Pejabat AS & Sekjen WHO Yakin Indikasi Teori Konspirasi Covid, Dampak Bocor Lab di Wuhan China?
Salah satu yang banyak diperbincangkan ialah terkait teori konspirasi bahwa Covid-19 bocor dari lab atau laboratorium di Wuhan, China.
NEW YORK, TRIBUNBATAM.id - Misi dari tim Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang berakhir awal tahun 2021 ini di China, tidak menemukan sumber atau asal-usul virus corona.
Namun, tim tersebut sepakat bahwa virus penyebab Corona atau Covid-19 itu kemungkinan berpindah dari kelelawar ke hewan lain, sebelum menular ke manusia.
Mereka juga menyimpulkan, sangat tidak mungkin virus bernama SARS-CoV-2 itu berasal dari institut virologi Wuhan.
Menurut WHO Meski begitu, misi yang berlangsung hampir sebulan itu tetap menyisakan lima misteri virus corona yang belum terjawab.
Baru-baru ini lagi, penelitian darimana mula Covid-19 terus dikembangkan.
Seiring dengan penelitian itu, muncul beragam dugaan komentar.
Baca juga: Mata-mata China Membelot ke AS, Boyong Rahasia Lab Wuhan yang Dituduh Sumber Corona
Salah satu yang banyak diperbincangkan ialah terkait teori konspirasi bahwa Covid-19 bocor dari lab atau laboratorium di Wuhan, China.
Berdasarkan laporan CNN,Teori ini pun kini disebut mulai banyak diyakini pejabat Amerika Serikat atau AS.
Banyak pejabat yang mendukung anggapan virus itu bersumber dari Institut Virologi Wuhan (WIV).
Teori ini pertama kali diembuskan oleh mantan presiden Donald Trump dan sekelompok ilmuwan Eropa pada tahun lalu.
Meski begitu, ada juga pejabat AS yang yakin Covid-19 ini datang secara alami, bertransmisi dari hewan ke manusia.
Sejak pertama terdeteksi pada Desember 2019, Covid-19 sudah menginfeksi hampir 190 juta dan membunuh 3,5 juta orang di seluruh dunia.
Baca juga: AS Mengamuk Ancam China Jika Melawan Penyelidikan Asal Usul Corona di Lab Wuhan
Bahkan Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus secara tidak langsung mengakui teori lab Wuhan itu.
Berbicara dari Jenewa, Dr Tedros meminta supaya China lebih bisa bekerja sama dan transparan.
Dia juga meminta agar Beijing menyerahkan data mentah sebelum dan saat pandemi, termasuk data mengenai WIV.