HUMAN INTEREST

Smart Cabai Antarkan Sandi Pamungkas Dari Natuna Berprestasi di Tingkat Internasional

Smart cabai merupakan inovasi budidaya pohon cabai yang diciptakan Sandi Pamungkas, seorang pemuda di Natuna saat bertanding di tingkat internasional

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Muhammad Ilham
Smart Cabai Antarkan Sandi Pamungkas Dari Natuna Berprestasi di Tingkat Internasional. Foto Sandi Pamungkas, siswa kelas 2 SMA raih prestasi terbaik di tingkat Internasional dengan predikat presentasi terbaik dan inovasi terkreatif pada lomba yang diadakan oleh Afrika 'International Africa Ociip Expo Nigeria' pada September 2020 lalu. 

NATUNA, TRIBUNBATAM.id - Inilah kisah seorang pemuda di Desa Sungai Ulu, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), bernama Sandi Pamungkas (16).

Di usianya yang masih belia, laki-laki kelahiran Medan, 1 Januari 2005 itu telah meraih prestasi di tingkat internasional dengan predikat terbaik satu.

Kala itu Sandi mengikuti lomba yang diadakan oleh Afrika 'International Africa Ociip Expo Nigeria' pada September 2020 lalu.

Meskipun tinggal di daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal), Sandi berhasil meraih prestasi di ajang itu dengan predikat presentasi terbaik dan inovasi terkreatif.

Sandi menjuarai lomba tingkat internasional itu dengan inovasi yang ia ciptakan, yaitu budidaya pohon cabai yang dinamakan 'Smart Cabai'.

Baca juga: Kisah Pelatih Sepak Bola di Lingga Kembangkan Generasi Penerus Tanpa Pamrih

Baca juga: Kisah Sukses Anto Warga Karimun Menanam Sayuran Hidroponik, Berawal dari Hobi

"Smart Cabai merupakan inovasi yang meningkatkan ketahanan pangan pada masa pandemi Covid-19. Inovasi ini cukup sederhana, bisa ditiru oleh masyarakat karena hanya menggunakan barang bekas dan limbah masyarakat," kata Sandi kepada Tribunbatam.id, beberapa waktu lalu.

Sandi mengungkapkan, Smart Cabai mampu meningkatkan masa hidup pohon cabai sampai 3 tahun, sangat ekonomis, meningkatkan kualitas cabai dan juga masa panen lebih sering. Jika biasanya 1 kali dalam seminggu, bisa menjadi 2 kali dalam seminggu.

Ia menceritakan awal mula terciptanya inovasi smart cabai.

"Sebenarnya ini berawal dari cuaca. Biasanya di Natuna ada yang namanya musim utara. Saat itu ombak ataupun gelombang sangt besar yang disertai angin kencang, sehingga bahan pangan yang biasanya diekspor dari luar daerah tidak bisa dikirim karena cuaca ekstrim," jelas remaja yang masih duduk di bangku SMA itu.

Dengan kondisi itu, Sandi berpikir bagaimana meningkatkan kualitas pangan dengan berbudidaya pohon cabai. Karena cabai sendiri merupakan bahan pangan yang ikut menyumbang inflasi di Natuna. Bahkan di musim utara harga cabai bisa tembus Rp 130 ribu sampai Rp 150 ribu per kilogram.

Selain itu, Sandi mengaku sering diajak ayahnya yang berprofesi sebagai seorang Babinsa dinas ke desa-desa.

"Saya melihat petani yang kesulitan menanam cabai. Waktu itu cabai petani terkena hama banyak dan akhirnya rugi. Seperti yang kita tahu bahwa untuk menanam cabai ini membutuhkan modal yang cukup besar, sehingga petani itu enggan menanam cabai.

Dari situlah saya mencoba menciptakan inovasi budidaya pohon cabai yang memanfaatkan barang-barang yang sudah ada dan juga ekonomis," kata Sandi.

Menurutnya Smart Cabai juga telah diuji oleh beberapa lembaga, khususnya lembaga penelitian. Pertama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau IPI. IPI merupakan salah satu lembaga terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang inovasi, teknologi dan penelitian.

"Smart Cabai juga sudah bekerja sama dengan Kementerian Desa untuk menyebarkan inovasi ini ke desa-desa yang ada di Natuna. Selain itu juga telah bekerja sama dengan peneliti dari luar negeri," kata Sandi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved