12 Tahun Jadi 'Raja' di Israel, Begitu Lengser Benjamin Netanyahu Pidato Kecam Presiden AS Joe Biden
Pidato terakhir Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel yang memimpin 12 tahun Negara Yahudi malah mengecam kebijakan Presiden AS Joe Biden
Setelah mantan Presiden Obama mengumumkan kesepakatan pada Juli 2015, ia menggembar-gemborkannya sebagai kemenangan bagi komunitas internasional.
Tetapi hal ini jelas membuat Benjamin Netanyahu tidak senang.
Netanyahu lalu mempermalukan mantan pemimpin Demokrat dengan menyebutnya "kesepakatan yang sangat buruk" dalam pidatonya kepada anggota parlemen di Kongres AS di Capitol Hill akhir tahun itu.

Terakhir kali Netanyahu digulingkan sebagai pemimpin Israel, pada tahun 1999.
Ia mengakhiri masa jabatan pertamanya dengan segelas anggur di tangannya dan kata-kata sambutan yang ramah kepada pemimpin partai Buruh saat itu Ehud Barak, yang mengalahkannya dalam pemilihan.
Netanyahu sendiri, masih bertekad akan merebut kembali kepemimpinannya di Israel, dengan menggulingkan pemimpin Israel yang menggantikannya saat ini.
Topaz Luk, seorang pembantu senior Netanyahu, mengatakan kepada Radio Angkatan Darat bahwa dia "dipenuhi dengan motivasi untuk menggulingkan pemerintah berbahaya ini secepat mungkin".
Luk menolak untuk mengungkapkan strategi kembalinya Netanyahu, hanya menunjuk pada margin dukungan yang tipis dari pemerintahan baru di parlemen.
Pemimpin baru Israel bertekad untuk memberikan standar hidup yang lebih tinggi ke Israel setelah berbulan-bulan kelumpuhan politik.
Baca juga: Biodata Benjamin Netanyahu, PM Israel Terlama, Terguling usai 12 Tahun Memimpin
Bennett sebelumnya bekerja di kabinet Netanyahu dan menunggu lama untuk muncul dari bayang-bayang perdana menteri.
Setelah menggulingkan Netanyahu, pemimpin partai Yamina mengatakan dia akan mengambil garis keras yang sama jika kembali ke kesepakatan.
Berbicara di parlemen pada hari Minggu, Bennett memberi tahu Presiden Biden bahwa ia akan mengikuti jejak pendahulunya dalam menentang segala upaya AS untuk bergabung kembali dengan perjanjian tersebut.
Analis telah memperingatkan bahwa kekuatan pemerintah koalisi baru Israel, yang terdiri dari delapan partai, akan sangat diuji dan setiap kelemahan akan segera terungkap.

Perjanjian yang ditengahi oleh Yair Lapid menyatukan para pemimpin partai di seluruh spektrum politik dalam keinginan mereka untuk menggulingkan Netanyahu.
Setelah koalisi diumumkan, orang-orang Israel yang lelah dengan pemilihan berulang-ulang turun ke jalan untuk merayakannya.
Baca juga: Surat Cinta Hamas ke Jokowi Soal Pendudukan Israel di Palestina, Istana Buka Suara
Baca juga: Bukan Perang Agama, Lalu Siapa Hamas & Mengapa Terus Perang dengan Israel?
Baca juga: Jepang Punya Tekad Mendamaikan Israel dan Palestina, Telfon Langsung Menlu Israel
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
SUMBER: INTISARI
(*/ TRIBUNBATAM.id)