BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Vaksin Sputnik-V, Apa Bedanya dengan Sinovac, AstraZeneca dan Pfizer?

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali memberi persetujuan Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization terhadap vaksin Sputnik-V

AFP
BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Vaksin Sputnik-V, Apa Bedanya dengan Sinovac, AstraZeneca dan Pfizer? Ilustrasi ilmuan menguji vaksin 

Selain di Indonesia, vaksin Sinovac juga telah diujikan di Turki dan Brasil.

Di Turki, efikasi vaksin Covid-19 asal China ini mencapai 91,25 persen dan di Brasil sebesar 50,4 persen.

Terkait efek samping vaksinasi Covid-19 dengan suntikan vaksin Sinovac, dilaporkan efek samping ringan hingga sedang.

Selain nyeri di sekitar bekas suntikan, efek samping paling banyak dirasakan yakni gatal dan mengantuk.

Vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech dapat disimpan dalam lemari es, dengan suhu standar 2-8 derajat celsius dan dapat bertahan hingga 3 tahun.

Baca juga: Efek Samping Disuntikan Vaksin Sinovac, Demam hingga Diare

Untuk saat ini, suntikan vaksin Sinovac diprioritaskan pada orang dewasa sehat berusia 18-59 tahun.

Serta, telah diberikan juga pada kelompok lanjut usia di atas 60 tahun.

Vaksin Sinovac yang ada di Indonesia, saat ini masih dinilai efektif melawan varian baru virus corona, salah satunya yang berasal dari Inggris, varian B.1.1.7.

2. Vaksin AstraZeneca

Ilustrasi vaksin AstraZeneca
Ilustrasi vaksin AstraZeneca (ASTRAZENECA)

Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan vaksin asal Inggris bersama ilmuwan di University of Oxford.

Vaksin Covid-19 ini berbasis vaksin vektor adenovirus simpanse.

Artinya, pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghidari kemungkinan infeksi parah terhadap manusia.

Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari virus corona Covid-19 yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2.

Saat vaksin dikirim ke sel manusia, vaksin akan memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.

Dilansir dari Kompas.com, vaksin vektor adenovirus telah dikembangkan sejak lama, khususnya untuk melawan malaria, HIV, dan Ebola.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved