Puluhan Warga Pulau Labu Batam Datangi Perusahaan, Minta Tanggung Jawab Soal Limbah Minyak
Kedatangan warga Pulau Labu Batam untuk meminta tanggung jawab perusahaan terkait pencemaran limbah yang terjadi sejak beberapa bulan ini.
Aktivitas yang dilakukan PT Karimun Anugrah Sejati (PT KAS) di Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji, sebelumnya menjadi atensi OPD Pemko Batam itu.
Mereka berjanji akan menurunkan tim untuk mengecek dugaan penimbunan laut yang dilakukan perusahaan itu.
Sejumlah nelayan di Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji sebelumnya mengeluhkan aktivitas yang dibuat perusahaan itu.
Menurut mereka, laut tempat mereka mencari hasil laut jadi dangkal dan penuh lumpur.
Meskipun hal ini dibantah keras oleh manajemen PT KAS.

"Kami akan kerahkan anggota untuk meninjau lokasi itu," ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, Herman Rozi, Senin (12/10/2020).
Ia mengungkapkan, perizinan mengenai analisis dampak lingkungan, reklamasi berada pada tingkat provinsi.
Meski demikian, pihaknya berkewajiban untuk menerima dan menindaklanjuti laporan masyarakat mengenai dugaan penimbunan laut tersebut.
Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( PTSP) Provinsi Kepri sebelumnya memastikan, belum pernah mengeluarkan surat perizinan reklamasi yang dilakukan oleh PT Karimun Anugrah Sejati (PT KAS), Tanjunguncang, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Kepala Bidang Perizinan, Pada Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Provinsi Kepri, Jhon Hendri, mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mengeluarkan surat perizinan reklamasi.
Dia juga mengatakan untuk perizinan reklamasi masih belum bisa dikeluarkan.
"Kami belum pernah menerbitkan perizinan reklamasi. Untuk lebih jelasnya mungkin bisa dikonfirmasi ke Dinas Kelautan dan Perikanan," kata Jhon.

Warga Perumahan Glory Point, Kelurahan Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri dibuat resah oleh dugaan penimbunan laut oleh PT Karimun Anugrah Sejati ( KAS).
Aktivitas perusahaan itu, mengancam mata pencaharian warga yang berprofesi sebagai nelayan.
Ini setelah lumpur di laut sangat dalam, sehingga menyulitkan mereka untuk mendapat ikan.
"Dalam kali lumpurnya, sudah hampir 80 centimeter. Jadi percuma juga kita melaut," ketus seorang warga perumahan Glory Point, Jonatan, Minggu (11/10/2020).
Selama ini, warga mencari udang di laut persis di belakang perumahan mereka.
Namun sejak adanya aktivitas tersebut, mereka tidak bisa melaut seperti dulu lagi.
Dalam perumahan itu, terdapat 11 orang yang berprofesi sebagai nelayan.
Nelayan lainnya, Nasikin mengatakan, semenjak adanya aktivitas oleh PT KAS, pencahariannya sangat terimbas.
"Banyak yang seperti ini di isni. Dulu sudah selesai. Sekarang ada lagi, malah semakin parah. Tambah dangkal," keluhnya.

Mereka pun hanya pasrah jika tetap nekat melaut. Nihil hasil tangkapan laut, kerap mereka dapatkan.
"Ya hanya capeknya saja, hasil tidak seberapa. Makanya kita sekarang cari aktivitas lain untuk menyambung hidup," kata Nasikin.
Dia juga menjelasakan kalau pasang jaring di laut pada malam hari, bukannya dapat ikan, malah jaring tertanam lumpur.
"Kalau lagi pasang, air akan membawa lumpur," sebutnya.
Pihak PT Karimun Anugrah Sejati (PT KAS) membantah aktivitas yang dilakukannya menimbulkan pendangkalan yang berdampak pada pencaharian nelayan di sekitarnya.
"Kamu jangan salah lho, saya ini bukan dorong lumpur ke laut, malah saya angkat lumpur," ucap perwakilan PT KAS, Mustofa.
Dia menegaskan, tidak ada pengaruh pekerjaan yang meraka lakukan dengan nelayan yang ada di Tanjunguncang, khususnya yang tinggal di sekitar perumahan Glory Point itu.
"Apa urusan saya dengan nelayan, ya sudah gini saja. Kamu kumpulkan data-data nanti kita duduk ngopi-ngopi," kata Mustofa singkat.(TribunBatam.id/Ian Sitanggang)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google