Cerita Pramugari Garuda Indonesia Banting Setir Jual Tahu setelah Putus Kontrak: Jangan Menyerah
Penerbangan sektor yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19, mengalami penurunan jumlah penumpang rata-rata 50% dari tahun sebelumnya.
"Finalnya itu teman bulan Juli dibantu untuk buka usaha tapi kecil-kecilan. Ya udah deh, ikut. Itu juga awalnya nggak semangat. Cuma dijalani. Bisa terealisasi."
Beberapa bulan kemudian, Martha Putri juga diajak adiknya untuk kembali membuka usaha Sate Taichan. Usaha ini sebenarnya pernah dilakoni Martha dan adiknya sebelum ia bekerja sebagai pramugari.
"Ya sudah, aku support semua. Karena sate aku sudah lumayan dikenal orang di daerah Cibinong. Sosmednya dihidupin lagi. Satenya juga akhirnya aku bikin lagi. Sambelnya semua segala macam. Ya kita ibaratnya bangun lagi dari awal," katanya.
Usaha ini masih dijalankannya, sembari itu, Martha Putri juga membuka usaha penjualan pakaian, yang rencananya toko online ini akan diluncurkan April mendatang.

Sementara itu, Jojo menemukan titik balik untuk membuka usaha yang pernah ia tekuni semasa SMA: membuat kue brownies.
"Itu juga awalnya setengah hati, kayak cuma iseng-iseng jualin. Ada nggak ya yang beli? Ternyata, lumayan nih. Banyak nih peminatnya," katanya.
Kue buatan Jojo juga dipesan pada acara kantor, termasuk memasok ke sejumlah toko kopi. Akan tetapi, belakangan ini, usahanya sebagian dilimpahkan kepada keluarganya karena Jojo sudah mulai bekerja di sebuah klinik kesehatan mulai Januari ini.
"Untuk akhir-akhir ini kurang tertangani. Karena aku sudah mulai dapat kerjaan baru, jadi terbagi dua gitu. Jadi aku mesti minta bantuan kakakku dan mamaku, untuk bikin brownies itu," katanya.
Baik Jojo dan Martha, keduanya mengakui penghasilan yang ia dapatkan kini jauh berbeda saat masih bekerja sebagai pramugari. Mereka mengatakan, gaji pramugari rata-rata di atas Rp15 juta/bulan. Sementara pekerjaan yang ditekuni saat ini tak sampai setengahnya.
Awan hitam maskapai penerbangan
Garuda Indonesia mengakui terjadi pemutusan hubungan kerja sekitar 700 karyawannya, dari pramugari sampai pilot.
Dalam keterangan kepada pers, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, memastikan memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai peraturan yang berlaku.
"Garuda Indonesia memastikan akan memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pembayaran di awal atas kewajiban Perusahaan terhadap sisa masa kontrak karyawan," kata Irfan tahun lalu.
Menurutnya, ini keputusan sulit yang terpaksa untuk diambil setelah melakukan upaya penyelamatan keberlangsungan perusahaan di tengah pandemi Covid-19.
"Ketika maskapai lain mulai mengimplementasikan kebijakan pengurangan karyawan, kami terus berupaya mengoptimalkan langkah strategis guna memastikan perbaikan kinerja Perusahaan demi kepentingan karyawan dan masa depan bisnis Garuda Indonesia," katanya.