HUMAN INTEREST
Curhat Manusia Silver saat Pandemi, Dasril Terpaksa Tinggalkan Usaha Bakso Bakar
Sebelum alih profesi menjadi manusia silver, Dasril sebelumnya berjualan bakso bakar. Mengapa ia memilih menjadi manusia silver?
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Septyan Mulia Rohman
"Tidak sanggup, lebih besar modal daripada pendapatan. Soalnya modal Rp 80 ribu, dan pendapatan hanya Rp 20 ribu perhari.
Belum lagi bensin dan kebutuhan di rumah," keluhnya.
Menjadi seorang manusia silver disana merupakan ide terakhir bagi dirinya untuk mengais rezeki ditengah terpuruknya usaha bakso bakarnya.
Ia pun mencari peruntungan di depan swalayan mandiri dengan cara membantu mengatur kendaraan yang ingin parkir di sana.
"Jadi saya disini mencari rezeki dengan cara menjadi manusia silver, dan bantu-batu atur parkiran disini.
Sebelumnya saya mangkal di sekolah, karena sekolah tutup jadi di sini. Ini merupakan ide terakhir saya untuk bisa mencari rezeki," terangnya.

Menjadi manusia silver dan berusaha menghibur orang, setidaknya lebih baik daripada tetap menjual bakso bakar saat pandemi.
Dalam sehari, ia mengaku bisa mendapat Rp 20 hingga Rp 100 ribu.
"Ya seperti inilah, cukup untuk kebutuhan dapur," sebutnya.
Ia pun mencari rezeki disana tidak meminta dan memaksa pengunjung untuk membayar kepadanya.
Ia pun mengaku harus bekerja keras guna memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya.
Ia pun sudah mencari-cari pekerjaan, baik itu sebagai buru kasar dan lainya.Namun, belum mendapatkannya.
Sehingga dirinya untuk sementara mencari nafkah dengan menjadi manusia silver di depan swalayan mandri.

"Kalau ditanya, siapa mau begini melumuri pewarna ke badan dan berads di terik matahari. Tapi apa boleh buat hidup harus di jalani.
Ya walaupun pendapatannya sedikit harus di syukuri mas menunggu ada pekerjaan lain dan modal untuk usaha bakso bakar kembali," katanya.(TribunBatam.id/Alfandi Simamora)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Human Interest Story