Korban Bencana NTT Terhina! Bantuan 1 Butir Telur Sebungkus Mi Instan Dianggap Lelucon Pemda
Bantuan dari pemerintah daerah berupa sebutir telur, sebungkus mi instan dan 1 Kg beras jadi tertawaan warga korban bencana di Nusa Tenggara Timur
TRIBUNBATAM.id - Bantuan dari pemerintah daera berupa sebutir telur, sebungkus mi instan dan 1 Kg beras jadi tertawaan warga di Kelurahan Teunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Mereka yang jadi korban bencana alam di NTT merasa terhina dan diejek dengan bantuan tersebut, karena merasa ubi dan pisang yang ada di mereka bernilai lebih dari bantuan pemda.
Selain bantuan yang dianggap menghina itu, warga juga mengatakan bahwa bantuan ke mereka telat disalurkan Pemkab Kupang.
Hal ini karena bantuan yang mereka dapat hanya berupa satu butir telur, sebungkus mi instan, dan satu kilogram beras.
"Bantuan ini, kami anggap sebuah lelucon.
Ini kata kasarnya sudah hina kami.
Baca juga: BEM IAI AS Batam Peduli Bencana di NTT, Kumpulkan Dana Untuk Bantu Korban Banjir Bandang
Baca juga: NTT Dilanda Bencana, Jokowi Menangis di Adonara, Vidi Titipkan Surat Cinta ke Presiden
Walau kami diterpa bencana seperti ini, tapi kami masih ada pisang, kelapa ubi yang nilainya masih lebih tinggi dari bantuan pemerintah," kata warga bernama Amtiran, Selasa (20/4/2021).
Amtiran juga merasa kesal bantuan diberikan setelah dua pekan bencana melanda yaitu pada 14 dan 17 April.

"Kami masyarakat yang kena musibah langsung di sini bingung dengan pemberian bantuan model begini.
Kami tidak habis pikir kok bisa ada bantuan yang model begini padahal bencana besar sekali," ungkap Amtiran.
Sindiran juga disampaikan korban bencana asal Dusun 9, RT 29, RW 14, Desa Merbaun bernama Yuli Bureni.
Bantuan itu diterimanya di rumah ketua RT pada Jumat (16/4/2021).
"Ini bantuan aneh.
Kami merasa seperti diolok oleh pemerintah dengan bantuan beras satu kilo dan telur sebutir ditambah mie satu bungkus," kata Bureni diberitakan kompas.com dalam artikel berjudul Kesal Dapat Bantuan 1 Butir Telur dan Sebungkus Mi Instan, Korban Bencana NTT: Ini Lelucon, Kami Dihina.
Bureni menyebutkan, dirinya beberapa waktu lalu juga mendapat bantuan dari pihak lain selain pemerintah, tapi masih lebih banyak jumlahnya.
"Biar kami dapat bantuan sedikit pun kami bersyukur.
Tapi ini bantuan satu butir telur kami rasa sangat lucu," kata Bureni sembari tertawa.
Baca juga: Warga Natuna, Bantuan Kementerian UMKM Sudah Cair, Berikut Syaratnya
Menanggapi keluhan warga, Camat Amarasi Barat Kornelis Nenoharan mengatakan, pihaknya telah mendistribusikan bantuan berupa beras, mi instan, telur, minyak goreng dan sebagainya kepada masyarakat dalam dua tahap.
Bantuan tahap pertama yang diberikan pada Rabu (14/4/2021), yaitu 2.500 kilogram beras, 50 kardus mi instan, 48 rak telur, 18 kantong minyak goreng ukuran dua liter dan lima lembar tikar.
Lalu, bantuan tahap kedua diberikan pada Sabtu (17/4/2021), berupa 2.500 kilogram beras, satu unit genset, 30 buah matras, 16 kilogram gula pasir, 20 kaleng ikan kalengan.

Kemudian satu buat tandon berukuran 750 liter, 50 saset wilpet, 50 bungkus masker, 50 kardus mi instan, 10 kilogram gula pasir, lima kardus air mineral ukuran 1,5 liter.
Kornelis menilai, jika bantuan dibagi rata, tak mungkin warga hanya mendapat satu kilogram beras.
Setidaknya, setiap kepala keluarga mendapat hampir dua kilogram beras.
Baca juga: BPDB Anambas Dapat Bantuan Mobil Rescue dan Tenda Bencana dari BNPB Pusat
Baca juga: Gubernur Kepri Serahkan CSR ke Penambang Boat Tanjungpinang, Bantuan Bank Riau Kepri
Baca juga: CUACA Ekstrem di Karimun, 3 Rumah Warga Rusak, Zuraidah Tunggu Bantuan Pemerintah
Sedangkan jumlah telur dan mi instan memang tidak cukup.

"Artinya semua bantuan itu kami distribusikan secara merata kepada masyarakat.
Meskipun hanya satu butir atau satu bungkus asal sampai ke orangnya," kata Kornelis.
* Berita tentang Bantuan Minimalis Pemerintah
* Berita tentan Korban Bencana Merasa Diejek Pemda
* Berita tentang Bencana Alam di NTT
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
(*/ TRIBUNBATAM.id/ Kompas.com)