BERITA CHINA

China Vs Amerika, Biden Bidik 'Politik Xi Jinping' Tanamkan Pengaruh ke Negara Berkembang

Membantu mengembangkan infrastrukturt hegemoni Tiongkok mengakar ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah membuat G7 pimpinan AS tak senang

Nikkei Asia
Kolase foto Presiden China Xi Jinping (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Kedua negara saat ini sama-sama menanamkan pengaruh ke sejumlah negara berkembang 

TRIBUNBATAM.id - Dominasi China terhadap negara-negara miskin dan berkembang sepertinya terbaca oleh AS.

Membantu mengembangkan infrastruktur, hegemoni Tiongkok mengakar ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

AS dan G7 pun mengumumkan akan menciptakan alternatif "Belt and Road Initiative" yang digagas China sejak 8 tahun lalu.

Seperti diketahui kelompok G7 berisi negara-negara industri kaya, yang mencakup Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris.

Entah kebetulan atau tidak, saat ini negara yang tergabung dalam G7 menjadi musuh utama China dalam banyak isu, salah satunya Laut China Selatan.

Foto yang diambil pada 4 Desember 2013 memerlihatkan Joe Biden yang saat itu Wakil Presiden Amerika Serikat berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing
Foto yang diambil pada 4 Desember 2013 memerlihatkan Joe Biden yang saat itu Wakil Presiden Amerika Serikat berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing (AFP PHOTO/POOL/LINTAO ZHANG)

G7 menyatakan dalam pengumuman akhir pekan lalu, akan mendukung proposal yang dipimpin Amerika untuk menciptakan alternatif  "Belt and Road Initiative" gagasan China.

Para pakar menyambut baik fokus untuk membantu negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang sedang mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia, Jumat (18/6/2021).

Namun, rencana itu masih memiliki banyak pertanyaan tentang bagaimana proposal itu dilaksanakan, yang belum ada jawabannya secara langsung.

Menurut dokumen Gedung Putih, rencana itu bertujuan secara kolektif mengkatalisasi ratusan miliar dolar investasi infrastruktur bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun-tahun mendatang.

Baca juga: Sebut China Negara Luar Biasa, Luhut Minta Jangan Marah-marah ke Beijing

Para pakar menilai proposal alternatif "Belt and Road Initiative" itu merupakan bagian yang lebih luas yang didorong Presiden Joe Biden.

Wakil Presiden Masyarakat Eropa/Dewan Amerika Eric Farnsworth mengatakan, "Saya kira rencana ini benar-benar positif, bahwa negara-negara G7 mengakui adanya isu ini dan perlunya mengambil tindakan."

Ditambahkannya, "Ada kebutuhan nyata di luar sana yang perlu dipenuhi.

Jika orang-orang di pasar yang sedang berkembang dan lainnya tidak melihat solusi dari negara-negara demokrasi ini, maka mereka akan mencari solusi dari mana pun yang mereka bisa.

Dan tentu saja China memiliki sangat banyak uang."

Presiden China Xi Jinping
Presiden China Xi Jinping (CHINA)

Supaya berhasil, maka program "Build Back Better World Partnership" atau B3W akan membutuhkan upaya berkelanjutan dari semua negara yang terlibat, ujar Farnsworth.

Kelompok G7 adalah kelompok negara-negara industri yang kaya, yang mencakup Amerika, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris.

"Anda bisa mengumumkannya, tetapi kuncinya bukan hanya tindak lanjut, tetapi tindak lanjut yang bermakna dan berkelanjutan, sehingga tidak hanya sekali...tapi menjadi prioritas," ujarnya.

"Keberlanjutan itu, dalam pandangan saya, merupakan kunci.

Ini harus menjadi sesuatu dipahami orang bahwa mereka dapat mengandalkannya.

Bahwa jika mereka mendaftar pada kesepakatan itu dengan Amerika atau Uni Eropa, maka itu akan beroperasi 3-5 tahun dari sekarang," terangnya.

Baca juga: Wanita China Ini Punya Bulu Mata Sepanjang 20 Cm, Pecahkan Rekor Dunia

Sebelumnya, G7 dan negara-negara demokrasi lainnya di seluruh dunia masih terpaku dalam "pertempuran" dengan rezim otoriter, seperti China dan Rusia, yang bersaing untuk menanamkan pengaruh pada negara-negara berkembang.

Upaya kelompok AS dan aliansianya itu disebut sebagai "Kemitraaan Untuk Membangun Kembali Dunia yang Lebih Baik" atau "Build Back Better World Partnership".

"Sebuah langkah menggalang negara-negara yang demokrat menghadapi tantangan dunia, dan memberikan (hasil) bagi rakyat kita dan seluruh rakyat di dunia," ujar Biden.

Ilustrasi bendera China
Ilustrasi bendera China (Kompas.com)

"Tentu saja fakta bahwa Amerika hadir dan sangat terlibat dalam G7 merupakan langkah positif yang sangat luar biasa," ujar Lisa Bos, Direktur Hubungan Pemerintah Bagi Visi Dunia, suatu organisasi kemanusiaan Kristen dunia.

"Bahwa kita menunjukkan kepemimpinan merupakan langkah positif yang sangat luar biasa.

Tetapi, apakah kita menunjukkan kepemimpinan untuk benar-benar mencapai hasil dan tujuan nyata, dan menjadikannya benar-benar bermakna?".

Bos mengatakan situasi saat ini, di mana pandemi telah membuat warga memusatkan pada keterkaitan dunia dan nilai institusi yang kuat, telah menciptakan semacam peluang.

"Ada saat di mana kita benar-benar dapat menghidupkan kembali, memberi energi kembali, pada pekerjaan yang coba dilakukan banyak negara maju untuk menciptakan dunia yang lebih aman, lebih terjamin, lebih sejahtera dan lebih sehat," ujar Bos dilansir Kompas.com berjdul Akankah Biden Berhasil Saingi China?

Ia menambahkan, "Jika tidak sekarang, lalu kapan? Kita berada pada saat yang sangat kritis dan sekarang bukan saat untuk mundur. Sekarang saatnya menekan energi."

Baca juga: CHINA Merajalela, 28 Pesawat Tempur dan Pembom Masuk Langit Taiwan, Ambisi Xi Jinping Satukan China

Baca juga: CHINA Sumber Corona? Intelijen Inggris Sampai Rekrut Sosok Ini Buktikan Rekayasa Covid-19

Baca juga: Malaysia Kerahkan Pesawat Tempur Usir Pesawat China Masuk Wilayah Udara Mereka

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

(* / TRIBUNBATAM.id)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved