Indonesia Darurat Narkoba, Ini Kata Kepala BNNP Kepri & Apa Itu Ketahanan Keluarga Anti Narkoba?

Simak ulasan wawancara Tribun Batam bersama Kepala BNNP Kepri Brigjen Pol Henry P Simanjuntak soal narkoba di Kepri dan Indonesia

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id
Wawancara eksklusif dalam program Tribun Batam Podcast dengan tema "Hati Tenang Hidup Tenteram Tanpa Narkoba" bersama Kepala BNN Kepri Brigjen Pol Henry P Simanjuntak (tengah), Selasa (9/3/2021). 

H: Itu ada di Peraturan Menteri Kesehatan sudah dibuat daftarnya dan sudah jadi konsumsi publik. Kalau seperti yang terkandung dalam obat batuk, karena di obat batuk itu ada yang mengandung kodein itu kan legal, tapi kalau yang kodein saja itu masuk golongan III.

TB: Berarti jika kita mau konsumsi obat harus dari resep dokter gitu?

H: Resep dokter, resep obat yang sudah terdaftar di BPOM. Kan ada label Badan POM-nya di situ.

TB: Tadi kan sempat disinggung bahwa Indonesia sedang darurat narkoba, bagaimana penjelasannya pak?

H: Tahun 2019 itu, sabu aja yang ditangkap di Indonesia itu lebih dari 17 ton, apa itu bukan darurat namanya. Angka perfalensi kita di tahun 2019 1,8 berarti itu pengguna sekitar 3,4 juta. Jumlah yang masuknya banyak, pengguna nya banyak, siapapun bisa terkena narkoba apalagi penegak hukum yah hari-hari bersentuhan menangani narkoba, kalau mental tidak kuat imannya selesai. Di Asia yang paling banyak pengguna narkoba itu Indonesia.

Dulu strategi kita banyak mengedepankan penegakan hukum, karena memang namanya penegakan hukum itu kan lebih populer. Penegakan hukum kita sudah masif, besar sekali yang sudah kita tangkap tapi persoalannya jangan kita bangga menangkap jumlah.

TB: Tapi kalau yang lebih banyak beredar saat ini lebih banyak sabu-sabu atau jenis apa pak:

H: Lebih banyak sabu-sabu, ganja, itu yang paling populer di Indonesia. Karena ganja itu merupakan produksi khas Indonesia. Di Sumatera Utara di daerah Mandailing Natal itu banyak ganja. Hampir jarang ganja dimasukkan dari luar lebih banyak dari Indonesia.

TB: Seperti yang kita tahu bapak sebelumnya pernah bertugas di BNN Kaltara, dan sekarang kan di Kepri ini kan merupakan daerah perbatasan. Apa benar di Kepri ini daerah yang paling rawan di Indonesia untuk pintu masuk narkoba ini?

H: Ya pasti paling rawan, karena apa-apa karena pintunya itu terbuka, terus terang kita Indonesia ini belum mampu menutup jalur-jalur masuk ini. Saya pernah seminggu dengan teman Bea Cukai survei di Natuna Utara, luas sekali tidak kelihatan daratan, itu baru Natuna saja.

Itulah yang sebenarnya harus ditutup tetapi seberapa kemampuan Indonesia untuk menggerakkan armadanya.

TB: Tadi kan kita ngobrol persoalan penegakan dan kesadaran, jadi kalau BNN itu lebih ke penegakan atau dua-duanya?

H: Sama seiring dan sejalan. Reserse narkoba itu jika kita melihat dari strukturnya tidak ada dibunyikan untuk penyuluhan, dia hanya lidik sidik setahu saya hanya itu. Karena di BNN penegakan hukumnya ada, edukasinya ada itu tupoksi kita.

TB: Tapi bisa kelihatan tidak pak jika ada teman-teman kita yang menggunakan narkoba misalnya dilihat dari ciri-cirinya?

H: Kalau masih sekali atau coba-coba sekali memang belum kelihatan, dan justru di situlah kesulitan awam itu untuk mengetahui dan mendeteksi orang itu menggunakan narkoba atau tidak terutama sabu. Kalau sabu ini dia tidak bisa kecium tetapi seperti orang merokok, minum alkohol, kita masih bisa mencium baunya.

Pengguna sabu ketahuannya setelah nanti menimbulkan efek psikis, saat sudah terjadi ketergantungan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved