WISATA NATUNA
Indahnya Pulau Senoa di Natuna dan Legenda di Balik Bentuknya Mirip Wanita Hamil
Salah satu panorama keindahan alam yang dimiliki Natuna adalah Pulau Senoa. Bentuknya mirip wanita hamil yang sedang berbaring.Ini cerita di baliknya
NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri menyimpan banyak tempat wisata alam yang menarik.
Secara geografis Natuna terletak di ujung Utara Indonesia, dan termasuk wilayah perbatasan dengan sejumlah negara tetangga dan masih termasuk wilayah 3 T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Salah satu panorama keindahan alam yang dimiliki Natuna adalah Pulau Senoa. Pulau ini termasuk pulau tidak berpenghuni dari 154 pulau lain yang ada di Natuna.
Pulau Senoa memiliki luas sekitar 2,4 km² dan termasuk bagian dari Kecamatan Bunguran Timur.
Jika dilihat dari bibir Pantai Tanjung yang berada di Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Pulau Senoa tampak menyerupai seorang wanita hamil yang sedang berbaring.
Dari bagian paling kiri pulau, seakan menyerupai kepala. Di sana terdapat lekukan mata, hidung, bibir dan leher.
Baca juga: Warga Batam Padati Miniatur Rumah Adat di Golden Prawn, Wisata Murah Meriah
Baca juga: Begini Kondisi Objek Wisata Alam Air Terjun Batu Ampar Lingga Saat Momen Lebaran
Lanjut ke bagian tengah, tampak menyerupai bagian dada dan perut, serta bagian paling kanan terlihat berbentuk bagian kaki.
Dengan keindahan yang tersimpan di dalamnya, Pulau Senoa termasuk salah satu geosite yang ada di Geopark Nasional Natuna.
Di balik keindahannya, ternyata Pulau Senoa memiliki cerita tersendiri yang hingga saat ini terus berkembang khususnya bagi warga Natuna yang ada di Pulau Bunguran Besar.
Menurut Suparman (36), seorang warga Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Pulau Senoa memiliki kisah yang cukup pilu.
"Cerita tentang Senoa ini bermacam-macam. Kalau menurut cerita yang disampaikan orang tua, kakek dan nenek saya dulu, Senoa itu dulunya seorang perempuan yang sedang hamil besar namun kikir atau pelit kepada tetangganya," kata Suparman saat dijumpai Tribunbatam.id di warungnya, bibir Pantai Tanjung beberapa waktu lalu.
Menurutnya, di balik kisah yang beredar di masyarakat Natuna itu, terukir gambaran nasihat kehidupan yang cukup jelas.

Ia melanjutkan ceritanya tentang Pulau Senoa. Dahulu kala di Pulau Bunguran Besar terdapat sepasang suami istri yang hidup tidak jauh dari bibir pantai.
Si suami adalah seorang nelayan sedangkan sang istri hanya disibukkan dengan pekerjaan rumah.
"Mereka hidup bertetangga, namun istrinya itu termasuk orang yang pelit kepada tetangganya. Bahkan saking pelitnya si istri nelayan ini ketika tetangganya meminjam tampis atau tampah (alat membersihkan beras) ia tidak pernah meminjamkannya," kata Suparman.