HUMAN INTEREST

KISAH Erdawati, Ungkap Pengalaman Hadapi Korban KDRT hingga Pelaku Pembunuhan

Erdawati seorang konselor di Kabupaten Kepulauan Anambas punya segudang cerita unik saat mendampingi setiap korban yang melibatkan anak dan perempuan.

TRIBUNBATAM.id/RAHMA TIKA
Konselor P2TP2A, Erdawati saat berikan sosialisasi mengenai parenting. 

Erda mengungkap banyak kejadian lucu dan sedih saat melakukan konseling.

"Sewaktu saya mendampingi kasus KDRT, dilakukan mediasi di Polsek, pada saat saya meminta agar suaminya menafkahi istri dan anaknya, si pelaku mengatakan tidak ada uang, bahkan pelaku meminta saya agar membeli mobil tosanya supaya dia bisa memberi uang ke anak dan istri," ucap Erdawati sambil terkekeh.

Selain cerita unik dan lucu, Erdawati juga sempat mengalami hal yang menegangkan ketika mendampingi salah satu tersangka pembunuhan.

Tersangka ini sendiri adalah perempuan berusia 21 tahun yang membunuh suami sirinya.

"Saat itu penyidik menginterogasi pelaku selama 3 hari namun tidak ada hasil dan tidak ada titik terang, kemudian saya diminta untuk menginterogasi pelaku, kurang dalam 3 jam saya berhasil membuat tersangka mengakui perbuatannya dan menceritakan bagaimana ia membunuh sang suami," kata Erdawati.

Untuk daerah perbatasan apakah menjadi konselor itu ada tantangannya?

Tentu saja ada, yang pertama banyak masyarakat awam belum mengerti apa manfaat konseling.

Masih malu dan tabu untuk mengadukan hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan seksual dikarenakan pelaku adalah orang terdekat.

Untuk mendatangi psikolog dan konselor masih dianggap hal yang memalukan dan membuka aib padahal kita memang kode etik.

"Tantangan lainnya kadang saya mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari klien, keluarga korban dan keluarga pelaku. Karena memang saya pun sadar saya tidak selalu dapat memuaskan hati mereka," jelasnya.

Kesulitan dalam mendampingi korban yang trauma, biasanya mereka sangat tertutup dan susah diajak komunikasi.

Pada anak umur di bawah 10 tahun kesulitannya pada saat dimintai keterangan.

Dikarenakan mereka masih terlalu kecil dan moodnya tentu gampang berubah.

Sebetulnya tidak ada yang sulit, ketika kita semangat, profesional dalam bekerja.

"Banyak hal yang saya dapati di sini. Kerja dalam bidang ini harus lebih banyak empati, harus kerja dari hati, ikhlas karena mau membantu. Saya yakin jam terbang kami menangani kasus nggak akan terkejar oleh siapapun, itu menjadi keyakinan saya," katanya. (TRIBUNBATAM.id/Rahma Tika)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved