Benarkah Pantang Menikah di Bulan Muharram atau Suro dalam Kepercayaan Jawa?

Dalam kepercayaan Jawa, menikah tak boleh dilakukan di bulan Muharram atau suro. Lantas, apa saja alasannya mengapa bulan Suro dianggap kramat

freepik.com
Benarkah Pantang Menikah di Bulan Muharram atau Suro dalam Kepercayaan Jawa? Foto ilustrasi 

Hal ini juga menjadi langkah awal yang baik untuk menyambut tahun baru.

Sebab, dalam kalender Jawa, bulan Suro adalah bulan pertama.

Begitu juga dengan kalender Hijriah, dimana bulan Suro atau Muharram adalah bulan di awal tahun.

Apa kata pengamat?

Melansir Tribun Travel, pengamat budaya Jawa, Han Gagas, mengatakan pantangan menikah di bulan Suro bisa pula dikaitkan dari segi sosial dan ekonomi.

Baca juga: 8 Tradisi Unik Sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H, Mubeng Beteng hingga Ritual 1 Suro

"Orang Jawa perlu 'let' (jeda), termasuk kondisi keuangan."

"Jika terlalu banyak hajatan yang kudu nyumbang (memberi sumbangan), nanti kasihan bisa buat banyak yang marah atau terlalu ngoyo kerja buat nyumbang, itu bisa buat aura negatif."

"Ini versi yang modern dan condong ke manajemen uang," tambahnya.

Masyarakat Jawa memang bisa menggelar pesta pernikahan sepanjang tahun, kecuali di bulan Suro.

Sehingga terdapat rehat atau jeda sejenak dari biaya hajatan, tidak hanya dari pihak penyelenggara, tetapi juga bagi orang yang menghadiri hajatan.

Jika tak ada rehat dalam satu bulan, bisa dipastikan sepanjang tahun masyarakat akan mengadakan atau menghadiri hajatan.

Sehingga perlu kerja yang lebih keras untuk memenuhi pengeluaran tersebut. 

Seringnya frekuensi gelaran pernikahan bisa membuat orang sebal karena menghadiri hajatan pernikahan atau hajatan lain yang tak ada hentinya.

Baca juga: Kisah KOPASSUS Buru Mbah Suro, Dukun Sakti Kebal Peluru & Senjata Tajam, Sempat Hilang Misterius

Jadi, jika ada jeda selama satu bulan, pengeluaran pun ikut 'beristirahat' dan uang yang ada bisa disimpan.

Saat semua hal itu dilakukan akan masuk dalam kearifan lokal yang akan memunculkan toleransi, meningkatkan spiritual, atau lebih memahami keadaan sekitar.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved