, Siantan Utara, dan Kecamatan Kute Siantan.
Menurut seorang guru di SDN 003 Tarempa, Sri Widarti Sulistya Riskha, belajar tatap muka sudah kembali dilaksanakan Jumat di sekolah, tempatnya bekerja.
• SIAP-SIAP! Siswa SMP di Batam Bakal Segera Belajar Tatap Muka di Sekolah
• Belajar Tatap Muka Dimulai, MAN IC Batam Perketat Protokol Kesehatan, Satu Kelas 15 Siswa
"Kita sudah mulai belajar tatap muka hari ini. Kemarin ada murid yang belajar di rumah saya, karena mereka kurang paham belajar online.
Itu kita terapkan sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan. Alhamdulillah kini sudah kembali seperti biasa," kata Riskha.
Adapun jumlah murid di dalam kelas juga dibatasi. Masing-masing kelas sebanyak 17 orang. Dalam proses belajar tatap muka ini tidak ada pembagian sif pada kelas.
"Dari kelas 1 sampai kelas 6 sudah tatap muka, mereka sangat senang sekali pas pertama masuk kelas tadi. Wajah mereka berbinar-binar karena ketemu sama teman-temannya," tutur Riskha.
Seorang siswi kelas 6 SD di Tarempa, Dwi Putri Indah mengaku girang bisa kembali belajar di sekolah. Ia mengaku jenuh berdiam diri di rumah akibat wabah Covid-19 yang mengharuskannya belajar secara online di rumah.
"Ya tak bisa ketemu kawan. Sekarang senang sudah masuk sekolah lagi, walaupun harus jaga jarak dan pakai masker. Kalau belajar online itu kadang susah, kadang sinyal ada kadang tak ada.
Terus saya sulit memahami. Lebih enak belajar di sekolah," kata Indah.
Diketahui, saat ini kasus pasien positif Covid-19 di Kepulauan Anambas mulai menurun per harinya.
Gelar Kelompok Kerja
Sebelumnya, sejumlah guru di Anambas membuat kelompok kerja.
Kelompok Kerja Guru atau KKG dengan nama Tuah Siantan menggelar pendidikan kilat (diklat) penyusunan perangkat pembelajaran yang berlokasi di SDN 001 Tarempa.
Kegiatan yang rencananya berlangsung selama tiga hari sejak 30 Januari 2021 bertujuan sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan penunjang Kegiatan Belajar Mengajar.
Antara lain merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat pelajaran, membuat lembar kerja.
Selanjutnya lembar tugas dan mendiskusikan masalah-masalah yang dijumpai di kelas masing-masing Guru.
Kelompok Kerja Guru termasuk salah satu cara yang dilakukan dalam Supervisi Pendidikan.

Ketua penyelenggara diklat, Sri Widarti Sulistya Riskha S.Pd mengatakan, diklat ini bertujuan ini sebagai pedoman dan pemberi arah bagi guru sehingga proses pembelajaran lebih bersifat sistematis dan berpola.
"Guru sebelum mengajar mereka harus membuat persiapan untuk keperluan mengajar.
Dari diklat ini, nantinya akan memudahkan guru dalam proses pembelajaran," ujar Riskha, Selasa (2/2/2021).
Guru harus mampu menimba lebih banyak ilmu. Mengembangkan metode pembelajaran.
Bahkan, harus mampu melakukan penelitian-penelitian demi meningkatkan profesinya sebagai guru.
Minimal melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari apa yang selama ini mereka lakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Baca juga: PENGABDIAN Maiyatun, 32 Tahun Jadi Guru di Belakang Padang, Saya Bangga Jadi Guru
Baca juga: Polemik Anggota Pengawas Badan Usaha BP Batam, Rudi: Sudah Tak Ada Pengurus Parpol

Sementara itu, para peserta yang mengikuti diklat ini sendiri merupakan guru kelas rendah dan kelas tinggi SD/MI se- Kecamatan Siantan.
"Ada 20 guru yang ikut diklat, masing-masing sekolah perwakilannya 2 orang" ungkapnya.
Lanjutnya, perangkat belajar dibuat pada awal tahun pelajaran baru setelah nanti dewan guru mengadakan lokakarya di sekolah.
Setelah lokakarya diadakan akan dilakukan perangkat mengajar.
Tujuan lokakarya sendiri untuk menyamakan visi misi guru.
"Kegiatan ini sendiri kita gunakan iuran rutin KKG SD/MI," ucapnya.

Kisah Guru di Anambas
Mengabdi di wilayah perbatasan sudah jadi tuntutan Imron Tawilah(27), salah satu pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja sebagai guru olahraga di pulau kecil Anambas, Desa Lingai, Kecamatan Siantan Selatan.
Baginya menjadi guru sudah jadi keinginannya sejak kecil.
Apalagi ia merasa daerah kelahirannya yakni Kepulauan Anambas perlu sosok guru yang mampu mendidik anak- anak menjadi anak yang cerdas meski terlahir di pulau yang jauh dari perkotaan.
Di usia yang masih muda, Imron panggilan sehari-harinya ia sudah menjadi seorang guru PNS, dan dengan hati sukarela mau memberi ilmu kepada anak-anak di daerah pulau yang jauh dari Kota.
"Saya ingin mencerdaskan anak bangsa, ingin punya pendidikan yang menjanjikan, bahwa mereka kelak berguna bagi bangsa, khususnya anak daerah Anambas, yang sangat membutuhkan pendidikan," ujar Imron kepada TRIBUNBATAM.id, Selasa (24/11/2020).
Sudah jalan 3 tahun Imran menjadi guru.
Pertama kali ia menjadi guru honorer di SMP N 6 Satap Lingai, kemudian pada 2019 ia mulai mengajar di SDN 005 Lingai.

Desa Lingai letaknya tidak jauh dari Tarempa, Kecamatan Siantan.
Untuk ke Desa Lingai, Imron harus menempuh perjalanan sekitar satu jam menggunakan kapal kayu atau biasa yang disebut masyarakat kapal pompong.
"Iya bolak balik dari Tarempa ke Lingai itu sekali seminggu, pakai kapal nelayan Desa Lingai. Di sana sudah disediakan rumah untuk guru, jadi hari Sabtu saya udah pulang ke Tarempa, Senin baru mengajar lagi," tutur Imron.
Setiap pagi hari ia harus berangkat pukul 07.00 WIB menggunakan kapal pompong milik nelayan.
Menempuh perjalanan sekitar satu jam untuk sampai di Lingai.
Imron baru saja menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), ia memulai karier nya sebagai guru sejak 2017 silam.
Kemudian tahun 2018 ia memberanikan diri mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan pada 2019 ia dinyatakan lulus PNS.
"Udah tiga tahun jadi guru, sejak 2017 lalu itu saya guru honorer, gajinya pun kadang tidak cukup karna transportasi saya dari rumah ke sana cukup mahal, waktu itu gaji saya sebelum jadi PNS Rp 2,1 juta, untuk bayar transportasi Rp 1,2 juta satu bulan.

Belum lagi bayar kosan dan makan itu Rp 600 ribu, jadi cukup sulit juga waktu jadi guru honor dulu," jelasnya.
Sambil menyeruput teh hangat ia melanjutkan suka dukanya menjadi guru di daerah perbatasan.
Kendala yang sering ia alami selama menjadi guru di pulau kecil adalah sulitnya para murid dalam memahami pelajaran.
"Mereka kan karena tinggalnya jauh dari kota kadang agak sulit nangkap pelajaran yang dikasih guru. Murid nya pun tidak banyak, satu kelas cuma 3 sampai 4 orang murid. Guru yang mengajar cuma 5 orang saja," katanya.
Lokasi sekolahnya pun masih sangat minim, akses sinyal benar-benar sulit didapatkan.
Terkadang untuk mengirim laporan saja, Imron harus pergi ke pelabuhan kapal yang ada di Desa Lingai
"Susah sinyal sih di sana, apalagi saat belajar online sekarang, pagi-pagi saya harus segera kirim tugas murid nanti kalau sudah ada sinyal misalnya malam baru mereka kirim ke saya, masih bisa dimaklumi untuk sekarang ini," sebutnya.
SDN 005 Lingai tempat Imron mengajar ini menampung murid sebanyak 30 orang dari kelas 1 hingga kelas 6.
Selain itu kendala yang sering ia alami saat akan mengajar ke Lingai adalah cuaca. Dikarenakan ia harus menggunakan kapal kayu ke Lingai, kondisi cuaca dan gelombang menjadi kendala yang sering ia alami.
"Pernah waktu itu mau berangkat ke Lingai tiba-tiba tidak jadi karna angin waktu itu kencang, terus gelombang kuat. Akhirnya tertunda dan tidak jadi mengajar," katanya.
Dihari guru yang jatuh pada 25 November 2020, Imron sangat berharap anak-anak daerah bisa merasakan pendidikan yang layak meski tinggal di pulau yang jauh dari kota.
Sedangkan untuk para guru yang mengabdikan dirinya di sekolah yang berada di perbatasan agar terus semangat.(TribunBatam.id/Rahma Tika)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google