KULINER NUSANTARA
Soto Betawi Sambung Nikmat Bikin Kamu Ngiler, Kuliner Legendaris Tembus hingga Mancanegara
Soto Betawi Sambung Nikmat masih menjadi legendaris di kelasnya. Bahkan, makanan asli kuliner nusantara ini Tembus hingga Mancanegara
Menurut generasi kedua penerus usaha Restoran Soto Betawi Sambung Nikmat yang berdiri sekitar tahun 1987, Suhada (48), warna merah dari soto ini berasal dari cabai giling yang diolah bersama rempah-rempah lainnya.
"Kuahnya kita pakai cabai giling asli sehingga berwarna merah," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Rabu (17/2/2021).
Sedangkan piring digunakan untuk menuangkan kuah soto dan isiannya yang terbilang banyak.
Penjelasan Suhada sesuai dengan kenyataannya. Sebab, sepiring soto betawinya memang cukup banyak. Isiannya pun berlimpah ruah.
Potongan daging sapi dan aneka jeroan tampak besar-besar. Seporsi nasinya juga banyak.
Kuahnya kala disesap terasa gurih. Suhada menjelaskan kuahnya tak menggunakan susu, hanya santan murni.
Sebelum disajikan, soto betawi juga ditambahkan kecap manis.
Sementara daging dan jeroannya masing-masing memiliki rasa gurih tersendiri. Ketika dikunyah, daging sapinya tak terasa alot. Sesuai dengan pesan mendiang ayahnya H Ridwan, daging dan jeroan terlebih dahulu harus dibumbui dan digoreng sebelum dicampur dengan kuah santan.
Sesuap demi sesuap, tak terasa hanya hitungan menit isi di piring soto saya sudah hampir tandas. Irisan tomat, perasan jeruk nipis dan potongan daun bawang menambah kesegaran kala menyantap kuah sarat santan itu.
Harga seporsi soto betawi ini memang terbilang cukup menguras isi kantong. Satu porsinya mencapai Rp 75 ribu dan satu porsi nasi Rp 5 ribu. Akan tetapi, rasa dan porsinya sepadan dengan harganya.
Baca juga: Inilah 4 Jenis Makanan yang Ampuh Redakan Nyeri Sendi, Sayuran hingga Kacang
Saat Pandemi
Sama seperti kebanyakan restoran, soto betawi ini turut dibekap pandemi Covid-19. Jumlah pengunjung yang datang menurun meski tak signifikan.
Biasanya, porsi yang habis dalam sehari bisa mencapai 200-an piring. Kini, sekitar 100 sampai 120 porsi sehari. Dagingnya pun bisa menghabiskan sekira 40 kg sampai 60 kg. Namun, di masa pandemi berkurang menjadi 20 kg - 30 kg.
Kapasitas bangku-bangku di dalam kedai juga dikurangi.
"Kapasitasnya saya kurangi. Dalam satu meja sekarang hanya empat bangku. Dulu bisa enam sampai tujuh bangku," lanjut Suhada.