Ngerinya Gelombang 2 Corona di India, Jenazah Dibawa Pakai Motor dan Dibiarkan Seperti Bangkai Satwa
Jenazah seorang ibu yang dilaporkan diangkat anaknya menggunakan sepeda motor karena ketiadaan ambulans menjadi salah stu gambaran kegerian di India
TRIBUNBATAM.id - Inilah kengerian gelombang 2 virus corona di India, jenazah ada yang dibawa pakai motor dan dibiarkan tergeletak seperti bangkai satwa.
Gambaran kengerian kasus Covid-19 jilid kedua yang menyerang India tergambar di jalanan.
Selain api dari kremasi jasad-jasad pasien corona yang meninggal hingga pasien di luar rumah sakit yang bergelimpangan menunggu pengobatan, ada banyak potret kengerian yang terjadi di sana.
Salah satunya adalah jenazah seorang ibu yang dilaporkan diangkat anaknya menggunakan sepeda motor.
Insiden itu merupakan kabar memilukan lain yang terjadi di India, saat gelombang kedua virus corona menerjang.
Dilansir Daily Mirror Rabu (28/4/2021), Negeri Bollywood mencatatkan lebih dari 200.000 korban meninggal.

Dalam video yang beredar, nampak mayat perempuan itu diapit si anak dan kerabat, saat mereka berangkat ke krematorium.
Berdasarkan video yang diunggah seorang polisi, pria itu mengungkapkan ibunya meninggal karena terinfeksi virus corona.
Si anak terpaksa menaikkan jenazah si ibu ke sepeda motor karena tidak ada ambulans yang datang.
Media lokal melaporkan, perempuan itu diidentifikasi bernama G Chenchu, berusia 50 tahun dan berasal dari desa Killoyi.
Times of India memberitakan, anaknya Narendra dan menantunya, Ramesh, awalnya membawanya ke Rumah Sakit Neelaman di Palasa.
Baca juga: 117 Kematian Perjam, India Tebang Pohon Taman Kota untuk Kremasi Jenazah Covid-19
Chenchu sempat mendapat diagnosis namun, dia diketahui meninggal dengan konfirmasi positif terinfeksi Covid-19.
Keluarga Chenchu kemudian mencoba membawanya ke desa mereka untuk dimakamkan, yang jaraknya 15 kilometer.
Namun karena tidak ada ambulans, mayat Chenchu terpaksa diapit oleh Narendra dan Ramesh di sepeda motor.

Banyak pakar yakin angka kematian di negara berpopulasi 1,3 miliar itu jauh lebih tinggi dari yang diberikan pemerintah.
Dalam foto maupun video beberapa pekan terakhir, nampak masyarakat mengantre untuk mendapatkan oksigen.
Kemudian kremasi massal jasad korban Covid-19 memperlihatkan betapa mengerikannya gelombang kedua tersebut.
Perdana Menteri Narendra Modi menerima serangan kritik karena dinilai tidak becus dalam menangani pandemi.
Selain itu, dia dikecam karena tetap menyelenggarakan hajatan politik dan mengizinkan perhelatan festival keagamaan di tengah wabah.
Dampaknya, banyak negara menyerukan janji akan membawa bantuan sebanyak mungkin ke negara Asia Selatan tersebut.
Krematorium kehabisan tempat
Penambahan ratusan ribu kasus harian berimbas pada melonjaknya angka kematian. Akibatnya, krematorium tidak sanggup menampung semua jenazah.
Krematorium kehabisan tempat untuk melakukan kremasi, membuat banyak orang harus mengantre demi memberi penguburan yang layak untuk anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19.
"Awalnya kami diminta membangun 24 perapian tambahan, lalu meningkat menjadi 50 perapian," kata pekerja krematorium, Jitender Singh Shunty, seperti yang dilansir dari BBC, Kamis (29/4/2021).
Baca juga: Pilu, Pria di India Gendong Mayat Istri Korban Covid-19, Jalan Kaki Sejauh 3 Km ke Kuburan
"Ada begitu banyak jenazah dan kami mulai kehabisan kayu bakar.
Situasisnya sangat buruk.
Jika situasinya terus begni hingga beberapa hari ke depan, kami terpaksa membakar mayat di jalanan," lanjutnya.
Banyak kremasi yang harus dilakukan membuat para pekerja nyaris tidak bisa beristirahat.
"Saya belum pernah melihat situasi yang begitu mengerikan seperti ini.
Saya tidak percaya ini terjadi di Delhi, ibu kota India," kata relawan krematorium, Charanjeev Malhotra.

"Banyak pasien Covid-19 yang meninggal karena tidak mendapatkan oksigen dan jenazah mereka dibiarkan tergeletak begitu saja seperti hewan.
Kami tidak memiliki sumber daya untuk mengkremasi mereka semua," terangnya.
Rumah sakit di India mulai kehabisan oksigen dan meminta keluarga mencari oksigen secara mandiri.
"Tidak ada yang membantu.
Kami harus berlari ke sana kemari mencari ventilator dan oksigen," ungkap keluarga pasien Covid-19 di India, Nitish Kumar.
"Ibu saya meninggal setelah dia kehabisan oksigen.
Tidak ada bantuan, bahkan dari mereka yang bekerja di pemerintahan," lanjutnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Semakin Krisis, Inggris hingga Turki Sampai Kirim Bantuan Medis ke India
"Sebaiknya Anda tidak berada di sini.
Di sini semua orang positif Covid-19," lontarnya.
Nitish harus menyimpan jenazah ibunya selama dua hari di rumah selama menunggu tempat kremasi tersedia di krematorium.
Pada gelombang pertama pandemi Covid-19 di India tahun lalu, krematorium melakukan 8-10 kremasi per hari.
Kini, jumlahnya melonjak hingga 80 kremasi per hari.
"Virus corona saat ini semakin menakutkan.
Saya memahami tidak semua orang di Delhi menyaksikan kengerian yang saya lihat di sini setiap hari," ujar Shunty.
"Anak-anak berusia 5 tahun, remaja 15 tahun, pemuda 25 tahun, semua dikremasi.
Bahkan ada juga pengantin baru yang harus kami dikremasi.
Saya sangat sedih menyaksikan semua ini, melihat banyak anak kecil yang meninggal karena virus corona," paparnya.
Ada banyak mayat yang tergeletak menunggu untuk dikremasi, sementara krematorium sudah kehabisan tempat.
"Sayangnya, tidak ada yang melihat kengerian ini.
Kami berada dalam situasi yang sangat buruk," tandasnya.
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
(*/ TRIBUNBATAM.id)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tsunami Covid-19 di India: Kami Bisa Terpaksa Membakar Mayat di Jalanan dan Kengerian Covid-19 di India: Jenazah Ibu Dibawa Anaknya Pakai Sepeda Motor