HUMAN INTEREST
Kisah Dewanto Kepala Lapas Dabo Singkep, Sering Berpindah Tugas dan Jauh Dari Keluarga
Sebelum jadi Kepala Lapas Dabo Singkep, Dewanto memulai kariernya pada 1993 dengan kuliah di Akademi Ilmu Permasyarakatan di Jakarta
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Dewanto, begitu orang kerap memanggilnya.
Pria kelahiran Cirebon itu kini menyandang tugas sebagai Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Karena tugasnya itu, pria yang baru menginjak usia 48 tahun ini harus rela berjauhan dengan keluarganya yang berada jauh di Cirebon.
Perjalanan karier Dewanto dimulai saat ia lulus SMA dan kuliah pada tahun 1993 di AKIP (Akademi Ilmu Permasyarakatan) di Ibu Kota Jakarta.
Setahun sebelumnya, ia pernah gagal masuk AKIP dan pernah ingin kuliah mengambil jurusan lain di Bandung saat itu. Namun kembali gagal hingga akhirnya ia nganggur selama satu tahun.
Baca juga: Kadis Rasa Teman Curhat, Kisah Ardiwinata Mengabdi di Pemko Batam, Kini Jadi Kadisbudpar
Baca juga: Kisah Ayu Pedagang Kue Tradisional di Tanjungpinang Bertahan saat Pandemi Covid-19
Dewanto menerangkan, saat memutuskan kuliah di AKIP dahulu, ia belum mengetahui apa-apa tentang sekolah dan Lapas. Itu hal baru baginya.
Karena orang tua dan keluarganya belum ada yang pernah bekerja di Lapas sebelumnya.
"Saya kemarin kalahnya di fisik pada 1992, hingga akhirnya 1993 saya berhasil diterima di AKIP," kata Dewanto kepada TribunBatam.id di Lapas Dabo.
Sebenarnya ia memiliki keluarga yang berkecukupan saat itu, kedua orang tuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Namun Dewanto muda ingin keluar dari zona nyaman. Karena itu ia harus jauh dengan orang tua dengan jangka waktu yang tidak sebentar.
"Saya satu orang dari empat bersaudara, dan hanya saya sendiri dari saudara saya yang keluar menempuh perjalanan di luar tempat kelahiran saya," ucapnya.
"Ya harus berjuang juga dari segi kebiasaan. Karena AKIP seperti sekolah dinas militer, fisik harus kuat dan disiplin," sambungnya.
Ia lulus kuliah di AKIP tahun 1995. Kemudian 1996 ia ditempatkan jauh dari orang tuanya, yakni di Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Tana Toraja selama lima tahun.
Setelah proses lima tahun itu, ia kembali lagi ke Kota Cirebon di Lapas Kelas I dan pada 2004 ayahnya meninggal dunia karena sakit, saat itu ia hanya menjadi seorang staf.
Perjalanan kariernya berlanjut. Pada tahun 2008 Dewanto dipindahkan lagi ke Lapas Khusus Narkotika Cirebon selama tujuh tahun.
"Saat itu sudah jadi Kepala Sumseksi Pelaporan dan Tata tertib selama tahun dan tahun 2009 saya menjadi Kasumsi Registrasi selama enam tahun," terangnya.