Cerita Pramugari Garuda Indonesia Banting Setir Jual Tahu setelah Putus Kontrak: Jangan Menyerah
Penerbangan sektor yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19, mengalami penurunan jumlah penumpang rata-rata 50% dari tahun sebelumnya.
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA- Cerita pramugari Garuda Indonesia banting setir jual tahu setelah putus kontrak.
Tepat setahun sudah sejak Indonesia mengumumkan adanya pasien pertama Covid-19, Selasa 2 Maret 2021.
Per 1 Maret 2021, virus Corona telah menginfeksi 1.341.314 orang.
Dan menyebabkan kematian bagi 36.325 orang.
Hingga Senin, terdapat 153.074 kasus aktif di Indonesia.
Kasus aktif adalah pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Baca juga: Garuda Indonesia Layani Penerbangan Khusus Kargo dari Bandara Kertajati ke Batam
Baca juga: Ternyata Begini Seragam Pramugari Garuda Indonesia Sejak 1949 Sampai Saat Ini
Dampaknya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat warga miskin di Indonesia meningkat lebih dari 2,7 juta jiwa akibat pandemi Covid-19.
Ini merupakan kenaikan angka kemiskinan pertama dalam tiga tahun terakhir.
Mereka yang masuk kategori miskin - berdasarkan data BPS - adalah yang pengeluarannya di bawah Rp460 ribu per orang atau Rp2,2 juta per keluarga per bulan.
Penerbangan sektor yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19, mengalami penurunan jumlah penumpang rata-rata 50% dari tahun sebelumnya.
Pemutusan hubungan kerja sejumlah karyawan adalah langkah yang kemudian ditempuh sebagian besar maskapai.
Seperti yang dialami Josephine Wulandari dan Martha Putri, pramugari Garuda Indonesia.
Pada Jumat 27 Maret 2020, lebih dari 20 pramugari dan pramugara dikumpulkan di sebuah ruang rapat di salah satu ruang Garuda Operation Center (GOC), Banten. Semua berpakaian formal bebas, sebagian menggunakan stelan berwarna hitam.
Sebelum rapat dimulai, ruangan sempat diisi tawa dan canda saat sejumlah orang di antara mereka merekam video dari ponsel untuk diunggah di media sosial.
Suasana ruangan mendadak hening ketika manajer tiba.