WAWANCARA EKSKLUSIF
JUBIR Satgas Covid-19 Kepri, Tjetjep Yudiana: 4 Daerah Penentu PPKM Kepri Turun Level
Jubir Satgas Covid-19 Kepri, Tjetjep Yudiana mengungkap kemungkinan PPKM Kepri turun level 2 saat program News Webilog edisi Sabtu (2/10/2021)
TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Untuk mengetahui apakah status PPKM di Kepri bertahan di level 3 atau turun, TRIBUNBATAM.id berbincang dengan Juru Bicara Satgas Covid-19 Kepri,Tjetjep Yudiana dalam program News Webilog edisi Sabtu (2/10/2021) dengan tema "PPKM Kepri Turun Level?"
Dalam perbicangan ini Tjetjep Yudiana (TY) menjelaskan kepada Tribun Batam (TB) berikut petikannya:
TB: Pak kenapa PPKM di Kepri ini masih bertahan di level 3 dan belum turun juga?
TY: Ada beberapa parameter untuk menentukan level ini, tidak hanya data yang kita peroleh berdasarkan turunnya kasus.
Walaupun secara signifikan kasus rata-rata turun pada saat kita dipuncaknya yaitu sehari bisa 900 orang terpapar Covid, tetapi sekarang sudah di bawah 20 bahkan rata-rata satu per harinya.
Atau paling banyak satu hari 40 kasus.
Nah ini sudah berlangsung sekitar 2 mingguan terakhir ini dan mudah-mudahan bisa kita pertahankan.
Tetapi ini bukan satu-satunya indikator untuk menurunkan level. Karena sebetulnya ada Tools untuk menurunkan level ada dua indikator utama, yang pertama transfusikomunitas dan yang kedua adalah kapasitas respon.
Kapasitas respon inilah dilihat dari respon pimpinan daerah dan masyarakat dalam rangka menanggulangi situasi yang terjadi.
Baca juga: Pasien RSKI Galang Tambah 42 Orang, Kini Masih Rawat 323 Pasien
Baca juga: ATURAN BARU! Tiket Pelni Kini Dicetak di Pelabuhan, Hari Ini Berlayar Perdana dari Batam
Nah kasus parameter transmisikomunitas ada tiga, yang pertama kasus konfirmasi positif, itu tidak dalam bentuk jumlah tapi dalam bentuk rasio per 100 ribu penduduk.
Walaupun angka-angka ini setiap hari dirilis Kementrian Kesehatan.
Yang kedua rawat inap, di Tanjungpinang itu dari tiga rumah sakit yang dirawat hanya 1 orang per 100 ribu penduduk.
Berarti semalam itu level 1 itu hanya satu orang, kalau penduduk Tanjungpinang itu 300 ribu berarti 3x 3= 9. Hanya sembilan orang yang dirawat.
Jadi sangat bagus, Tanjungpinang hanya 9 orang yang dirawat pada saat ini, sehingga dia masuk level 1.
Kemudian kasus kematian, kasus kematian pun kurang dari satu per 100 ribu penduduk dalam satu minggu, jadi ketiga indikator ini Tanjungpinang sudah masuk ke level 1.
Untuk membandingkan apakah benar data-data tersebut ada pada penilai kapasitas respon.
Kapasitas respon itu ada tiga, yaitu testing, tracing dan treatment.
Kalau testing untuk melihat kapasiti rednya, di Tanjungpinang sejak semalam dan seminggu sebelumnya hanya 0,83 persen.
Berarti dari 100 yang diperiksa tidak sampai satu orang yang positif, rata-rata satu lah.
Kemudian yang ditracing, satu orang kasus itu ditelusuri, dilacak, menurut WHO harus 15 orang yang dilacak. Alhamdulillah di Tanjungpinang ada 16 sampai 17 orang yang dilacak.
Walaupun sudah level 2 kalau tracing belum memenuhi syarat maka akan tetap di level 3 atau sebelumnya.
Nah sementara di treatment juga memadai, treatment ini Bornya memadai. Karena Bornya hanya 8,25 persen sangat kecil padahal standardnya itu dibawah 60 persen saja untuk rumah sakit sudah bagus.
Kalau saja angka ini bisa dipertahankan selama satu minggu saja, maka Tanjungpinang nanti akan menjadil level 1.
TB : Bagaimana dengan Batam yang sama bagusnya dengan Tanjungpinang?
TY: Batam kasus konfirmasi tingkat 1, rawat inap tingkat 1, kematian juga tingkat 1.
Kemudian apa masalahnya? Masalahnya ada dirawat inap itu di pusat, masih memasukkan data-data yang PMI (pekerja migran Indonesia).
Di sana yang positif berapa? Sekitar 200 orang dan ini berpengaruh pada penduduk Batam.
Pada akhirnya, pak Gubernur langsung meminta bahwa PMI ini bukan warga Batam, mereka hanya diselamatkan di Batam, dikarantinakan supaya ketika mereka kembali ke daerah asal mereka tidak menularkan.
Nah itu yang menyebabkan Batam tidak bisa turun level padahal dari dulu Batam sudah level 1.
TB: Apakah penanganan yang ada di Batam sama persis yang dilakukan di Tanjungpinang?
TY: Ya sekarang sama, karena pak Gubernur setiap minggu melakukan daring dengan Pimpinan daerah. Kita sepakati untuk Batam ini semoga seperti ini terus.
Akhirnya dengan kesepakatan bersama Kementerian Kesehatan, melalui pak Gubernur langsung menelpon Menteri Kesehatan, jadi alhamdulillah bisa dipisahkan laporannya dilakukan secara khusus dan tidak menjadi beban untuk Batam.
Karena kalau tidak dipisahkan akan selamanya Batam tidak turun level.
Alhamdulillah Batam mulai hari ini kita lihat hasilnya, mudah-mudahan tingkat rawat inapnya sudah tingkat 1 sehingga bisa memasuki level 1.
TB: Berarti Tanjungpinang dan Batam pada saat dikeluarkan keputusannya sudah bisa dipastikan menjadi level 1?
TY: Bisa, ada yang berpotensi level 1 lainnya, Transfusikomunitasnya tingkat 1 adalah Lingga dan Karimun. Tapi masalahnya Lingga dan Karimun tracingnya masih sedang, sementara di Natuna kasus konfirmasinya masih tingkat 2, dan tracingnya juga terbatas maka Natuna level 3 saat ini.
Kita sudah komunikasi agar tracingnya bisa 15. Mudah-mudahan mulai semalam, semua kabupaten kota sepakat akan menaikkan jumlah yang ditracing lebih 15 per kasus.
Bintan dan Anambas sementara level 2. Hanya 1 kabupaten yang masih level 3 yaitu Natuna. Karimun level 2.
Jadi yang punya kesempatan tingkat 1 itu, Batam, Tanjungpinang, Lingga dan Karimun. Sementara yang lainnya tampaknya masih di level 2.
TB: Apa kebijakan dari pemerintah daerah agar penyebaran virus Corona tidak tersebar di tempat umum seperti rumah makan, pujasera dan sebagainya?
TY: Seperti yang saya sebutkan tadi bahwa pak Gubernur akan melakukan dan selalu melakukan evaluasi, saya yakin pertemuan yang akan datang kami bahas, bagaimana pujasera, tempat makan tidak menjadi sumber penularan.
Pujasera bisa dibuka, tapi bagaimana agar tidak terjadi penularan.
Yang kedua tentu kontrol. Kontrol dari aparat, kepolisian, Satpol PP diturunkan untuk mengawasi pujasera, untuk disosialisasikan.
Kalau ini mendapat dukungan bersama maka biasanya masyarakat akan ngikut saja.
TB: Di Singapura 5 kasus kematian terakhir adalah orang yang tidak divaksin.
Dan sisi lain upaya pemerintah untuk meningkatkan imun tubuh adalah vaksin. Apa kebijakan pemerintah terkait vaksin ini, apakah vaksinnya diperbanyak lagi?
TY: Vaksin yang disediakan sekarang adalah vaksin yang secara internasional untuk melawan Covid-19. Untuk melindungi dari virus Covid-19.
Selanjutnya ada penambahan munculnya varian baru. Varian baru katakanlah lebih ganas dari sebelumnya adalah varian delta. Yang juga sudah masuk ke Batam.
Tetapi, seiring dengan kesiapan masyarakat untuk patuh dan disiplin protokol kesehatan, tampaknya ada varian Delta pun mampu kita tanggulangi.
Padahal, varian delta mengeliminasi tingkat kekebalan sampai 20 persen dari vaksin.
Yang menakutkan lagi adanya varian Mu dan Lamda.
Varian Mu ini paling ditakuti, karena varian ini kebal terhadap vaksinasi yang sudah kita lakukan saat ini.
Mu ini siapapun yang pernah divaksin bisa masuk.
Berangkat dan berkaca kepada pengalaman Batam yang sudah dimasuki varian Delta, kemudian di Jakarta dan Jawa varian Delta sudah menyebar, tetapi dengan disiplin menggunakan masker sudah baik, percayalah varian apapun itu tidak bisa masuk.
Saya merasa bangga dan apresiasi kepada masyarakat Kepri, karena penurunan ini jelas sebagai bukti bahwa kepedulian disiplin terhadap protokol kesehatan semakin membaik.
Walaupun kalau kita lihat kasat mata, masih ada oknum-oknum yang belum peduli contohnya di tempat-tempat makan. Itu merupakan tantangan kita, mudah-mudahan kita sudah harus mulai menegur secara halus.
Yang kedua, kita akan memasuki proses belajar tatap muka anak sekolah, ini tolong dicermati bahwa Protokol Kesehatan adalah satu-satunya yang harus ditingkatkan.
Di sekolah harus ada Satgas Covid-19 dari sekolah sendiri, dari siswa, dan bahwa jika perlu ada satgas tingkas kelas.
Orangtua, apabila memungkinkan antar anaknya, dan ketika pulang jemput anaknya.
Sehingga terjamin para siswa tidak main-main dan tidak membuka masker, sekolah jangan ada waktu istirahat, 2 sampai 3 jam tatap muka cukup itu, setelah itu langsung pulang.
Apapun yang kita lakukan kalau kita patuh dengan protokol kesehatan insyaallah jalan.
Misalnya ke pasar bahwa pasar tempat berkumpul banyak orang tapi kalau kita lihat, walaupun penjualnya tidak menggunakan masker tapi hampir 100 persen pembeli menggunakan masker. (TRIBUNBATAM.id/Muhammad Ilham/Thomas Tonek Thomlimah Limahekin)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Corona Kepri