HUMAN INTEREST
Siti Khoiriyah, Janda 74 Tahun Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Covid-19: Beli Kue Ibu, Nak
"Beli kue ibu, Nak. Beli, Nak." Tawaran tersebut terdengar berulang kali ketika Siti berpapasan dengan siapapun.
Penulis: Thom Limahekin | Editor: Thom Limahekin
Editor: Thomm Limahekin
TRIBUNBATAM.id, BATAM-Sore itu hujan baru saja reda. Jalanan masih juga basah. Embusan angin mengandung embun membuat bulu kuduk bergidik. Kendaraan mulai ramai melintas.
Di pinggir Jalan Cikpuan, tak jauh dari Vihara Maitreya Sei Panas, Kota Batam, seorang wanita renta berdiri. Tangannya menenteng sebuah keranjang anyam berbahan plastik.
Di dalam keranjang berukuran besar itu, dia menyisipkan satu lagi keranjang lain. Ukurannya memang lebih kecil, namun bahannya sama.
Lengannya seolah tak sanggup menahan keranjang. Akibatnya bagian bawah barang bawaannya itu nyaris menyentuh tanah.
Urat-urat mencuat di balik kulit dari lengan tangannya yang sudah keriput. Warnanya biru kelabu.
Yah, menahan beban keranjang yang tidak begitu berat itu membuat urat tangannya keluar.
Baca juga: KISAH Suhardi, Sulap Lahan Fasum Mangkrak di Batam Jadi Kebun Sayuran

Matanya menatap satu demi satu kendaraan yang melintas. Dia coba mendapatkan tatapan dari setiap pengendara. Ketika mereka beradu pandang, dia lalu mengangguk pelan.
Dia memiringkan sedikit lehernya. Lalu matanya yang sayu coba meminta reaksi dari pengendara.
Ini bahasa isyaratnya. Dia hendak meminta tumpangan untuk membantu sedikit langkahnya yang kian lelah.
"Ibu minta tumpangan, Nak". Ucapan memelas itu nyaris tak kedengaran di tengah hiruk-pikuk deru kendaraan.
"Tolong antar ibu ke warung bakso. Dekat saja," sambungnya.
Dia pun berjalan mendekat dengan telapak sandal menyeret di aspal. Jarak dari tempat dia berdiri ke warung bakso sekitar 100 meter.
Dia kemudian meminta agar keranjangnya diletakkan di bawah stang sepeda motor.
Dengan susah payah dia lalu menaikkan kakinya di atas pedal sepeda motor. Dia beberapa kali mencoba, namun masih gagal.